Kenapa Banyak Orang yang Haus Akan Validasi Diri?
Pernah nggak sih kamu nge-post sesuatu di media sosial---entah itu selfie, tulisan curhat, atau karya kreatif lalu diam-diam nungguin likes atau komentar masuk? Kalau iya, kamu nggak sendiri. Banyak dari kita pernah, atau bahkan sering, melakukan hal yang sama. Rasanya ada yang kurang kalau nggak ada respon. Seolah-olah yang kita bagikan itu nggak cukup berarti kalau nggak ada yang "mengakuinya".
Ini adalah fenomena yang makin hari makin nyata: haus akan validasi diri. Tapi kenapa sih kita begitu butuh pengakuan dari orang lain? Kenapa kita kadang nggak percaya sama diri sendiri sampai orang lain bilang "kamu keren" atau "bagus kok"? Yuk, kita kupas pelan-pelan.
1. Manusia Itu Makhluk Sosial
Dari sononya, manusia memang diciptakan sebagai makhluk sosial. Kita butuh orang lain untuk hidup baik secara fisik, emosional, maupun psikologis. Nah, salah satu kebutuhan dasar manusia adalah rasa diterima dan diakui.
Maslow, seorang psikolog terkenal, pernah bikin teori tentang hierarki kebutuhan manusia. Setelah kebutuhan dasar seperti makanan dan keamanan, ada yang namanya kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki. Ini termasuk pengakuan dari orang lain, loh. Jadi sebenarnya, butuh validasi itu wajar.
Masalahnya adalah... kadang kita terlalu bergantung pada itu. Kalau nggak ada validasi dari luar, kita jadi merasa nggak berharga. Padahal, pengakuan diri yang paling penting itu datangnya dari dalam.
2. Media Sosial: Ladang Validasi Instan
Dulu, untuk mendapatkan pengakuan, kita mungkin harus berusaha keras: jadi juara kelas, tampil di pentas seni, atau memenangkan lomba. Tapi sekarang, cukup satu klik upload dan kita bisa mendapatkan ribuan mata yang melihat.
Media sosial itu seperti pedang bermata dua. Di satu sisi, kita bisa mengekspresikan diri dengan bebas dan terkoneksi dengan orang lain. Tapi di sisi lain, kita bisa terjebak dalam perangkap validasi. Kita mulai mengukur nilai diri lewat angka: berapa likes, berapa views, berapa followers.