Cahaya dari Lorong Pademangan
Di tengah lorong padat Pademangan Barat, Jakarta Utara, ada cahaya yang menyalakan api kecil perubahan. Seorang pemuda berusia 20 tahun: Tri Krisna Mukti—sosok Gen Z yang kini memimpin RW 02 ini membuktikan bahwa kepemimpinan tak harus menunggu usia matang.
Saat banyak anak muda sibuk menata mimpi pribadi, Krisna justru mengikatkan dirinya pada tanggung jawab sosial.
Lingkungan tempatnya tumbuh bukan wilayah yang mudah: selokan mampet, tawuran remaja, aduan warga yang kerap diabaikan.Â
Namun, alih-alih mengeluh, Krisna bergerak. Ia menginisiasi pengerukan selokan, menegakkan pembatasan jam malam bagi pelajar, mendirikan posyandu remaja, dan menambah petugas linmas dari dua menjadi enam orang agar keamanan lebih terjaga.
Bahkan, ia turut merenovasi kantor RW, menjadikannya ruang bersama yang lebih layak bagi warga.
Langkah-langkah itu sederhana, tetapi mengandung makna besar: Krisna tidak menunggu kesempatan; ia menciptakannya. Ketika banyak anak muda mencari "panggung", ia justru turun ke jalan, menambal lubang-lubang kecil yang sering dilupakan pemerintah kota.
Namun, yang paling menyentuh dari kepemimpinannya adalah perhatiannya pada pendidikan anak-anak di daerahnya.
Dari dana operasional RW yang biasanya habis untuk kegiatan seremonial, Krisna justru mengubah arah. Ia membuka kelas bahasa Inggris gratis bagi anak-anak di sekitar. Dari ruang kecil di tengah padatnya pemukiman, lahirlah jendela baru—jendela kesempatan.
Bagi Krisna, pendidikan bukan jargon, melainkan fondasi perubahan. Ia percaya, anak-anak Pademangan berhak bermimpi, dan lebih penting lagi, berhak dipersiapkan untuk mewujudkannya.
Kepemimpinan yang Tumbuh dari Akar
Kepemimpinan semacam ini mungkin tampak kecil di mata sebagian orang. Namun, justru dari yang kecil itulah arti kepemimpinan sejati tumbuh.