“Yes, ketemu instagram Alvin. Ternyata nggak sulit nyarinya haha.”
Ketika Anikauna stalking, terlihat foto Alvin di sosmed tersebut dan rasa ingin memiliki Alvin semakin besar. Dia tidak peduli tentang persahabatan lagi, yang ia pikirkan hanya ingin memiliki Alvin.
“Gila, nih cowok ganteng banget sih. Kenapa sih ketemunya gak sama gue aja dan kenapa ketemunya sama si Ranti itu. Lu itu cocoknya sama gue Alvin.”
“Gue harus bisa dapatin lu, lu itu hanya milik gue seorang. Gue gak peduli sama sahabat kecil gue itu, gue udah muak sama dia. Terlalu bodoh untuk bisa gue manfaatin haha.”
Rencana-rencana licik dari Anikauna semakin hari semakin lancar. Dia sudah berhasil menaklukkan hati Alvin yang semakin hari cintanya semakin pudar untuk Ranti dan semakin besar cintanya untuk Anikauna.
Pagi hari, Anikauna dan Alvin jogging bersama tanpa takut ketahuan Ranti. Disisi lain, terlihat Ranti sedang berada di kejauhan melihat sahabat kecilnya dan kekasihnya sedang jogging dengan mesra selayaknya sepasang kekasih.
Di siang hari, curiga yang kurasakan saat ini begitu sangat nyata dihadapanku sekarang. Sahabat kecilku Anikauna begitu tega merebut kekasihku dan kekasihku juga begitu tega mengkhianati komitmen yang dibuat buat untukku. Aku dan Alvin sudah merencanakan masa depan tapi dengan mudahnya sekarang aku harus mengikhlaskan Alvin untuk sahabat kecilku.
Keesokan harinya, aku mengajak kekasihku Alvin dan sahabat kecilku Anikauna untuk bertemu di cafe ruangan VIP tempat dimana perayaan kelulusan waktu itu. Aku ingin masalah ini cepat terselesaikan dan aku ingin mengakhiri semua drama yang mereka mainkan di belakangku.
Ketika kami semua sudah berkumpul, aku diam sejenak untuk mengatur emosiku dan bernapas panjang agar aku bisa kuat menjalani serta menghadapi situasi yang aku hadapi saat ini. Aku ingin yang terbaik dan aku ingin orang yang aku sayangi selalu bahagia.
“Aku mau ngomong ke kalian berdua. Disini adalah tempat dimana perayaan kelulusan kita dan disini aku mau ngomong ke kalian. Aku tahu bahwa ini berat bagiku tapi aku hanya ingin kalian bahagia,” ucapku sambil menunduk menahan semua tetesan air mataku.
“Mau ngomong apa sih cuy, to the point lah,” jawab Ani sambil menyeruput minumannya.