Mohon tunggu...
Josua Sibarani
Josua Sibarani Mohon Tunggu... Konsultan - Pembelajar

Pembaca, Pembelajar, Mencoba Menulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengenal 3 Vaksin Covid-19 untuk Vaksinasi Gotong Royong

9 April 2021   12:46 Diperbarui: 11 April 2021   04:17 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Vaksin untuk Vaksinasi Gotong Royong (Foto: Getty Images, Tingshu Wang, Kirill Kudryavtsev)

"Jadi kalau 70 persen masyarakat Indonesia sudah divaksin, disuntik, nanti akan terjadi kekebalan komunal" - Jokowi, 25 Maret 2021.

Indonesia dapat mencapai kekebalan komunal (herd immunity) terhadap Covid-19, jika 185 juta penduduk divaksinasi. Biaya dalam mencapai kekebalan komunal tersebut membutuhkan hampir sekitar Rp 58 triliun (Kompas, 22/03/2021). 

Menurut Satuan Tugas Penanganan COVID-19 per 8 April 2021, data pasien Covid-19 konfirmasi positif sebanyak 1.552.880, sembuh: 1.399.382 dan meninggal: 42.227. Sementara, vaksinasi pertama sebanyak 9.309.809 dan vaksinasi kedua sebanyak 4.665.191.

Karena itu, pelaksanaan vaksinasi COVID-19 di Indonesia dilakukan melalui vaksinasi program dan vaksinasi gotong royong. Vaksinasi program merupakan pelaksanaan vaksinasi kepada masyarakat yang pendanaannya ditanggung oleh pemerintah. Namun, vaksinasi gotong royong yang pelaksanaan vaksinasi kepada karyawan/karyawati, keluarga dan individu lain terkait dalam keluarga yang pendanaannya dibebankan kepada badan hukum/badan usaha. Dalam vaksinasi gotong royong, bagi karyawan yang divaksin, tetap tidak dikenakan biaya alias gratis. Hal tersebut berdasarkan Permenkes Nomor 10 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).

Jenis vaksin COVID-19 dalam vaksinasi gotong royong harus berbeda dengan jenis vaksin yang digunakan dalam vaksinasi program. Direktur Utama PT Bio Farma Honesti Basyir mengatakan, ada tiga jenis vaksin covid-19 yang digunakan untuk vaksinasi gotong royong yaitu Sinopharm dan CanSino dari China, serta Sputnik V dari Rusia, menurut pemberitaan Kompas.com (09/04/2021).

Namun apa beda ketiga vaksin tersebut? 

Pertama, negara pembuat. Vaksin Sinopharm dan CanSino dibuat oleh China. Namun, vaksin Sputnik V oleh Rusia. 

Kedua,  jumlah dosis vaksin yang akan didatang ke Indonesia. Vaksin Sinopharm sebanyak 15 juta dosis, vaksin CanSino (5 juta dosis), dan vaksin Sputnik V (20 juta dosis) akan didatang ke Indonesia. Jadwal pengiriman vaksin Sinopharm direncanakan minggu keempat April 2021 sebanyak 500.000 dosis, April-Juli 2021: 7 juta dosis dan Q3-Q4 2021: 7,5 juta dosis. Pada vaksin CanSino direncanakan pada Juli-September 2021 sebanyak 3 juta dosis, dan Q4 2021: 2 juta dosis. Dan vaksin Sputnik V direncanakan dimulai akhir minggu ke-4 April-Juli 2021 sebanyak 5 juta dosis per bulan.

Ketiga, frekuensi suntik. Vaksin Sinopharm dan Sputnik V dengan frekuensi suntik sebanyak 2 kali suntik. Namun, vaksin CanSino hanya 1 kali suntik. 

Keempat, teknologi vaksin. Vaksin CanSino dan Sputnik V merupakan jenis vaksin vektor virus (adenovirus vector). Sementara vaksin Sinopharm menggunakan virus Corona yang dimatikan (inactivated virus). 

Kelima, efikasi. Efikasi vaksin adalah tingkat kemanjuran vaksin dalam melawan suatu penyakit pada orang yang sudah divaksinasi. Efikasi vaksin Sinopharm buatan China National Pharmaceutical Group sebesar 72 persen. Pada vaksin CanSino buatan CanSino Biologics Inc dan institut produk biologi Wuhan mempunyai efikasi sebesar 65 persen. Sementara efikasi vaksin Sputnik V buatan Gamaleya Research Institute dan Kementerian Pertahanan Rusia sebesar 85 persen. 

Keenam, penyimpanan. Penyimpanan vaksin Sinopharm, CanSino, Sputnik V bisa di lemari es standar dengan suhu berkisar 2-8 derajat Celsius. Maka tidak rumit dan memudahkan distribusi vaksin. 

Ketujuh, harga. Harga vaksin Sinopharm seharga Rp 2,1 juta untuk 2 kali suntik, vaksin CanSino sekitar Rp 424 ribu dan vaksin Sputnik V seharga Rp 284 ribu untuk 2 kali suntik.

Jika saya divaksinasi, maka akan memilih (bila diperbolehkan) vaksin nusantara. Nah, beberapa alasannya yaitu pertama, vaksin made in Indonesia, tapi rasa AS. Hal ini karena penelitian Vaksin Nusantara dilakukan oleh Balitbangkes Kemenkes, tim peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip), RSUP Kariadi Semarang dan bekerja sama dengan AIVITA Biomedical, Amerika Serikat dalam penyediaan reagen. 

Kedua, vaksinnya awet di dalam tubuh (baca: seumur hidup). Hanya 1 kali suntik saja. 

Ketiga, harganya juga murah diperkirakan sekitar di bawah Rp 200.000. 

Keempat, teknologinya melalui sel dendritik bersifat personal karena baru diproses setelah diambil dari masing-masing orang yang akan divaksin. Maka, dapat mencegah stok sisa dan terbuang.

Namun, penelitian vaksin nusantara dihentikan sementara. Semoga ada terobosan dan akselerasi terhadap vaksin nusantara supaya siap digunakan. Saya siap jadi relawan uji coba untuk divaksinasi vaksin nusantara.

Semoga terjadi revitalisasi vaksin nusantara untuk antisipasi efek embargo vaksin. Bahkan, untuk mencapai kemandirian Indonesia dalam produksi vaksin Covid-19. Akhirnya, terjadi herd immunity Covid-19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun