Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Maaf, Saya (Tidak) Menerima Jastip

17 Oktober 2019   12:00 Diperbarui: 17 Oktober 2019   15:51 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jam Tangan Salah Satu Barang Favorit Jastip (Dokpri)

Keempat, saya jalan-jalan memang niatnya ingin bersenang-senang sambil bertualang menemukan sesuatu yang baru atau unik. Jadi saya tidak mau dibebani pikiran untuk mencari dan membelikan barang titipan tersebut. Lagipula rute perjalanan bisa saja berubah di tengah jalan, tergantung situasi dan kondisi setempat. Hal inilah yang membuat saya enggan menerima jastip hingga saat ini, takutnya rute berubah jadi tidak sempat mampir.

Kelima, keamanan dalam perjalanan. Membawa ransel plus koper tentu rawan diintai orang-orang yang punya niat tak baik. Lengah sedikit koper bisa dicongkel atau malah hilang di perjalanan. Selain itu juga rawan pengintaian pihak berwajib baik saat tiba di tanah air atau bahkan saat masih dalam perjalanan di luar negeri sekalipun.

Misalnya saat melintas perbatasan antar negara, setiap tas wajib kena pemeriksaan yang tentu merepotkan karena harus membuka, mengacak-acak, dan merapikan kembali koper dan tas ransel yang dibawa.

Lagipula tampang seperti saya ini rasanya kurang pantas kalau belanja di tempat-tempat mahal seperti Ginza, bisa-bisa dicurigai satpam. Jangan-jangan belinya pakai uang hasil laundry. Jujur saya agak minder kalau harus masuk ke tempat horang kayah berbelanja, lha wong makannya saja di pinggir jalan alias street vendors setempat, itupun masih termasuk mahal kalau dibandingkan kaki lima di Jakarta.

* * * *

Bagi saya, jastip hanya cocok untuk travellers yang gemar belanja serta tidak mobile. Misalnya memang tujuannya hanya ke satu negara saja tanpa banyak berpindah kota seperti ke Jepang hanya seputaran Tokyo-Osaka saja, atau ke Singapura yang sehari saja cukup untuk berburu barang. 

Jastip tidak bisa dianggap sebagai hobi atau titipan selewat karena harus benar-benar serius survei awal untuk memastikan letak tokonya dan ketersediaan barang tersebut. Apalagi kalau harus ngantri saat peluncuran perdana suatu produk, bisa-bisa harus tidur di emperan tokonya semalaman.

Mungkin kalau sudah agak tua nanti, atau memang lagi butuh biaya jalan-jalan, saya akan terima jasa titipan barang ini. Tapi dengan syarat harganya tak melebihi batas yang ditetapkan oleh bea cukai, bukan barang terlarang di Indonesia atau negara-negara yang saya kunjungi, kardus atau box dilepas agar tidak dianggap sebagai barang yang akan dijual lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun