Mohon tunggu...
Farhandika Mursyid
Farhandika Mursyid Mohon Tunggu... Dokter - Seorang dokter yang hanya doyan menulis dari pikiran yang sumpek ini.

Penulis Buku "Ketika Di Dalam Penjara : Cerita dan Fakta tentang Kecanduan Pornografi" (2017), seorang pembelajar murni, seorang penggemar beberapa budaya Jepang, penulis artikel random, pencari jati diri, dan masih jomblo. Find me at ketikanfarhan(dot)com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sebuah Reuni | Mimpi Tentangmu

30 November 2019   06:32 Diperbarui: 30 November 2019   06:37 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto : dokumentasi pribadi

Pagi itu, aku membawa motorku ke sebuah pantai. Entah kenapa, sejak bertugas di kota ini, aku semakin kangen akan pantai itu. Terakhir kali aku ke sana itu kira-kira bulan Februari tahun lalu. Aku selalu teringat janjiku untuk membawa seseorang ke sini. Ke sebuah pantai yang mengingatkanku masa KKN dulu. Masa di mana seharusnya aku sudah mulai membangun cinta dengan seseorang, malah semuanya gagal akan kesalahanku dulu.

Namun, semuanya sudah berlalu. Kali ini, entah kenapa, mimpi itu membawaku bergerak menuju pantai itu. Aku sempat berhenti sejenak dan baca chat dari Lek Supri, Dia katanya gak jadi ke pantai karena ada urusan mendadak di keluarganya.

Namun, aku sendiri masih bingung atas dasar apa aku diturunkan langsung saat aku naik motor. Tidak ada penjelasan terkait motif yang menyebabkan aku berada di situ. Namun, ini adalah mimpi, bukanlah seperti apa yang terjadi di dalam Inersia dulu.

Tanpa disadari, aku langsung sampai di pantai yang tujuan. Langit di atas cerah berawan, ideal untuk menuntaskan rinduku akan suasana pantai itu. Tumben juga, saat aku turun di pantai itu, suasanya bersih.

Entah, apakah karang taruna di sana sedang rajin-rajinnya atau karena ada perwakilan KKN lagi yang bertugas di sana. Suasana pantai juga relatif sepi, berbeda dengan pantai-pantai lainnya yang tersebar di kota itu. Apalagi, satu pantai yang letaknya dekat dengan bandara yang baru dibuka. Sudah terlalu ramai, hingga aku mulai malas ke sana.

Aku turunkan motor itu di depan pantai itu. Sudah muncul beberapa perubahan di sana. Salah satunya, mulai munculnya spot-spot untuk berfoto selfie. Ada yang membentuk logo cinta, atau juga yang pakai ayunan.

Namun, spot-spot tersebut tidak menganggu keindahan pantai yang selama ini aku kagumi. Mereka hanya mengambil 1-2% dari luas pantai. Tanpa pikir panjang, aku turun dari motor dan jalan menuruni gundukan pasir yang merupakan ciri khas dari pantai itu.

Perlahan-lahan, sembari berjalan ke arah tepi, aku mulai merasa putaran angin yang ada itu mulai menenangkan jiwaku yang sempat kalang kabut. Mulai aku nikmati semuanya dengan mata terpejam, dari udaranya, pasirnya, atau suara airnya yang benar-benar menyejukkan sanubari. Di saat, aku menikmati pejaman mataku.

OoOoOoOoOoO

"GANI! GANI! AKU DI SINI, CINTA!"

Tiba-tiba, aku mendengar sebuah suara yang akrab bagiku. Sebuah suara gadis yang aku kenal. Gadis yang pernah aku bawa ke sebuah perjalanan yang penuh cinta. Bukankah dia sudah di alam yang berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun