Mohon tunggu...
Doddy Hidayat
Doddy Hidayat Mohon Tunggu... profesional -

Ada yang panggil saya pemimpi, orang planet, ngawur dan sok pintar..dan itu betul semua :D http://www.konsultankreatif.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Soal Ucapan Selamat Natal: Belajar Makan Pisang yang Baik dan Benar

26 Desember 2012   06:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:02 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13565032181032345648

Siapa tega kirim SMS: Maaf ya teman, silahkan merayakan natal tetapi jangan harap ucapan selamat dari saya ya, nanti saya berdosa

Setelah membaca berita kontoversi boleh atau tidaknya mengucapkan selamat natal, kok saya jadi teringat buah pisang. Maka saya pun jadi teringat pemilik brand terkuat soal pisang yang erat melekat, tertanam di benak sebagai representative paling mumpuni soal perpisangan. Sudah lama tidak bertemu langsung, karena terakhir bertemu itu sekitr 30 tahun yang lalu di Ragunan. Mungkin  yang seangkatan saya pun sudah banyak yang jadi kakek - nenek atau sebagian almarhum digantikan dengan generasi baru, mungkin anaknya atau cucunya yang eksis sekarang. Tapi saya yakin, pada generasi manapun, walau alay sekalipun, mereka tetap ahli dalam menentukan dan memilih buah pisang terbaik. Karena mereka makan isinya, tidak kulitnya, pastilah tahu kulit pisang yang bagus belum tentu isinya enak dimakan dan begitu juga sebaliknya. Tapi bukan berarti saya mengamini teori Darwin ya. Monyet ya dari dulu hingga kini tetap monyet. Memang situ mau gitu saya sebut turunan monyet?

Hidup memang begitu, seperti monyet makan pisang. Tidak selalunya yang buruk diluarnya baik di dalamnya atau sebaliknya. Bahkan Tuhan sendiri bilang kok dalam firmannya: kurang lebih seperti ini “ Jika Tuhan berkehendak, walaupun seluruh isi bumi ini menghalangi, maka jadilah dan jika Tuhan tidak berkehendak, walalupun seluruh isi bumi ini menolongnya, maka tidak jadi lah. Lama – lama seperti ustad ni saya, tiap artikel bawa dalil heuheu. Habis saya pusing melihat tingkah polah manusia apalagi kalau sudah bicara alias mengeluarkan pernyataan. Hati – hati lho bicara itu, nanti kelihatan siapa yang kalau makan pisang doyannya makan kulit, sedangkan isinya yang elok – manis – manfuaat, eeeh malah di buang – buang. Mubazirun ikhwanu Syaiton, kata pak Fuad.

Kacau ini logika berpikir penulis! Waw, itu pernyataan paling tepat, karena memang saya tidak logis dan anti rasionalis. Harapan saya sih tidak bikin bingung, hanya menawarkan alternatif cara berpikir. Yup, namanya berpikir kuralang kuriling, alias berpikir diluar karung alias kreatip berpikir..Pesan Sponsor.com ini namanya J

Lalu apa hubungannya dengan selamat natal? Apalagi sampai sebuah Institusi resmi seperti MUI mengeluarkan fatwa melarang mengucapkannya bagi umat Muslim. Mari kita perjelas, apa sih untung ruginya “sekedar” mengucapkan selamat hari raya agama? Apa memang berdosa, tidak baik tapi tidak berdosa, boleh buat boleh tidak, elok buat atau malah jika dibuat berpahala? Wow kontroversi nih bakalan. Jangan – jangan habis ini saya dipanggil MUI disuruh ke KUA dan melaksanakan ijab kabul heuheu. Tapi walaupun saya sering ngawur, kalau urusan kebenaran mah Insya Allah saya tidak mau ngawur, bahaya kan kalau awur – awuran. Justru tulisan ini..ehmm minimal bisa memberikan sudut pandang yang lebih positif, bagi yang memang mau berpikiran positif.

Isu penting dalam marketing komunikasi dan bidang sewilayah seperti public & media relation hingga yang teraktual yaitu sosial media adalah soal Siapa bicara Apa dan Apa Bicara Siapa. Tema ini berlaku untuk siapapun, apalagi tokoh atau panutan masyarakat yang ucapannya sangat mungkin didengar dan menjadi perhatian publik, maka seharusnya tahu ada dampak positif atau negatif akibat dari perkataannya..apalagi perbuatannya. Persoalannya bukan terkait dengan pribadinya saja, tetapi label atau brand yang dibawanya. Jika yang dibawanya partai seragam biru, maka tentu wajar jika publik menilai itulah gambaran dari si biru. Menjadi persoalan yang lebih berat lagi jika yang dibawa – bawa adalah agama. Alih – alih kita mau  menjadi speaker memperjuangkan dan membela agama, eh justru kita yang menjadi penyebab jatuhnya citra agama dan membawa kekeliruan pemahaman tentang sebuah ajaran agama. Sederhananya, tadinya mau bilang jangan buat dosa eh malah berpotensi buat dosa, dosa yang lebih besar lagi. Ribet ya hidup. Memang ribet kalau cara pandangnya Cuma guna rasionalitas. Karena Rasionalitas kadang tidak membuat urusan tuntas, apalagi kalau kapasitas terbatas, solusi ikut tingkatan kelas, mana dapet universalitas, dengan itu kita perlu kombinasikan dengan kreatifitas, heuheu jarang – jarang bisa pas semua akhiran pake tas tas.

1. Yang pertama, katanya mengucapkan selamat natal itu hukumnya haram! Kalau haram dibuat berarti berdosa! Kalau berdosa berarti masuk neraka! Ngeri, ngeri..Lalu apa dalilnya?

Sangat amat di haramkan untuk menyetujui, menyerupai atau mengikuti cara – cara dan kebiasaan orang kafir.

Itulah yang saya dengar di akhbar on line maupun offline. Jadi bagaimana jika ada kawan karib kita, boss kita, pejabat, menteri atau siapa saja orang nasrani yang baik – baik yang berada dilingkungan kita sedang bersuka cita merayakan natal dan beberapa bulan lalu dengan tulusnya mengucapkan selamat Idul fitri kepada kita? Apakah kita akan kirim BBM dan SMS, Maaf ya teman, silahkan merayakan natal tetapi jangan harap ucapan selamat dari saya ya. Waduh, coba saja kita ukur dengan standar perasaan masing – masing. Perasaan yang paling dalam yaitu rasa fitrah kita saling berempati satu sama lain?

Empati bagi saya adalah inti dari kasih dan sari dari sayang. Kasih sayang itu bukan haknya golongan tertentu. Kasih sayang itu bahkan Tuhan wajibkan untuk diberikan kepada seluruh makhluk, bukan hanya manusia saja. Kasih sayang itulah sebenarnya kunci dari perpaduan dan persatuan. Sudahlah kita memang berbeda keyakinan, lalu ikatan apalagi yang dapat menyatukan segala perbedaan tersebut? LOVE and CARE, thats it! Ingat kisah pelacur masuk surga karena memberi minum seekor anjing dengan sepatunya? Atau kisah mahsyur raja jagal pemenggal 999 kepala orang tidak berdosa tapi Tuhan rahmati dia dengan akhir hidup yang khusnul Khatimah dan akhirnya masuk surga? Kalau belum pernah dengar, tanya sama anaknya atau adiknya yang di SD ya.

Kalau saya tidak salah, inti dari segala ibadah adalah menghasilkan buah bernama akhlak dan bagian termanis dari buah akhlak itu dan yang sangat menggembirakan Tuhan adalah kasih dan sayang. Thats why GOD send Prophet Muhammad for human being: Untuk menyampaikan kabar gembira bahwa Tuhan sudah sempurnakan agama Nya dan untuk menyempurnakan akhlak umat Nya. Jadi sesuatu yang sudah sempurna tentu pede abis berkarya tanpa takut dan tanpa beban, karena memang tidak ada celah untuk dikorek kelemahannya.

Jadi rumusnya jelas: Hidup –> Belajar (Ajaran) –> Beribadah –> Berakhlak –> Berkasih Sayang (bersatu, berpadu, bersaudara, take & give).

Bukan jadi begini: Hidup –> Belajar (Ajaran) –> Beribadah –> Fanatik –> Bermusuhan (pecah belah, saling merugikan, menghancurkan dan menyengsarakan).

2. Yang kedua. Bagaimana sebenarnya kita memahami dalil yang dikeluarkan sehingga keluar fatwa dilarang mengucapkan selamat natal? Jika rujukannya adalah dilarang menyetujui, mengikuti dan menyerupai. Pertanyaannya saya mau balik begini, dari sudut kehidupan mana lagi saat ini, yang kita tidak saling menyerupai dan mengikuti bahkan menyetujui? Coba lihat cara berpakaian kita, apa ada bedanya umat muslim dengan umat nasrani sekarang? Sama pakai kaos, kemeja, celana panjang, potongan rambut junkies, merek minyak wangi sama, sepatu sama, tempat makan sama, tempat hang out sama, sama – sama duduk satu ruangan di kantor, sama – sama kuliah belajar segala ilmu di kurikulum, sekolah dan kampus yang sama. Ulama dan pastor juga sama – sama makan Mcd, kyai dan kondektur bis metromini yang hari minggu ke gereja HKPB juga sama – sama merokok Dji sam soe, mau kristen, Islam, hindu ata budha sama – sama pakai blackberry, sama – sama menginjak, bernaung dan berkehidupan di bumi Tuhan. Jadi apa bedanya? Kalau itu sebagai dalilnya, saya orang pertama yang akan tidak setuju terhadap larangan tersebut.

Hakekat perbedaan keyakinan, bukan disitu. Hakekat perbedaan ada pada kecerdasan kita untuk memilih, menetapkan dan menjalani apa yang memang kita yakini paling benar. Kalau sudah kesana arahnya, berarti kita menuju pangkal, kita bicara area holistic, bukan bicara ranting, kulit, baju dan embel – embel kemasan. Kalau bicaranya ranting, kulit, pakaian dan kemasan, sama dengan berjibaku di ranting. Ranting itu banyak cabangnya. Habis kita sibuk diranting seperti musang sibuk maling rambutan. Karena sudah terjebak dikerumunan ranting, makanya dia tidak sadar jika ada gundukan rambutan yg banyak diatas kepalanya, yang dituju hanya beberapa rambutan mengkal di ujung ranting. Maksud hati makan rambutan, yang ada Gedebluk!  Jatuh ke lantai. Coba kita memandangnya dari bawah, dari pangkal, kita teliti mana rambutan yang paling gomplok, ambil galah, jolok Gedebluk! Makan deh rambutan alias dapat menikmati hasilnya, manisnya.

Makanya Tuhan sanjung yang namanya Ulil Albab, sory bukan Ulil absor abdala. Ulil Albab adalah golongan yang menggunakan kreatifitas dan kepintarannya. Bagaimana kita mau mengajak orang pada jalan yang kita anggap paling benar, jika jalan tersebut kita buat gelap, kotor, banyak rintangan dan menakutkan! Bagaimana orang akan berempati dan menerima hidayah jika yang kita cerminkan adalah kaca buram? Boro – boro orang bisa berkaca, jauh panggang dari api orang mau melihat lebih dalam. Padahal dibalik kaca buram itu tersimpan emas permata yang berkilau kilau, wow! Satu lagi yang saya ingat dari almarhum kakek saya, semakin dalam ilmu agama seseorang maka cerminannya adalah kebijaksanaan. Maka dari itu,  selain Ulil albab, Tuhan juluki ulama – ulama dan para ahli agama itu sebagai Arif billah, yaitu golongan yang cerah mencerahkan, arif bijaksana penuh hikmah, startegis dan best practise, apa yang di mulut sesuai dengan prilaku! Jelas sudah.

Sebelum saya akhiri, dapat ngga poinnya? Ok saya kasih kata kunci ya:

Pertama, mana lebih penting mempertajam perbedaan atau mempererat kasih sayang? Kalau ikut hukum prioritas agama dalam Islam, coba pilih mana lebih wajib menciptakan perdamaian, menghindari permusuhan dan memperkuat persatuan dibanding dengan mengaji dan memahami maksud Tuhan dengan cara sempit dan parsial tanpa melihat dan memperdulikan sikon, budaya dan seluruh faktor sosial kehidupan? Kalau memang mau konsisten, leterleux dan dogmatis, mari dari sekarang wajibkan semua umat muslim pakai jubah serban, pelihara janggut, jangan pakai teknologi orang kristen, jangan pakai fasilitas perbankan, jangan pergi ke Mall yang pengusahanya cina non muslim, jangan ke MCd, jangan pakai kartu kredit mastercard karena yang punya orang Yahudi dan jangan pakai facebook, twitter, google karena yang bikin entah kristen, Yahudi atau atheis!

Yang kedua: Islam itu seharusnya agama kreatif dan pintar. Alquran saja bahasanya arab, kalau ngga mau belajar sampai keliang lahat juga ngga bakal bisa baca Quran. Setelah dibaca, kan bukan untuk deklamasi, tapi di mengerti dan dipahami isi nya. Kalau pisang saja ada lapisan kulitnya, bawang saja ada lapisan, lapisan dan lapisannya lagi, apalagi Al Quran. Kata seorang ulama besar yang saya temui di Bukhara Uzbekistan, setiap satu ayat di dalam Alquran mengandung paling sedikit 70 lapisan hingga tak terhingga. Ketika saya tanyakan apa maksudnya, beliau jawab singkat saja: Supaya manusia menggunakan akalnya, jika sudah digunakan maka akan mensyukurinya, jika sudah bersyukur apalagi namanya? Beriman dan bertaqwa namanya, Setelah itu? Tuhan janji akan segera mengirimkan paket bantuan istimewa untuk menyelesaikan semua persoalan ditambah bonus pasive income bagi penyandang status privilege TAQWA yaitu berupa limpahan rejeki dari sumber yang tidak terduga. Asyiik..Taqwa nyok Taqwa!

Akhir kata saya ucapkan selamat hari raya kelahiran Isa Almasih, tapi ucapannya saya tunda sampai tanggal 1 januari ya. Karena kalau tanggal 25 desember itu memang hari kelahiran Yesus, kenapa tidak dimulai penanggalan masehi dari 25 Desember saja? Saya lahir tanggal 9 bulan maret, terus ada yang kasih ucapan tanggal 1 oktober, apa jadinya? Ya saya geleng – geleng kepala antara bingung dan sedih. Jadi dari pada Yesus nanti sedih karena saya ikut – ikutan salah kasih tanggal selamat, lebih baik saya tunda nanti sampai tanggal 1 januari saja.

Doddy Hidayat

Konsultan Kreatif

Cinta Damai dan Cinta Kebenaran

Cicit dari Kyai haji Fakih Tasikmalaya

dan cucu dari Elang Marzuki Sastrawarija Lurah Agung Gunung jati Cirebon

Keduanya pengamal tarekat Qadariyah dan Tijaniyah wal Muhamadiyah

Ya itu saja.

Artikel Terkait:

1. Seandainya kita mau bertanya dari Bumi 2. Kenapa masyarakat mudah beringas 3. Apa benar peraturan dibuat untuk dilanggar 4. Tawuran Pelajar, tunjuk jari tepuk dada sendiri 5. Gangnam Style & K Pop itu Konspirasi 6. Hardship & Worship, Koreksi terhadap sekularisme 7. Siapa sebenarnya orang Indonesia paling modern

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun