Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Pengalaman Menjadi Nasabah Jiwasraya

17 Januari 2020   10:39 Diperbarui: 17 Januari 2020   12:09 1268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Jiwasraya (KONTAN/Cheppy A. Muchlis)

Setelah itu saya juga sering telat bayar premi hingga lewat jatuh tempo, jadi harus bayar denda dan diurus langsung ke kantor Jiwasraya di Bekasi, tidak bisa di kantor terdekat dengan tempat kerja sekarang.

Karena malas bolak-balik, tiga tahun kemudian saat menagih yang 30 persen saya putuskan untuk menutup premi, dan uang pun dikembalikan penuh. Sisanya setelah dipotong nilai premi yang belum dibayarkan.

Kalau dihitung-hitung sebenarnya tidak rugi-rugi amat, karena dipotongnya tidak sampai Rp 300 ribu. Anggap saja uang administrasi selama menabung, daripada terpakai tak jelas, minimal pas butuh biaya anak sekolah ada sedikit tambahan.

Memang, sih, kalau dilihat dari inflasi ya tidak untung juga, tapi daripada ditabung konvensional yang gampang tergoda untuk diambil setiap saat, mending dijadikan premi asuransi saja.

Berbeda dengan marketing asuransi lain yang tampil kinyis-kinyis dan serius, sales Jiwasraya waktu itu malah orang tua yang sekilas tidak menarik untuk dilihat. Mungkin karena kasihan saja melihat beliau yang gigih mencari nasabah akhirnya banyak yang tertarik untuk menjadi kliennya.

Lagipula preminya flat sehingga dapat dipastikan tunggakan setiap bulannya dan nilainyapun lebih kompetitif dan terjangkau oleh pegawai negeri yang gajinya pas-pasan, pas butuh pas ada. 

Uang yang ditabungpun relatif utuh nilainya, walaupun kalau diperhitungkan dengan inflasi tentu bisa dibilang rugi, tapi wajar saja wong tagihannya juga flat.

Cuma waktu itu prosedur pengambilan jatahnya masih konvensional sehingga harus datang langsung ke Bekasi yang cukup jauh dari kantor.

Walaupun uangnya bisa ditransfer dan tak perlu balik lagi, tapi tetap saja butuh setengah hari bolos untuk mengurus administrasinya. Namanya juga BUMN, cara kerjanya mirip dengan birokrasi yang sangat prosedural dan lamban.

Apalagi kantor di Bekasi adalah anak cabang dari kantor cabang Cirebon, jadi harus dibawa dulu dokumennya untuk diverifikasi di sana walaupun yang mengurus mereka sendiri. Entahlah sekarang apa masih seperti itu atau semuanya sudah diproses secar digital.

* * * *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun