Kedua, Kenal Teman Bercanda
Kita juga mesti kenal orang sebelum bercanda. Candaan yang sama bisa saja tak berlaku untuk setiap orang. Ada yang bisa menerima, tetapi ada pula yang menolak.
Maka dari itu, kita perlu tahu kepada siapa kita bercanda. Hal ini sering terjadi ketika bertemu dengan orang-orang baru atau orang dari konteks budaya yang berbeda dari kita.
Kadang-kadang, candaan yang kita pakai bisa diterima untuk konteks budaya kita. Namun, candaan yang sama bisa saja terkesan ofensif atau melukai orang dari budaya lain.
Selain budaya, temperamen seseorang kita perlu kenal dengan baik. Tujuannya, agar candaan kita yang sebenarnya untuk menghibur atau pun membuat situasi menjadi rileks tak berakhir pada kemarahan.
Ya, ada orang yang memang tidak suka menjadi bahan candaan. Perasaan tipis. Makanya, kita perlu tahu situasi ini agar candaan kita tak melukai atau pun menimbulkan api kemarahan. Â
Ketiga, Isi Candaan Tak Boleh Menghina atau Merendahkan
Selain perlu mengenal waktu, tempat, dan kepada siapa kita bercanda, kita juga perlu mempertimbangkan isi candaan kita. Sebagaimana membuat humor, bercanda juga perlu memperhatikan isinya.
Tak hanya asal semprot. Candaan kita tak boleh berisi hal-hal yang menghina atau merendahkan pribadi seseorang. Biasanya, candaan yang menghina atau merendahkan pribadi kerap menjadi sebab dari konflik dan kemarahan.
Jadi, sembari kita berpikir tentang candaan yang menimbulkan situasi yang menghibur, kita juga berupaya menjauhi candaan yang menghina atau merendahkan pribadi seseorang.
Memang tak gampang. Karena kadang kala, tak sedikit yang berpikir bahwa bahan dari bercanda itu bermula dari kelemahan, keterbatasan, dan keunikan seseorang. Hal ini sebenarnya bisa menjadi salah satu sebab ketegangan atau pun kemarahan.