Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menikmati Bensin Murah di Brunei

4 Februari 2015   20:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:50 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_394866" align="aligncenter" width="448" caption="Selamat Datang di Brunei (Kolpri)"][/caption]

Setelah menyelesaikan touring di Labuan, perjalanan dilanjutkan menuju negeri Brunei Darussalam. Untung sudah pesen tiket pagi, soale pas saya kembali ke terminal ferry, antrian sudah sangat panjang hingga keluar pintu konter pembelian tiket. Lama perjalanan sekitar satu jam saja dan kapal tampak tak terlalu penuh penumpang. Tiba di Brunei langsung mengecap paspor dan tanpa banyak pertanyaan langsung keluar menuju pintu gerbang karena sudah ditunggu paman yang sudah lebih dari 20 tahun tak jumpa. Semoga masih inget tampangnya dan dia inget wajah saya.

[caption id="attachment_394867" align="aligncenter" width="448" caption="Kampung Air (Kolpri)"]

1423029677761821474
1423029677761821474
[/caption]

Singkat cerita, kami bertemu dan perjalanan lanjut ke Bandar Seri Begawan yang menjadi ibu kota Kerajaan Brunei Darussalam. Sepanjang perjalanan selama 40 menit, suasana jalanan tampak lengang namun cuaca sangat panas. Sejenak mobil berhenti isi minyak, dan alangkah kagetnya karena harga per liter bensin beroktan 92 cuma 53 sen Dollar Brunei (1 BND = 9400 IDR) atau sekitar 5000 Rupiah saja. Sementara oktan 97 dijual 56 sen dan Solar hanya 31 sen doank. Memang sih Brunei merupakan salah satu negara penghasil minyak mentah utama dunia, jadi wajarlah kalau harga minyak di sini murah sekali. Apalagi negaranya kecil dan stok melimpah, sehingga angkot kurang laku di sini.

[caption id="attachment_394869" align="aligncenter" width="448" caption="Parkiran Mobil Milik Warga Kampung Air (Kolpri)"]

14230298741217895290
14230298741217895290
[/caption]

Menurut cerita paman, harga mobil bekas saja cuma sekitar 2000-3000 BND untuk tahun 2010-an sekelas sedan. Jadi boleh dikatakan hampir tiap penduduk Brunei punya mobil sendiri. Di sini sekolah dan berobat gratis karena semua sudah dianggarkan oleh Sultan, demikian pula para manula atau janda mendapat tunjangan sekitar 250 BND per bulan. Tapi bila sebuah negeri kaya kadang-kadang membuat rakyatnya cenderung malas bekerja. Selain itu juga membuat warga negeri tetangga ngiler untuk bekerja di sana. Akhirnya timbul persoalan sosial walaupun tidak sampai meletup ke permukaan. Bahkan ketika saya dan paman sedang makan siang, tiba-tiba seorang pengemis menghampiri dan meminta sedekah, padahal menurut paman saya dia itu warga lokal dan kondisinya masih sehat.

[caption id="attachment_394871" align="aligncenter" width="314" caption="Mal Yayasan Sultan Bolkiah (Kolpri)"]

142302999399955158
142302999399955158
[/caption]

Setelah makan siang di sebuah mal bernama Yayasan Sultan Bolkiah, kami melanjutkan foto-foto di depan masjid Omar Ali Syaifuddin yang merupakan ayahanda dari Sultan sekarang. Masjidnya cukup megah, cuma kalah dari Istiqlal saja ukurannya, dan terdapat danau di halaman belakangnya. Selesai berfoto, perjalanan menikmati bensin murah diteruskan menuju masjid baru yang didirikan oleh Sultan Hassanah Bolkiah untuk istri tercintanya yang berjarak sekitar 5 Km dari pusat kota. Ukuran masjid ini tidak sebesar masjid pertama, namun tetap teduh begitu masuk ke dalamnya. Kami sholat sejenak lalu lanjut berkeliling dalam masjid dan berfoto-foto di luar, karena tidak boleh mengambil foto di dalam masjid.

[caption id="attachment_394872" align="aligncenter" width="448" caption="Masjid Sultan Omar Ali Syarifuddin"]

1423030043863526727
1423030043863526727
[/caption]

Usai sholat, perjalanan lanjut menuju Pantai Jerudong yang merupakan salah satu obyek wisata di Brunei. Ternyata keramaian jalanan baru terasa di sini. Mobil berlalu lalang dan kondisi sedikit macet namun tetap tertib, tidak ada saling serobot malah yang ada saling memberi jalan sehingga lalu lintas teratur lancar. Di sini berlaku ketentuan tidak tertulis bahwa kendaraan dari arah sebelah kanan harus didahulukan, bahkan ada mobil yang sabar menunggu hingga kendaraan lewat semua. Segalanya berlangsung tertib tanpa ada suara klakson atau lampu dim bertebaran seperti di Jakarta. Setelah melalui bundaran perempatan depan masjid, kami memasuki jalan lebuhraya atau semi tol karena tidak ada gerbang tolnya.

[caption id="attachment_394873" align="aligncenter" width="448" caption="Pasar Ikan Jerudong (Kolpri)"]

14230300851940274997
14230300851940274997
[/caption]

Tak sampai satu jam kami telah tiba di Pantai Jerudong. Di sini terdapat pasar ikan yang baru sekali mati alias fresh from the sea. Parkiran agak penuh karena sore itu ikan-ikan baru pada turun dari kapal nelayan. Pantainya sendiri tidak terlalu istimewa dan tidak bisa direnangi karena ombaknya besar dan agak tinggi. Warga lokal datang ke sini sebenarnya untuk berbelanja ikan sekaligus bersantai minum kelapa muda atau jajan di kaki lima yang terdapat di tepi pantai. Kami pun ikut menikmati seteguk air kelapa gelas seharga 1 BND. Cukup mahal untuk ukuran kita yang cuma berharga sepertiganya, tapi rasanya lebih segar karena langsung diperoleh dari pohonnya.

[caption id="attachment_394874" align="aligncenter" width="448" caption="Pantai Jerudong Nan Sunyi (Kolpri)"]

1423030121896362083
1423030121896362083
[/caption]

Karena matahari sudah semakin meredup, kami kembali ke kota sekalian check in hotel. Sebenarnya paman menawarkan untuk tidur di rumahnya, namun karena jaraknya jauh sekitar dua jam perjalanan sementara besok pagi sudah harus berangkat lagi menuju KK, saya tolak dengan halus tawaran paman dengan alasan sudah bayar di muka lewat internet. Selesai check in kami makan malam di sebuah rumah makan India dekat kota. Di sini jenis makanan hampir sama dengan Malaysia, kalau tidak makanan khas Arab ya India, ga jauh dari nasi lemak, nasi briyani, murtabak, nasi goreng dan sejenisnya. Minumannya pun demikian, teh tarik tetap jadi andalan di samping es limau, teh O atau kopi. Ternyata kasirnya orang Sunda yang sudah beberapa tahun bekerja di situ dan kami sejenak ngobrol. Di sini banyak warga Indonesia mencari nafkah selain dirinya dan paman saya, dan rata-rata betah karena suasana kerjanya lebih profesional seperti di Hong Kong ketimbang di negara tetangganya.

[caption id="attachment_394875" align="aligncenter" width="448" caption="Pasar Tamu Kianggeh (Kolpri)"]

14230301581574456182
14230301581574456182
[/caption]

Tak terasa tubuh mulai lelah dan malam itu saya kembali ke hotel sekaligus berpamitan dengan paman. Esok pagi sebelum check out, saya sempatkan dulu jalan-jalan ke pasar tradisional Tamu Kianggeh yang terletak di depan pusat Kota Bandar Seri Begawan. Di sini dijual macam-macam kebutuhan pokok, namun karena masih pagi belum semua kedai buka. Selesai berfoto-foto sejenak, saya kembali ke hotel untuk check out dan kembali lagi menuju waterfront tempat bis menuju KK ngetem.

[caption id="attachment_394876" align="aligncenter" width="448" caption="Gerbang Istana Sultan Brunei"]

14230302141522553276
14230302141522553276
[/caption]

Sebenarnya ada beberapa obyek yang layak dikunjungi seperti Museum Regalia, istana raja, dan kampung air, namun karena waktu terbatas terpaksa dilewatkan dulu. Secara umum Brunei layak dikunjungi bagi yang penasaran, namun cukup satu dua hari saja karena lebih banyak obyek wisata sejarah daripada alam. Sebaiknya Brunei jadi transit dari arah Kuching ke Kota Kinabalu atau sebaliknya menyusuri Kalimantan Utara.

[caption id="attachment_394877" align="aligncenter" width="448" caption="Jajanan di Tepi Pantai Jerudong (Kolpri)"]

14230303501400566414
14230303501400566414
[/caption]

(bersambung)

Artikel sebelumnya: Menjelajahi Batamnya Malaysia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun