Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tak Terurus, Koleksi Museum Sunan Drajat Kurang Perhatian

20 September 2018   15:51 Diperbarui: 20 September 2018   15:56 881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Museum Sunan Drajat (Foto: situsbudaya.id)

Setelah Museum Sunan Giri di Gresik, tujuan saya dan beberapa teman berikutnya adalah Museum Sunan Drajat di Lamongan. Lumayan juga perjalanan menuju Lamongan, sekitar satu jam sih ada. Sesampainya di tempat yang dituju, kami segera memasuki areal parkir di kompleks makam Sunan Drajat, di Desa Drajat, Kecamatan Paciran.

"Itu museumnya. Untuk ke sana harus melalui kompleks makam karena museum terletak di pintu keluar," kata seorang pedagang minuman. Untunglah ada seorang petugas berseragam yang bersedia mengantar kami. Jadi kami bisa langsung menuju museum lewat jalan belakang, tanpa mengikuti rute seperti para peziarah.

Koleksi bedug (Dokpri)
Koleksi bedug (Dokpri)
Museum khusus

Museum Sunan Drajat didirikan pada 1991 namun baru difungsikan pada 30 Maret 1992. Bangunannya terletak di atas lahan seluas empat hektar. Sejauh ini museum baru terdiri atas satu lantai. Berbagai koleksi dimiliki museum ini. Di bagian tengah, pengunjung akan disambut bedug berukuran besar. Koleksi lain berupa perunggu, keramik, kayu jati, terakota, batu, besi, kulit, kuningan, lontar, bambu, logam, buku, dan kertas.

Seperangkat gamelan ada di dalam ruangan. Terdapat ukiran singo mengkok atau singa yang duduk dengan sikap siap menerkam, lambang kearifan, kelembutan, nafsu, dan kesempurnaan manusia. Kesenian tersebut merupakan sebuah akulturasi dari budaya Hindu-Buddha dan Islam.

Berbagai koleksi batu, guci, dan logam (Dokpri)
Berbagai koleksi batu, guci, dan logam (Dokpri)
Keramik asing

Keramik asing koleksi museum berjumlah cukup banyak, namun kurang bervariasi. Umumnya banyak museum memang memiliki koleksi keramik asing. Yang agak langka di sini adalah koleksi kayu bagian dari masjid. Kayu-kayu berukir terlihat beberapa buah.   

Koleksi guci kuno ada beberapa buah. Koleksi itu dipajang bersama koleksi lain di alas berwarna merah.

Banyak koleksi tampak kusam. Pasti karena kurang pemeliharaan. "Meminta dana dari dinas susah," kata seorang petugas. Untung di bagian depan museum disediakan kotak amal. Banyak pengunjung sering memasukkan sejumlah uang ke tempat itu. Uang itulah yang digunakan untuk membeli alat-alat pembersih dan sebagainya. Kalau tidak dengan cara begitu, pasti kondisi museum sudah tidak karuan.

Koleksi kayu berukir (Dokpri)
Koleksi kayu berukir (Dokpri)
Trowulan

Petugas museum atau staf dinas yang membawahi museum, jelas masih perlu mengikuti berbagai bimbingan teknis atau bantuan dari instansi terkait, seperti dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur yang berada di Trowulan. Petugas BPCB sering datang ke sana untuk membantu museum.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun