Mohon tunggu...
Hamid Patilima
Hamid Patilima Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis, pembicara, dan fasilitator

Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Saya Belum Menjadi Warga Kota yang Bijak

8 September 2011   04:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:09 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik


Kaget juga mendengar cerita Prof. Gunawan Cahyono, Guru Besar Arsitek UI, saat berbagi pengalaman pada acara bincang-bincang informal di Kampus UI Salemba, pada beberapa bulan yang lalu . Beliau berbagi cerita mengenai pengalaman pertama berada di Kota Los Angeles, California, “Menghentikan bus, tetapi bus-nya tidak mau berhenti” dalam benak  beliau kalau di Jakarta menghentikan bus di mana saja bisa. Kock ini tidak berhenti, dan beliau kurang paham apa yang diminta oleh Pengemudi Bus sambil menunjuk ke arah lain. Betapa malu-nya. Naik bus saja ada aturan, tegas beliau.

Masih cerita Prof. Gun, bahwa “Saat jalan-jalan di Mal di Tokyo, beliau naik di eskalator yang tidak digunakan oleh pengunjung lain, pikiran beliau daripada tidak dipakai, beliau gunakan. Ternyata esklator tersebut diperuntukkan bagi mereka yang ingin berjalan terburu-buru. Jadi dibuat malu lagi.

Cerita lain dari peserta yang pernah jalan-jalan di Singapura, Kuala Lumpur, dan beberapa kota lain yang lebih beradab.

Dari cerita ini ada benang merahnya, bahwa untuk menjadi seorang warga kota itu perlu belajar menjadi warga kota yang bijak, terdidik, disiplin, bertanggung jawab, dan ramah.

Menjadi warga kota yang bijak, sesungguhnya mudah, tetapi ini butuh proses yang sangat panjang. Bila belajar dari Singapura, Tokyo, Los Angeles, dan kota-kota dunia lain yang beradab, para pemimpinnya memiliki cara-cara yang berbeda, namun mempunyai satu tujuan adalah bagaimana menjadikan setiap individu menjadi warga kota yang bijak.

Menurut Kevin Lynch, arsitek MIT yang melakukan riset “Persepsi Anak Mengenai Lingkungan Kota” di empat kota dunia pada tahun 1971, bahwa “anak-anak mengharapkan kotanya mempunyai lingkungan fisik dan sosial yang kuat, kotanya mempunyai aturan dan dijalankan secara tegas, dan kotanya menjadi pusat pendidikan untuk mengetahui dunianya”. Hasil penelitian Lynch yang kemudian menjadi acuan Unicef dan UNHABITAT dalam memperkenalkan kosep Child Friendly City Initiative,suatu konsep yang bertujuan untuk menjadikan kota ramah terhadap anak. Artinya, anak sebagai warga kota suaranya mewarnai dalam proses pembuatan kebijakan, program, pelaksanaan, dan pemantauan. Di Indonesia konsep ini diadaptasi menjadi “Konsep Kota/Kabupaten Layak Anak” yang tertuang dalam Rencana PembangunanNasional  Jangka Menengah 2010-2014 yang akan direncanakan terimplementasi di 100 kabupaten/kota pada tahun 2014.

Belajar dari Pendapat Anak

Kita tidak pernah menyangka bahwa “Pendapat Anak mengenai kota” yang diungkap oleh Lynch membawa perubahan di berbagai kota yang ada dibelahan dunia. Sebut saja Singapura. Lee Kwan Yew, semasa menjabat sebagai Perdana Menteri Singapura mengawali pembangunan Kota Singapura berfokus pada anak. Beliau beralasan bahwa “Memberi tahu sesuatu pada anak lebih mudah daripada orang dewasa”. Apalagi awal-awal kemerdekaan warga Singapura sangat jorok, buang sampah, meludah, dan pipis di sembarangan tempat. Perilaku ini semua berubah setelah Lee menanamkan nilai-nilai kebajikan pada anak-anak. Selain membuat kebijakan dan penegakan hukum yang tegas. Hasilnya “Warga Singapura” berubah menjadi “Warga yang Bijak”.

Tokyo, Seoul, dan kota-kota lain di dunia mengikuti apa yang disampaikan oleh anak-anak melalui Lynch.

Jakarta, Bagaimana?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun