Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Perploncoan pada Masa Kolonial, Junior Menjadi Kurir Para Senior

19 September 2020   17:17 Diperbarui: 20 September 2020   21:33 778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa STOVIA 1902 (Foto: muskitnas.net)

Semua kegiatan perploncoan berlangsung tepat waktu. Pada pagi hari pukul setengah delapan lonceng berbunyi (sekolah dimulai), pukul setengah enam (belajar sore selesai), pukul setengah delapan (belajar petang dimulai), pukul setengah sepuluh (belajar petang selesai), pukul sepuluh (apel) dan kadang-kadang pada pukul 12 malam masih ada apel tambahan. 

Di luar lingkungan STOVIA, setiap murid wajib untuk memakai topi seragamnya dan jika ketahuan tertangkap tanpa tanda pengenal tersebut maka mereka diberi hukuman berupa pengurungan kamar selama satu sampai dua hari. Begitu uraian dari halaman 242.

Kembali ke perploncoan masa kini, apa pun namanya pasti ada upaya untuk 'ngerjain' mahasiswa baru. Semoga ada pemikiran dari pihak Kemendikbud untuk mengadakan kegiatan yang bermanfaat secara edukasi tanpa ada unsur 'balas dendam' atau 'ngerjain'.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun