Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Tiga Sebab Kemerosotan Barcelona di Camp Nou

25 April 2022   19:38 Diperbarui: 27 April 2022   02:25 1074
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Barcelona mengalami tiga kekalahan beruntun di Camp Nou. Foto: AFP/Ander Gillenea via Kompas.com

Ketika Barcelona menang 4-0 kontra Real Madrid di Santiago Bernabeu pada leg II El Clasico di La Liga Spanyol (20/3/22) musim 2021/22 ini, satu suara umum muncul publik. Barcelona telah kembali. Barca is back! Barcelona telah bangkit. 

Namun, suara itu makin mengabur apabila menimbang performa Barca di tiga laga terakhir di Camp Nou. Untuk pertama kalinya, Barca mengalami 3 kali kekalahan berturut di kandangnya sendiri. 

Camp Nou pun seolah menjadi tempat yang ramah untuk tamu dan rumah yang menyesakkan untuk skuad Barca sendiri. Cukup menyesakkan ketika Barca harus kalah dari tim yang di atas kertas lebih unggul dari Barca.

Menimbang 3 laga itu, performa Barca sementara merosot. Euforia kemenangan di Santiago Bernabeu seolah terhapus begitu cepat. 

Barca terlihat kembali pada masalah lama. Xavi Hernandez yang dipuja-puji dari pelbagai sisi seperti menghadapi situasi yang cukup rumit. 

Hemat saya, tiga sebab yang bisa menyebabkan kemerosotan performa Barca. 

Pertama: Kemerosotan Mental Semenjak Tersingkir dari Piala Eropa. 

Di luar dugaan, Barca tersingkir dari Piala Eropa setelah kalah di depan pendukungnya sendiri di tangan Eintracht Frankfurt (agregat 4-3). Padahal, Barca difavoritkan sebagai juara turnamen. 

Status favorit ini disematkan bukan semata-mata karena reputasi Barca, tetapi performa Barca yang membaik sejak bulan Januari lalu. Xavi terlihat menemukan formula yang tepat dalam menguatkan permainan tim. 

Akan tetapi, cerita Barca mulai menjadi berbeda semenjak Barca tersingkir oleh Frankfurt dari Piala Eropa. Trofi Piala Eropa yang dipandang sebagai target satu-satunya Barca pada musim ini melayang pergi. 

Peluang tanpa trofi menjadi kenyataan yang mesti dihadapi Barca pada musim ini. Ya, sangat sulit untuk mengejar Real Madrid yang sudah kokoh di puncak klasemen sementara La Liga Spanyol. Secara matematis, Madrid hanya membutuhkan hasil imbang agar bisa menjadi juara La Liga Spanyol.

Kekalahan kontra Frankfurt terlihat menjadi pukulan mental yang cukup sulit untuk Barca. Para pemain terlihat kehilangan motivasi dan semangat. Akibatnya, permainan tim pun tanpa arah hingga kemudian merengkuh kekalahan demi kekalahan.

Motivasi untuk menang menurun. Jadinya, Barca tampak kesulitan mengalahkan tim-tim papan tengah. Tantangannya apabila Barca harus kehilangan posisi ke-2 klasemen. Ini bisa menjadi persoalan rumit untuk Xavi dalam mengawali musim depan.

Kedua: Rumor tentang Pemain Baru.

Walau musim kompetisi belum berakhir, Barca sudah mulai menjajakkan beberapa nama pemain baru yang bisa masuk di skuad pada musim depan. Secara etis, penjajakan ini bisa mengganggu konsentrasi tim secara umum. 

Betapa tidak, para pemain mulai memikirkan nasib mereka di tengah pelbagai rumor tentang pemain baru yang akan datang.

Beredar kabar tentang beberapa nama yang masuk skuad Barca untuk musim depan dan yang keluar. Salah satu nama yang santer beredar adalah Robert Lewandowski dari Bayern Munchen. 

Walau kubu Munchen membantah rumor ini, namun terlihat Barca begitu tertarik untuk mendatangkan pemain timnas Polandia. 

Selain isu Lewandowski, Barca juga menargetkan duo bek Chelsea Andreas Christensen dan Cesar Azpilicueta. 

Lalu, untuk menggantikan peran Ousmane Dembele yang mungkin menolak memperpanjang kontrak, Barca coba mendekati Rapinha dari Leeds United.

Gerakan-gerakan Barca ini memang perlu dilakukan agar para pemain bisa bergabung lebih dini di musim depan. Artinya, mereka mempunyai waktu untuk berlatih dengan skuad utama sebelum mengawali musim baru. 

Persoalannya, ketika gerakan ini malah menimbulkan ketidaknyamanan. Bagaimanapun, para pemain dalam skuad sudah berpikir tentang nasib mereka di musim depan. Pikiran pada masa depan bisa mengganggu konsentrasi pemain. 

Misalnya, Adama Traore yang sempat gemilang di awal-awal kedatangannya dari Wolves. Adama terpinggirkan bersamaan dengan kegemilangan Ousmane Dembele. Efek lanjutnya, performa Adama malah terus menurun. Seperti kalah bersaing dengan Dembele.

Lalu, situasi Adama juga belum jelas di Barca. Status permanen belum menjadi jaminan kuat bagi Adama. Jadinya, Adama seolah bermain dalam situasi tergantung. Pada satu sisi, situasi ini mempengaruhi pikiran pemain. 

Belum lagi para penyerang seperti Aubameyang, Luuk de Jong, Braithwaite, dan Torres yang bisa disaingi dengan kedatangan Lewandowski. 

Sosok Lewandowski bisa menjadi kesempatan bagi Barca untuk naik level, tetapi ini bisa mengganggu pikiran para striker yang tampil konsisten di Barca. Hadirnya rumor tentang Lewandowski bisa memengaruhi pikiran para striker untuk tampil pada level terbaik.

Tak masalah sudah menjajaki pemain baru untuk musim depan. Namun, penjajakan itu sekiranya tak ikut menghadirkan situasi yang seolah mengancam keberadaan para pemain di musim depan. 

Ketiga: Faktor Cedera Pemain Penting. 

Dua pemain penting dalam sistem Xavi Hernandez adalah Gerard Pique dan Pedri Gonzales. Kedua pemain ini cedera dalam waktu yang hampir bersamaan. 

Pique menjadi pemimpin penting di lini belakang Barca di era Xavi. Xavi seolah menghidupkan kembali kemampuan Pique yang sempat dikritik di masa kepelatihan Ronald Koeman. 

Berbekal pengalaman dan reputasinya di Barca, Pique menjadi tandem sekaligus mentor bagi bek-bek muda seperti Eric Garcia dan Araujo. Namun, ketika Pique absen, bek-bek muda ini terlihat kehilangan navigasi di lini belakang. 

Belum lagi, Araujo yang dibekap cedera. Lenglet yang mengisi kekosongan malah tampil blunder, dan Eric Garcia malah kembali tampil melempem dan kehilangan konsentrasi. 

Contohnya, ketika Eric Garcia melakukan pelanggaran yang tak perlu di menit-menit awal kontra Frankfurt yang mana pelanggaran itu menghadirkan hadiah penalti untuk Frankfurt.

Selain Pique, efek sihir dari lapangan tengah Barca juga terlihat lenyap bersamaan dengan cederanya Pedri. Padahal, performa Pedri semenjak kembali dari cedera dan di era Xavi membuat Barca tampil menawan. Sentuhan dan permainan atraktif Pedri menambah kesan gaya pada "Xavi Ball."

Bahkan nama Pedri dieluhkan di Camp Nou sebagaimana yang pernah dialami oleh Lionel Messi. Kalau dulu sewaktu Messi masih di Camp Nou, namanya menjadi bahan eluhan suporter. 

Kali ini, nama Pedri menggema di Camp Nou. Sayangnya, performa gemilangnya itu mendapat batu sandungan karena faktor cedera. 

Cederanya dua pemain penting ini sepertinya ikut mempengaruhi kestabilan tim. Lini tengah langsung menjadi tawar karena kehilangan daya magis dari seorang Pedri. Lini belakang juga kerap terjebak pada kesalahan yang tak perlu karena tanpa sosok pemimpin seperti Pique masih absen. 

Barca sementara berada pada titik sulit. Kesulitan menjelang akhir musim ini bisa menjadi pelajaran bagi Barca untuk musim depan. Cepat atau lambat rival abadi Barca, Real Madrid akan meraih juara La Liga Spanyol musim 2021/22 dan Barca hanya bisa belajar dari kesalahan yang telah dilakukan.

Salam Bola

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun