Mohon tunggu...
Diyah
Diyah Mohon Tunggu... Penulis - Future Entrepreneur and Lecturer

Dream, Believe and Make it Happen

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

BPJS Kesehatan, Proteksi Kesehatan yang Pro Masyarakat Kecil

22 Desember 2018   22:16 Diperbarui: 22 Desember 2018   22:55 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : Dokumen Pribadi (Bapak Sewaktu Mendapatkan Perawatan di Klinik)


Paradigma masa lalu tentang ketakutan masyarakat kecil dalam berobat di rumah sakit karena sudah menjamurnya informasi bahwa biaya berobat yang melambung tinggi. Tak sedikit dari mereka rela menjual barang berharga untuk menyelamatkan nyawa orang terkasih. Bahkan, saya bisa menjadi saksi masa lalu bahwa tak sedikit dari tetangga atau kerabat saya rela pinjam sana sini dan atau menjual barang berharganya untuk berobat.

Saat itu, bahkan saya yang mesih kecil atau bisa di kata beranjak remaja telah memiliki empati yang besar. Sedih sekali mendengar pembicaraan orang dewasa saat itu yang memusingkan biaya berobat rumah sakit, bahkan ada yang menangis hingga tengah malam untuk memikirkan solusinya. Banyak sekali pro kontra tentang permasalahan ini, bahkan ada pernyataan "apakah masyarakat kecil tidak boleh sakit ? ".

Pola tersebut tak menyangka terjadi pada diri ini yang beranjak dewasa. Memang benar sekali, tidak ada yang tahu takdir ke depan meski itu 1 detik sekalipun. Saat itu, sore hari sejak hangat-hangatnya Asian Games, kami sekeluarga rame-rame menonton pertandingan bulu tangkis sebagai bukti support atlet Indonesia. Ibu, bapak, adik semua tidak ada satu kekurangan apapun, kami semua nampak sehat semua.

Selang 1 jam bapak pergi sebentar untuk melihat hasil panen, nampak beliau sehat-sehat saja. Tak menyangka sama sekali, beliau tiba-tiba mengeluhkan sakit punggung yang teramat dan langsung tak sadarkan diri. Kami sekeluarga panik, karena bapak tidak ada riwayat sakit keras dan terlihat sehat-sehat saja. Saya berusaha untuk tenang dan tidak panik, dan langsung membawa bapak ke praktek dokter terdekat untuk cepat mendapatkan perwatan. Namun, dokter terdekat memberikan rujukan untuk segera di bawa ke klinik terdekat untuk segera di infus karena bapak kekurangan cairan.

Lumayan sedikit lega karena bukan masalah yang serius. Namun, sekali lagi takdir meski hanya 1 detik tidak ada yang tahu. Manusia hanya bisa merencanakan tapi keputusan hanya mutlak milik Tuhan. Bapak masuk klinik sekitar jam 18.00 atau saat maghrib tiba dan langsung mendapatkan penanganan.

sumber : Dokumen Pribadi (Bapak Sewaktu Mendapatkan Perawatan di Klinik)
sumber : Dokumen Pribadi (Bapak Sewaktu Mendapatkan Perawatan di Klinik)
Pihak klinik langsung menangani dengan memberikan infus sesuai dengan rujukan dokter sebelumnya. Dan, bapak terlihat membaik dan sadarkan diri. Kami sekeluarga pun langsung tenang dan mengucap syukur seketika. Namun tepat ba'da isya atau sekitar jam 20.30 pada tanggal 25 Agustus merupakan kejadian yang tidak bisa aku lupakan. Bapak tiba-tiba mengalami serangan jantung dan di nyatakan kritis. Saat itu dokter langsung menangani, dan saya langsung berdoa dan berharap terjadi keajaiban untuk kesembuhan bapak. Setelah kurang labih 1 jam penanganan dokter, bapak kembali sadarkan diri dan Alhamdulillah normal seperti sedia kala.

Dokter langsung mengajak diskusi saya sebagai anak pertama. Kejadian barusan yang dialami bapak disebut blok av dalam dunia kedokteran. Dokter menyarankan untuk dirujuk di rumah sakit agar mendapatkan perawatan yang lebih maksimal, karena keterbatasan teknologi atau perawatan yang ada di klinik. Namun, saat itu saya tidak bisa berfikir jernih, karena tiba-tiba dokter bertanya kurang lebih seperti ini :

Dokter : dek, ini saran saya bapak di rujuk ke rumah sakit, bapak punya BPJS ? 

Saya    : Ma'af dokter, kami belum punya BPJS, tapi saya usahakan akan segera membuat. 

Dokter : BPJS bisa aktif kurang lebih 2 minggu setelah pendaftaran

Saya mengerti maksud dokter adalah ingin meringankan beban kami, karena kalau pasien umum tentu saja biayanya tidak sedikit. Semalam saya berfikir keras, berdiskusi dan berdoa. Ketenangan seperti susah dikendalikan saat situasi tersebut. Tengah malam saya pinjem sana sini, teman, kerabat, serta kolega namun mereka hanya bisa membantu 20% saja dari biaya yang di asumsikan dokter jika di rawat di rumah sakit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun