Mohon tunggu...
Ditta Atmawijaya
Ditta Atmawijaya Mohon Tunggu... Editor

Pencinta tulisan renyah nan inspiratif

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Saat Gen X Bertanya, Masih Mungkinkah Aku Pensiun?

2 Juni 2025   07:30 Diperbarui: 3 Juni 2025   20:37 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gen Z mengalami stres di dunia kerja. (Sumber: Unsplash via kompas.com)

Pernahkah kita menghitung, berapa banyak “tiket kebutuhan” yang harus kita bayar setiap bulan—bukan cuma untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang tua dan anak-anak? Jika iya, selamat datang di realitas generasi sandwich. 

Generasi yang diposisikan sebagai tumpuan dua arah: menopang hidup keluarga di atas dan keluarga di bawah, sekaligus mencoba bertahan untuk diri sendiri.

Saya Gen X. Usia saya sudah masuk kepala lima. Di saat sebagian teman mulai bicara soal pensiun atau menikmati masa tua, saya justru masih sibuk menyeimbangkan dua ujung kehidupan. 

Orang tua saya yang makin rentan dan butuh perhatian penuh, sementara anak-anak saya—ada yang milenial, ada yang Gen Z—masih butuh banyak dukungan, dari biaya pendidikan sampai arah hidup.

Di tengah semua ini, saya mulai bertanya ke diri sendiri: apakah mimpi untuk pensiun masih mungkin … atau justru makin jauh dari jangkauan?

Dilema Gen X
Hidup sebagai Gen X berarti berada di persimpangan yang rumit. Di satu sisi, kami tetap anak dari orang tua yang mulai kehilangan kemandirian. 

Di sisi lain, kami orang tua dari anak-anak yang sedang merintis hidup di dunia yang makin kompetitif. Rasanya seperti jadi jembatan yang memikul dua sisi—masa lalu bersama orang tua dan masa depan bersama anak-anak. Tertarik di antara dua tali kehidupan yang terus menuntut arah.

Terkadang muncul perasaan lelah, meski bukan berarti menyerah. Ini bukan soal mengeluh, melainkan mengakui adanya batas.

Mengakui realitas bukan tanda kelemahan—itu langkah pertama menuju keputusan yang lebih sehat.

Impian Masa Lalu yang Ingin Saya Percaya Lagi
Saya ingat dulu membayangkan usia 55 sebagai waktu pensiun. Pikiran saya saat itu: saya akan punya cukup tabungan, tinggal di tempat yang tenang, dan punya waktu untuk diri sendiri. Kenyataannya, realitas seringkali tak seindah imajinasi masa muda.

Generated by AI
Generated by AI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun