Mohon tunggu...
Doddy Salman
Doddy Salman Mohon Tunggu... Dosen - pembaca yang masih belajar menulis

manusia sederhana yang selalu mencari pencerahan di tengah perjuangan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ketika Korona Menyambangi Istana

2 Agustus 2020   07:25 Diperbarui: 2 Agustus 2020   11:23 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika virus korona adalah pemain sepak bola, mungkin ia adalah Diego Armando Maradona. Pahlawan Argentina ketika merebut Piala Dunia 1986 di Meksiko. Dengan kecerdikannya Maradona mengkonversi sundulan menjadi gol  pembuka Argentina vs Inggris.

Gol ini begitu kontroversi karena Maradona menggunakan tangan untuk membantu sundulan. Wasit yang tak menyaksikan dari dekat mensahkan gol tersebut. Usai pertandingan Maradona mengakui bukan ia yang membuat gol melainkan Tangan Tuhan.

Hanya berselang 4 menit setelah gol pertama pemain bernomer punggung 10 ini  membayar "kecurangannya" dengan aksi  lari sendiri alias solo run melewati 5 pemain the Three Lions sebelum menaklukan gawang Peter Shilton. Proses gol tersebut begitu indah sehingga dinobatkan sebagai gol terbaik abad 20.

Inggris membalas di menit 81 melalui Gary Lineker namun tak mengubah kemenangan tim Tango. Kemenangan ini seperti balasan manis setelah Argentina empat tahun sebelumnya gagal mempertahankan Kepulauan Falkland atau Malvinas dari Inggris.   Kalah karena peluru dibalas kemenangan di lapangan hijau.

Di abad 21 ini virus korona begitu lihat menyentuh korbannnya. Orang biasa, artis, pejabat, ahli waris kerajaan hingga kepala negara menjadi korbannya. Body Guard, Satuan Pengaman (Satpam), polisi, hingga Pasukan pengawal presiden alias paspampres seperti tak berdaya  melawan kelihaian virus asal Tiongkok ini.

Mungkin itulah narasi mengomentari berita Istana memperketat penjagaan dan menerapkan protokol kesehatan menyusul positifnya salah satu tamu Istana Negara bernama Isdianto. Isdianto adalah Gubernur Kepulauan Riau yang dilantik Presiden Joko Widodo 27 Juli 2020 lalu.

Sebelumnya Ahmad Purnomo dinyatakan positif Covid-19 usai bertemu muka dengan presiden. Ahmad Purnomo adalah Wakil Walikota Solo yang gagal melaju ke pilkada Solo karena tak mendapat restu partai Politik bernama PDI-P.

Setelah "kecolongan" tamu positif Covid-19 protokol kesehatan Istana Negara Jakarta dan Bogor ditingkatkan. Sebagaimana ditulis Kompas.id Presiden akan dites rapid dan swab setiap tengah dan akhir pekan.

Ruang Istana akan disirami sinar ultraviolet 24 jam sebagai disinfektan yang diharapkan mematikan virus Korona. Kaca akrilik akan dipasang ketika presiden bertemu muka dengan tamunya. Selain tetap meminimalkan kontak langsung dengan para tamu.

Reaksi istana ini sebetulnya mengkonfirmasi bahwa kesehatan adalah segalanya bagi manusia. Apalagi  manusia yang memiliki jabatan penting seperti presiden. Seorang presiden yang sakit membuat nasib sebuah negara memasuki fase kekhawatiran. Kekhawatiran adalah tanda  bahwa kepastian berangsur hilang karena politik guncang. Guncangan politik berimbas kepada sektor ekonomi yang menuntut kepastian.

Berkaca kepada peristiwa tersebut maka membangkitkan ekonomi ditengah bencana nasional Covid-19 adalah aktivitas mahaberat. Berkaca kepada kehati-hatian aktivitas seorang presiden maka kesehatan  setiap orang Indonesia seharusnya juga menjadi prioritas utama dibandingkan kebangkitan ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun