Mohon tunggu...
Doni Ekasaputra
Doni Ekasaputra Mohon Tunggu... Dosen - Jebolan Mahad Aly Situbondo

Mengolah rasa menuju cinta-Nya

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Mana Dulu, Qada' Hutang Puasa Atau Puasa Sunah Syawal?

24 Mei 2021   10:21 Diperbarui: 24 Mei 2021   10:45 924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun saran saya, buat antum sekalian yang lagi punya hutang puasa Radaman, sebaiknya qada'-nya segera dilakukan. Kita kagak tahu umur bakalan sampe dimana, iya kan? Bisa saja aku belakangan, antum duluan...

Kenapa pahala puasa 6 hari bulan Syawal begitu besar? Sekali lagi, Ini adalah wujud kemurahan dan kasih sayang tuhan kepada manusia. Diberikannya pahala yang teramat besar agar antum sekalian termotivasi untuk segera melakukan qado' puasa di bulan Syawal.   Kalau kagak termotivasi, yak gak apa-apa.

Cara qado'-nya langsung adjah digandeng dengan niat puasa sunnah 6 hari bulan Syawal. Insyaallah dapat dua bintang. Hutang puasa jadi lunas dan dapat pahala puasa sunnah 6 hari bulan Syawal. Dalam kajian fikih, hal yang beginian ini boleh-boleh saja dan udah lumrah. Rujukan-rujukannya lumayan banyak. Walaupun ada juga yang mengatakan tidak sah.

Perbeda ulama dalam kasus yang beginian ini berkaitan dengan persoalan menggabungkan dua niat dalam satu ibadah (tasyria al-niat) dalam ranah ibadah "al-maqshdah li dzatiha" dan  "al-maqshudah li gairiha".

Imam Nawawi yang diikuti oleh Imam Asnawi berpendapat bahwa puasa qada' sembari niat puasa sunnah Syawal hukumnya batal. Alasannya, puasa sunah muakkad adalah ibadah "al-maqshdah li dzatiha". 

Namun versi lain,  Imam Ibnu Hajar mengatakan puasa sunah muakkad tersebut berstatus sebagaimana salat tahiyyat yang merupakan ibadah "al-maqshudah li gairiha". Tujuan disyariatkan puasa sunah muakkad tersebut adalah untuk menyibukkan diri dengan perbuatan taat. Oleh karena itu,

terjadinya "tasyrik al-niyyah" dalam kasus ini diperbolehkan.

Memang wajah fiqh itu begini. Sampai kapanpun "beliau" akan menampilkan keragaman yang berpelangi. Untungnya buat antum, dan aku juga tinggal ikuti mana yang paling relevan dengan situasi dan kondisi masing-masing. Dengan begitu, Islam nampak sangat ramah lingkungan.

Saya kira segini ajah.

Tulisan ini udah sangat banyak dan panjang.

wallahu 'alam bissawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun