Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Jangan Sampai Anda Tertipu oleh "Jebakan Batman" Peta Digital

16 Januari 2018   22:27 Diperbarui: 17 Januari 2018   10:48 1634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jebakan Batman Peta Digital (Dokpri)

Kehadiran teknologi informasi menjadi segala sesuatu tampak lebih mudah, termasuk membaca peta. Kita tidak perlu lagi membawa peta ukuran besar untuk jalan-jalan ke daerah yang belum diketahui. Cukup buka aplikasi peta di gawai, tergambar sudah alternatif jalur yang bisa dilalui, misal dari Jakarta ke Ujunggenteng, tinggal klik, peta digital akan menentukan sendiri rute tercepat yang dapat dilalui.

Namun kita sering lupa bahwa segala sesuatu yang tidak hidup selalu bersifat kaku, tidak lentur dalam arti dia bekerja sesuai algoritma yang ditentukan oleh pembuat program. Artinya bahwa tetap saja diperlukan manusia untuk mengendalikan aplikasi tersebut agar tetap berjalan dengan semestinya. Oleh karena itu perlu diverifikasi dulu data yang terekam dari satelit, tidak langsung diterjemahkan dalam bentuk gambar jalan begitu saja.

Jebakan Batman Peta Digital (Dokpri)
Jebakan Batman Peta Digital (Dokpri)
Seperti yang diberitakan di sini, banyak wisatawan tersesat akibat mengikuti jalur yang ditentukan oleh peta digital. Peta digital menunjukkan jalan yang ternyata masih berupa tanah dan hanya bisa dilalui satu kendaraan saja. Akibatnya selain merepotkan wisatawan itu sendiri, juga merepotkan penduduk setempat yang harus membantu mengevakuasi kendaraan yang tersesat tersebut. Hal itu terjadi karena tidak ada verifikasi data di lapangan apakah betul garis yang diterjemahkan dari foto satelit itu benar-benar berupa jalan. 

Kalau zaman kuliah dulu ada mata pelajaran Interpretasi Foto Udara/Satelit di mana kita belajar menterjemahkan data satelit secara faktual di lapangan agar data yang disajikan mendekati kondisi nyata di lapangan. Namun karena jumlahnya miliaran data yang dirangkum dalam aplikasi peta memerlukan miliaran manusia juga untuk menverifikasinya. Tentu ini membutuhkan biaya besar sehingga pengembang aplikasi kerap mengabaikan informasi lapangan terutama yang berada di remote area. Verifikasi mungkin hanya dilakukan di daerah perkotaan atau tempat-tempat tertentu saja yang dianggap penting dan bernilai ekonomi.

Saya sendiri beberapa kali mengalami "jebakan batman" peta digital seperti foto di atas. Pernah sekali terjebak di tengah persawahan sehingga harus putar balik karena jalan di depan semakin sempit dan tidak meyakinkan ada jalan keluar. Bahkan di kota besar pun saya pernah terjebak masuk ke dalam gang sempit, persis seperti di sebuah foto viral yang menunjukkan sebuah travel terjebak di antara dinding tinggi. Terakhir ketika hendak ke Ujunggenteng dari Sukabumi, saya salah memilih jalan karena mengikuti petunjuk peta digital. Secara teori betul mungkin lebih cepat dan lebih pendek melalui jalur tersebut, tapi kenyataannya sebagian jalan masih berupa tanah berlumpur setelah hujan reda.

Untuk menghindari hal tersebut, tentu kita harus bertanya kepada penduduk setempat jalur menuju lokasi yang akan kita tuju. Tunjukkan peta digital pada mereka untuk menentukan jalur yang benar. Namun jangan terlalu sering bertanya juga karena akan merepotkan diri sendiri, jadi sebaiknya:

1. Lihat kondisi jalan, apakah semakin menyempit, atau semakin rusak. Ketika mulai menemukan hal tersebut, segeralah bertanya pada orang yang bisa ditemui.

2. Lihat kondisi lalu lintas, apakah semakin sepi atau ramai. Bila kita ragu sebaiknya mengikuti arus lalu lintas yang agak ramai walau tampak di peta mungkin agak menjauh. Kalau masih ragu juga baru bertanya pada orang di sekitar situ.

3. Lihat peta, perhatikan atau hitung kota yang dilewati. Semakin sedikit kota yang dilewati bisa jadi jalan tersebut jarang digunakan orang sehingga kemungkinan menemukan jalan rusak atau jalan sempit tinggi. Kalau ragu sebaiknya hindari walau kemungkinan lebih cepat lewat jalur tersebut. Pilih jalur lain yang banyak melalui kota-kota kecil agar lebih aman bila terjadi sesuatu di jalan.

Bagi pembuat aplikasi, sebaiknya mulai memanfaatkan informasi dari penduduk setempat atau pengguna jalan untuk memperbaiki data pada aplikasinya khususnya kondisi jalan, bukan hanya sekadar kemacetan saja. Jangan sampai teknologi yang dibuat untuk memudahkan malah jadi mempersulit.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun