Kendati demikian, masih ada alasan bagi the Reds untuk merayakan pencapaian yang luar biasa dari Liverpool pada musim ini.
Sebalikknya, raihan Madrid di Stade de France menguatkan identitasnya sebagai raja Eropa.
Tak gampang meraih 14 trofi di tengah persaingan klub-klub besar Eropa. Â yang sudah dipoles oleh kekuatan uang dari pengusaha kaya.Â
Menariknya, jalan Madrid menuju partai final tak hanya berlangsung dramatis, tetapi juga terjadi dengan mengalahkan klub-klub kaya, seperti Manchester City, Paris Saint Germain (PSG), dan Chelsea.
Ketiga klub ini berkembang menjadi kekuatan di Eropa berkat kekuatan uang . Kendati demikian, Madrid menunjukkan mentalitas sebagai Raja Eropa.Â
Tiga kali Madrid melakukan aksi combecak mulai dari babak perdelapan final kontra PSG, perempat final kontra Chelsea, dan semifinal kontra Man City. Semuanya itu  berlangsung di Santiago Bernabeu.Â
Aksi comeback ala Madrid menunjukkan mentalitas tim yang tak hanya kuat karena kualitas para pemain, tetapi kuat karena tradisi dan sejarah yang melekat di hati pemain.Â
Carlo Ancelotti berhasil memadukan para pemain muda dengan para pemain veteran. Beberapa di antara pemain veteran sebelumnya di era kepelatihan Zidane sudah merasakan tiga kali juara Liga Champions secara berturut-turut.Â
Kendati gol kemenangan dicetak oleh pemain muda yang belum merasakan aroma final Liga Champions, namun keberadaan Karim Benzema, Toni Kroos, Casemiero, dan Luka Modric memperkuat mentalitas pemenang Madrid.
Madrid berhasil menunjukkan jati dirinya sebagai raja Eropa. Agaknya sulit untuk mendekati ataupun melampaui capaian Madrid dalam waktu satu dekada ke depan.Â
Karenanya, status Madrid sebagai raja Eropa akan bertahan untuk waktu yang sangat lama. Bahkan status itu bisa saja diperkuat dengan raihan Liga Champions pada musim-musim berikutnya.Â