Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Rokok, Dibenci Sekaligus Dirindukan

26 September 2019   08:50 Diperbarui: 26 September 2019   17:20 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi rokok (SHUTTERSTOCK)

Hampir separuh orang kaya Indonesia yang masuk 10 besar adalah pengusaha rokok. Ironisnya justru mereka sendiri tidak merokok hasil produksinya sendiri.

Oleh karena itu, niat pemerintah untuk menaikkan cukai sebenarnya (bukan) untuk menghambat peredaran rokok, tapi justru untuk menaikkan pendapatan negara yang mulai loyo akibat hengkangnya sejumlah industri ke negeri tetangga.

Rokok jugalah yang menghasilkan bibit-bibit unggul olahraga seperti bulutangkis dan tenis. Rokok pulalah yang menghidupi event-event olahraga dan musik di tanah air. Mana ada industri lain yang berani keluar uang banyak untuk dibakar selain rokok.

Cukai Rokok (Sumber: detik.com)
Cukai Rokok (Sumber: detik.com)
Mana berani pemerintah tegas menutup pabrik rokok, lha wong pendapatan terbesarnya berasal dari situ. KPAI saja dibuat KO gara-gara berusaha menghilangkan pengaruh industri rokok terhadap anak-anak.

Saya justru khawatir kenaikan cukai yang luar biasa akan memantik demo besar-besaran dari para penghisapnya yang rata-rata berpendapatan pas-pasan. Sudah hidup susah, rokok makin mahal pula. Semboyan yang mereka pegang adalah mangan ora mangan asal ngudud. Jadi udud adalah harga mati yang tak bisa ditawar-tawar lagi.

Demo berjilid-jilid bakal kembali terjadi lagi, mungkin lebih dari 7 juta orang mengingat konsumen rokok mencakup hampir separuh penduduk negeri. 

Bayangkan kalau mereka semua turun ke jalan, bukan cuma pagar tapi gedung DPR pun bisa luluh lantak dihajar pendemo. Lagipula sebagian aparatnya juga perokok sehingga bisa jadi malah berbalik mendukung demonstran.

Pemerintah seharusnya lebih selektif lagi memberlakukan kenaikan cukai rokok. Pilah mana yang berbahaya seperti rokok kertas naikkan setinggi-tingginya, tapi untuk rokok kretek apalagi yang murni tembakau sebaiknya tetap mengingat petani tembakau juga bakal kena getahnya kalau cukai naik terlalu tinggi.

Tidak perlu terlalu paranoid terhadap rokok. Cukup batasi penggunaannya pada ruang privat yang tidak mengganggu kepentingan bersama. Toh tetap ada gunanya sebatang rokok, minimal untuk membantu menciptakan ide-ide baru yang brilian.

Rokok memang dibenci sebagian masyarakat, namun kehadirannya tetap dirindukan oleh sebagian lainnya, bahkan pemerintah sekalipun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun