Aci keluar warung. Dia bermain dengan kardus. Entah apa yang ada di kepalanya.
Bocah itu pastilah kenyang dengan debu jalanan kota, dinginnya malam yang menusuk belulang, atau perlakuan kejam para penghuni jalanan lainnya.
Barangkali kepalanya serupa Ancol atau Dufan. Penuh gemerlap lampu dan mainan yang menyenangkan.
Berkhayal sebagai putri dengan segala keindahannya.
"Kasihan kamu nak ...." gumamku.
***
Tanganku menggenggam 10 ribuan di saku celana sebelah kanan.
Tak apa kataku ....
Ibu ini lebih membutuhkan. Bensinku masih cukup untuk perjalanan pulang.
Biarlah tak apa ... lirih hatiku mengikhlaskan.
"Bu, ini buat ibu. Maaf sedikit." Tanganku menuju genggamannya.