Mohon tunggu...
Unu D Bone
Unu D Bone Mohon Tunggu... Belajar dan Berbagi

Menulis Suka-Suka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenal Borderline Personality Disorder

11 April 2025   01:14 Diperbarui: 11 April 2025   01:14 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gejala dan Penyebab BDP( Sumber: Dok.Pribadi/dibuat menggunakan AI)

Terakhir, ada pula teori dari aliran neurobiologis, yang mencoba melihat gangguan ini dari struktur dan kinerja otak. Studi ini, dengan mengacu pada citra otak menunjukkan bahwa individu dengan BPD memiliki aktivitas abnormal di beberapa bagian otak, khususnya pada amygdala dan prefrontal cortex. Amygdala yang terlalu aktif  membuat subyek sangat sensitif terhadap rangsangan emosional. Sedangkan prefrontal cortex yang kurang aktif menyebabkan kesulitan dalam pengendalian impuls dan pengambilan keputusan.

Baiklah, secara teoritis dapat disimpulkan bahwa BPD merupakan interaksi yang kompleks antara faktor biologis (neurobiologis dan genetik), psikologis (trauma masa kecil, pengasuhan), dan sosial (lingkungan yang invalidatif). Gangguan ini bukan hanya "masalah emosi" biasa, melainkan kondisi psikologis yang membutuhkan pemahaman holistik dan pendekatan terapi jangka panjang yang berfokus pada regulasi emosi, hubungan interpersonal, dan pemulihan identitas diri. Meski cukup umum terjadi, BPD seringkali disalahpahami dan membawa stigma negatif bagi penderitanya.

Indikasi BPD

Pertanyaan berikut, bagaimana mengenal dan mengetahui masalah BPD? Mengacu pada kesimpulan dari teori maupun praktik yang ada dalam bidang klinis, ada beberapa gejala yang umum dijumpai pada penderita BPD.

Dalam beberapa kasus, individu yang mengalami BPD mengalami perasaan takut ditolak dan ditinggalkan. Perasaan ini bukan hanya pada hal-hal yang ekstrem, tetapi juga terhadap hal-hal kecil, misalnya takut terhadap perpisahan meskipun perpisahan itu sesaat. Kadang, pada kasus yang berbeda, ketakutan akan penolakan dan ditinggalkan itu bahkan hanya ada dalam pikiran subyek sendiri. Ketakutan ini bisa muncul ketika orang terdekat tidak segera merespon pesan Whatsapp yang dikirim, tidak memberi kabar, tidak segera menerima panggilan telpon. Biasanya tindakan ini tidak direkayasa atau manipulatif, tetapi bagi subyek yang menderita, perpisahan dan ditinggalkan merupakan hal yang sangat menyakitkan.

Indikasi lainnya, subyek penderita menjalani suatu hubungan interpersonal yang intens namun tidak stabil. Dia yang pada menit sebelumnya penuh cinta kasih bisa menjadi penuh kebencian pada menit berikutnya. Subyek bisa mengalami hal yang disebut splitting, melihat orang lain sebagai yang sangat baik, juga sangat jahat pada saat yang bersamaan atau hampir bersamaan. Subyek bisa sangat benci dengan seseorang, namun pada saat ketika yang dibenci menjauh malah subyek ingin agar orang itu jangan pergi. (Rumit kan?).

Selanjutnya, subyek memiliki citra diri yang tidak stabil atau rasa identitas yang kabur. Penderita BPD seringkali tidak memiliki rasa identitas yang jelas. Mereka bisa merasa sangat yakin dengan siapa diri mereka, lalu berubah drastis dalam waktu singkat. Indikasi ini dapat muncul dalam bentuk perubahan nilai hidup, tujuan, jenis pekerjaan yang diinginkan, atau bahkan orientasi seksual. Contoh: pada siang hari merasa percaya diri dan mencintai diri sendiri, namun pada malamnya merasa tidak berharga dan membenci diri.

Gejala lain bisa ditunjukkan dengan perilaku impulsif biasanya terjadi di dua atau lebih area yang bisa membahayakan diri, seperti belanja berlebihan, seks berisiko, mengonsumsi alkohol berlebihan sampai narkoba, binge eating (makan berlebihan). Ada kalanya subyek mengalami suasana hati bisa berubah drastis dalam hitungan jam, dan tidak selalu berhubungan dengan peristiwa nyata. Perubahan emosi bisa sangat ekstrem, dari bahagia menjadi sangat marah lalu putus asa dalam satu hari. Perasaan ini bisa berlangsung beberapa jam hingga beberapa hari. Bisa juga subyek merasa kekosongan atau kehampaan dalam diri, kemarahan yang meledak tak terkendali dan diluapkan dengan cara kekerasan baik fisik, psikis maupun verbal.

Dalam kondisi paling ekstrim, penderita bisa saja mengalami paranoid, curiga bahwa orang lain akan menyakiti mereka, atau mengalami disasosiasi. Subyek merasa bahwa mereka tidak nyata, melayang keluar dari tubuh mereka. Gejala paling serius adalah ancaman melukai diri sendiri. Subyek bisa menggundulkan rambutnya sendiri, melukai diri sendiri menggunakan berbagai sarana yang bisa digunakan seperti pisau, api dll.

Penanganan

Gejala BPD sangat mengganggu fungsi sosial, akademik, dan emosional seseorang. Namun, dengan diagnosis dini dan penanganan yang tepat, banyak individu dengan BPD bisa pulih, kembali normal, hidup sehat dan produktif. Meski tergolong serius, BPD bisa diatasi dengan pendekatan yang tepat. Terapi psikologis merupakan metode utama dalam penanganannya, seperti menggunakan Dialectical Behavior Therapy (DBT) untuk membantu penderita BPD mengatur emosi dan mengurangi perilaku merusak diri. Selain itu dapat digunakan pendekatan Cognitive Behavioral Therapy (CBT) untuk mengubah pola pikir negatif dan meningkatkan kontrol diri, juga terapi kelompok dan dukungan sosial sehingga subyek merasa dimengerti dan tidak sendirian dalam perjuangannya. Dalam beberapa kasus, penggunaan obat-obatan juga dapat direkomendasikan untuk mengatasi gejala tambahan seperti depresi, kecemasan, atau gangguan suasana hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun