Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ancaman Wabah Covid-19 Pada Usaha Kecil Seorang "Single Parent"

3 April 2020   10:49 Diperbarui: 3 April 2020   10:53 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto PhilNews.ph

Tulisan ini terlahir dari kisah seorang teman. Seorang wanita. Single parent. Sebut saja namanya Omi.

Ketika bercerai tujuh tahun lalu, Omi harus memutar otak untuk menghidupi kedua anaknya. Mencari kerja bukanlah perkara gampang.

Pasalnya, Omi hanya berijisakan SMA. Bukannya dia tidak mampu bersekolah, tetapi keputusan menikah muda memotong kesempatannya untuk bersekolah ke jenjang perguruan tinggi.

Puji Tuhan, kesulitan di awal perceraian terpecahkan berkat talenta yang dimilikinya. Omi pandai memasak. Dia pun memutuskan untuk membuka warung kecil dan sederhana.

Rencana ini berjalan lancar. Seorang teman baik mau meminjamkan secara gratis garasi mobilnya sebagai area warung.

Jadilah warung itu sebagai sandaran utama untuk kehidupan keluarga. Omi dan kedua anaknya yang mana anak sulung sudah duduk di bangku SMA dan anak bungsu masih siswa SD.

Perlahan, warungnya berkembang. Pelanggan berdatangan. Berkat aplikasi di internet, warungnya kian dikenal di mata banyak orang. Transaksi juga menjadi lancar.

Namun situasi berubah sejak pekan lalu. Pelanggan menjadi sepi seiring dengan merebaknya wabah virus Corona. Belum lagi, aturan dan arahan untuk tinggal di rumah, melakukan karantina dan physical distancing. Semuanya ini berdampak keengganan banyak orang untuk berada dan berkunjung ke tempat publik seperti warung kepunyaan Omi.

Entah faktor ketakutan atau faktor lain, dari hari ke hari warungnya kekurangan pelanggan. Kehadiran pelanggan menjadi tidak pasti. Keputusan akhir, dia harus menutup usahanya itu untuk beberapa waktu.

Toh, kalau warungnya tetap dibuka di tengah kondisi pandemi Corona, pembeli dan pelanggan mungkin saja enggan membeli. Mereka mungkin cemas kalau virus Corona bisa menyebar lewat pengantar dan makanan yang dipesan.

Jika pelanggan juga tidak ada, ujung-ujungnya bahan makanan bisa terbuang percuma. Anggaran menjadi sia-sia. Toh, menyimpan makanan di kulkas untuk jangka waktu yang lama bukanlah keputusan yang bijak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun