Padahal sektor pangan adalah vital dan mempunyai urgensi tinggi. Kesejahteraan petani bergantung pada perusahaan yang dipimpin.
“Saya bertanggung jawab penuh atas keputusan ini,” ujarnya singkat seperti diberitakan kompas.com (12/8)
Sikap "tahu diri", ewuh pakewuh dan ksatria yang diperlihatkan menunjukkan kedewasaan dan kebijaksanaan. Beliau mampu mengukur kemampuan dan menyadari bahwa kepemimpinannya belum mencapai target.
Meski tidak ada yang menuntut pertanggungjawabannya sebagai pimpinan, beliau tahu diri. Sikap yang jarang dipertontokan oleh pemimpin-pemimpin kita di negeri ini.
2. Bupati Sudewo, Enggan Legowo
Kemeriahan peringatan kemerdekaan RI ke 80 tahun 2025 nampaknya di Pati, Jawa Tengah dimulai lebih awal yaitu 13 Agustus 2025.
Sekitar 100 ribuan orang turun ke jalan, membentangkan spanduk tuntutan, memenuhi alun-alun Bumi Mina Padi, bendera merah putih diarak sepanjang jalan dengan narasi yang keras.
Semarak sekali, namun ini bukan pawai atau karnaval agustusan. Melainkan demo menuntut lengsernya Bupati Sudewo yang baru menjabat sekitar 6 bulan.
Pasalnya rakyat Pati murka dengan kepemimpinan Bupati Sudewo yang arogan dan buruk perangai. Berawal dari kebijakan kenaikan pajak bumi dan bangunan (PBB) hingga 250 persen meski dibatalkan, kebijakan 5 hari masuk sekolah, hingga pemecatan tenaga honorer RSUD yang sudah mengabdi lebih dari 20 tahun dan merekrut orang-orang baru yang disinyalir "titipan".
Apalagi Bupati Sudewo dalam lain kesempatan umbar tantangan, "mau 5000 atau 50.000 saya tak akan gentar" ujarnya.
Oleh sebab itu 13 Agustus, 100 ribuan warga Pati mendatangi kantor Bupati menjawab tantangan tersebut.
Warga Pati kecewa dan merasa Bupati Sudewo gagal dalam memimpin makanya dituntut mundur.