Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Belgia, Bukan Lagi Kuda Hitam Tapi Favorit Juara Turnamen

20 November 2020   08:18 Diperbarui: 20 November 2020   08:23 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pemain timnas Belgia merayakan gol ke gawang Inggris (16/11/2020). Sumber foto: Getty Images via Goal.com

"Belgia adalah negara sangat kecil bila dipandang dari jumlah penduduk, tetapi ini sebuah negara besar dari sisi kemungkinan-kemungkinan," Roberto Martinez, pelatih tim nasional Belgia.

Pada tiga laga terakhir di level  internasional, Belgia berhasil sapu bersih kemenangan. Termasuk mengalahkan timnas Inggris (2-0) (16/11/2020).Catatan kemenangan yang sangat mengagumkan.

Ini juga tidak lepas dari komposisi timnas Belgia saat ini. Pasalnya, sebagian besar nama yang ada di dalam skuad Belgia mempunyai peran penting di klub-klub yang mereka bela. Peran penting itu kadang mengharuskan mereka untuk bermain penuh. Efeknya bisa berupa kelelahan.

Kendati demikian, kelelahan dari level klub tidak nampak. Kevin De Bruyne, Eden Hazard, Romelu Lukaku dan Thibau Courtouis tetap menunjukkan komitmen mereka pada negara. Alhasil, Belgia menjadi tim yang tidak boleh dipandang lagi sebagai kuda hitam turnamen, tetapi favorit turnamen antara negara.

Belgia menjadi salah satu dari empat negara yang masuk partai final dari kompetesi liga antara negara Eropa. Pencapaian ini bukanlah sebuah kejutan. Pencapaian ini merupakan tanda-tanda kemajuan sepak bola Belgia beberapa tahun terakhir.

Tanda kemajuan yang sangat spektakuler adalah saat Belgia berhasil masuk semifinal sekaligus duduk pada tempat ke-3 pada Piala Dunia 2018. Pencapaian ini memberikan sukacita yang luar biasa bagi masyarakat Belgia yang hanya berpopulasi 11 juta penduduk ini.

Pencapaian ini pun memberi pesan kepada dunia sepak bola. Belgia bukan lagi kuda hitam yang datang memberikan kejutan. Belgia sudah dan akan menjadi favorit dari setiap turnamen yang akan mereka hadapi.

Faktor favorit dari turnamen ini tidaklah berlebihan. Betapa tidak, sebagian anak-anak asuh Roberto Martinez bermain di beberapa klub hebat di Eropa.

Dries Mertens (Napoli) dan Lukaku (Inter Milan) mempunyai pengaruh besar di klub dan di liga. Lalu dari Liga Inggris ada Toby Alherweireld, De Bruyne, Youri Tielemans dan Michy Batshuayi.  Sementara di La Liga Spanyol ada Yannick Carrasco dan Eden Hazard. Tidak ketinggalan dari tanah Jerman seperti Axel Witsel, Thorgan Hazard, Thomas Meunier dan Koen Casteels.

Secara umum, para pemain ini tidak mendiami bangku cadangan di klub-klub yang mereka bela. Mereka mempunyai andil juga dalam permainan klub. Tentunya, efek dari sini adalah permaianan di level timnas.

Tak elak, karena komposisi skuad Belgia saat ini membuat banyak orang menyebut mereka sebagai generasi emas (golden generation). Akan tetapi, Lukaku menolak klaim itu. Lukaku lebih melihat jika timnya terdiri dari para pemain berbakat, dan mereka tidak melihat itu sebagai generasi emas.

Tahun depan, Belgia akan bermain di Piala Eropa. Pada turnamen ini, Belgia menjadi salah satu favorit kuat juara turnamen. Mereka bukan lagi kuda hitam yang dinantikan kejutannya.

Belgia juga menjadi favorit bila menimbang sistem kerja sepak bolanya. Talenta para pemain bukan datang dari langit atau juga hasil naturalisasi dari negara-negara lumbung sepak bola. Para pemain terbentuk dari sebuah sistem kerja yang di bangun beberapa tahun silam.

10 tahun lalu, Belgia hanya berada di peringka ke-70. Situasi cepat berubah. Saat ini, Belgia berada di puncak ranking nomor satu versi FIFA.  

Keberhasilan Belgia ini melekat dengan upayanya untuk membangun sistem pembinaan pemain. Belajar dari negara tetangga seperti Belanda yang mempunyai akademi dengan Total Football dan Perancis yang mempunyai pusat bola Clariefontaine, Belgia berhasil membangun pusat pembinaan di tahun 2000.

Pembinaan ini pun dikenal dengan "Project 2000" dengan nama akademi "La Vision de formation de l'URBSFA". Proses pembinaan ini merupakan upaya Belgia untuk membangun sepak bola mereka agar bisa berkompetesi di level internasional.

Menariknya, akademi ini hanya membangun sistem yang satu dan sama. Bermain dari 4-2-3-1 ataukah 4-3-3. Penekanannya seperti gaya yang diterapkan Johan Cruffy di Belanda dan Barcelona, yakni setiap pemain harus mengontrol bola, mencari dan mendapatkannya serta dapat bertahan dengan baik.

Pembangunan akademi pembinaan ini merupakan upaya Belgia untuk tetap mencari dan mempertahankan talenta pemain bagus. Apalagi jumlah penduduknya yang begitu sedikit. Sangat dibutuhkan kerja ekstra untuk mencari talenta sedini mungkin. Makanya, akademi pencarian bakat harus terbangun secara sistematis dan terarah.

Saat ini, Belgia perlahan memetik upaya dari sistem akademi yang telah dirintis beberapa tahun silam. Buah dari upaya itu tidak lagi menempatkan Belgia sebagai tim kuda hitam di setiap turnamen yang dilakonkan. Akan tetapi, Belgia sudah menjadi salah satu favorit juara dari setiap turnamen yang dilakokan.

Cepat atau lambat, Belgia akan mencatatkan namanya sebagai salah satu peraih trofi besar. Liga Eropa musim depan dan Piala Dunia bisa menjadi target yang sangat realistis bila menimbang proses pembangunan skuad timnas Belgia saat ini.

Sumber: Tom Hamilton, "How Belgium became No. 1 in the world: Lukaku, De Bruyne dan Martinez tell their story," ESPN.com (17 November 2020)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun