Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyoal Isu Penghapusan Mata Pelajaran Sejarah

22 September 2020   12:03 Diperbarui: 22 September 2020   12:11 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Mengerti Sejarah karya L. Gottschalk, dulu buku wajib mahasiswa sejarah (koleksi pribadi)

Dalam buku tersebut juga dikemukan bahwa setiap orang adalah sejarawan. Berarti kita ini termasuk sejarawan, meskipun kita sering terkendala oleh dokumen yang kurang lengkap. Sejak lama kata history sering diplesetkan menjadi his story. Ini karena ada faktor obyektif dan subyektif dalam menulis sejarah. Menyoal sejarah memang terkadang kontroversi.

Secara formal memang kata sejarawan disematkan kepada mereka yang berpendidikan S-1 di Jurusan atau Program Studi Sejarah atau Pendidikan Sejarah. Jurusan tersebut ada di sejumlah perguruan tinggi di Indonesia.

Dulu mata pelajaran Sejarah dianggap membosankan karena isinya hafalan melulu. Misalnya kapan terjadi Perang Diponegoro atau sebutkan alasan-alasan Diponegoro ditangkap Belanda. Namun kemudian mata pelajaran Sejarah dikaitkan dengan kunjungan ke museum. Soalnya museum dipandang sebagai lembaga pendidikan nonformal.

Soal sejarah juga bisa dilihat dari dua sisi. Contohnya soal Pangeran Diponegoro itu. Pihak Belanda mungkin menganggapnya pemberontak. 

Bayangkan, berapa banyak pasukan yang mereka kerahkan dan biaya yang mereka keluarkan untuk menghadapi Perang Diponegoro selama lima tahun (1825-1830).  Sebaliknya pihak kita pasti menganggapnya pahlawan karena mereka berjuang mengusir penjajah.

Bukti sejarah

Ilmu Sejarah berhubungan erat dengan Ilmu Arkeologi. Kalau ilmu Sejarah berkenaan dengan teks, ilmu Arkeologi merupakan sejarah tanpa teks (nontekstual). Arkeologi menggunakan data arkeologi berupa benda-benda temuan dan relief candi, misalnya. Kalau Sejarah menggunakan analisis terhadap sumber tertulis, Arkeologi menggunakan cara penafsiran  lewat benda atau artefak.

Nah yang menarik epigrafi atau ilmu yang mempelajari prasasti, menjadi kajian ilmu arkeologi. Meskipun di situ ada sumber tetulis, yakni berupa aksara-aksara kuno, namun karena tinggalan prasasti berasal dari abad ke-5 hingga ke-15, maka menjadi tanggung jawab arkeologi.

Karena itu arkeologi dihubungkan juga dengan sejarah kuno. Bidang sejarah mempelajari masa sekitar abad ke-16 hingga masa kini.   

Jelas, Sejarah adalah lambang kebesaran bangsa pada masa lampau. Banyak bukti sejarah bahwa dulu ada kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha dengan tinggalannya berupa Candi Prambanan dan Candi Borobudur. 

Juga ada kerajaan/kesultanan Islam seperti Demak dan Samudera Pasai. Bahkan ada tinggalan bercorak Kristen dan Tionghoa seperti gereja, makam, dan kelenteng. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun