Mohon tunggu...
Ditta Atmawijaya
Ditta Atmawijaya Mohon Tunggu... Editor

Pencinta tulisan renyah nan inspiratif

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Maaf, Tolong, Terima Kasih, Masihkah Kata Ajaib Itu Hidup di Antara Kita?

12 Juni 2025   09:11 Diperbarui: 14 Juni 2025   18:55 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi Pribadi (made by Canva)

Ada tiga kata sederhana yang dulu diajarkan sejak kecil, bahkan di taman kanak-kanak: maaf, tolong, dan terima kasih. Guru menyebutnya kata-kata ajaib 'magic words' karena kata-kata ini bisa membuka hati, menenangkan suasana, bahkan meredakan luka.

Namun, dalam kehidupan yang serba cepat dan sibuk seperti sekarang ini, kata-kata ajaib itu makin jarang terdengar. Seolah keajaibannya memudar ditelan waktu dan rutinitas.

Saat Kata Ajaib Mulai Hilang

Bayangkan sebuah percakapan di kantor atau rumah. Seseorang memotong pembicaraan tanpa berkata "maaf". Meminta bantuan tanpa berkata "tolong". Menerima pertolongan tanpa mengucap "terima kasih". Mungkin kita pernah mengalami, atau ... tanpa sadar melakukannya?

Kata-kata ini bukan hanya formula kesopanan. Ia adalah jembatan antar manusia, penanda bahwa kita melihat orang lain bukan sekadar fungsi, tetapi sebagai manusia yang layak dihargai.

Mengapa Kata Ajaib Mulai Diabaikan?
Bisa jadi karena kita dibesarkan dalam budaya yang mengutamakan efisiensi, yang menganggap basa-basi sebagai pemborosan waktu. Bisa juga karena kita terlalu lelah hingga lupa bahwa komunikasi bukan cuma soal menyampaikan pesan, tetapi juga membangun hubungan.

Ada juga yang merasa superior, "Kenapa aku harus bilang terima kasih, kan, itu memang tugasnya?" Padahal kata terima kasih bukan soal hierarki. Ia adalah bentuk pengakuan bahwa keberadaan orang lain berdampak.

Apa yang Terjadi Saat Kata Itu Tak Lagi Diucapkan?
Ketika kata ajaib menghilang, hubungan jadi kering. Anak merasa tak dihargai. Pasangan merasa tak dilihat. Rekan kerja merasa dimanfaatkan. Padahal, kadang kita hanya butuh satu kata lembut untuk menghangatkan hati yang dingin.

Magic words itu seperti mata air kecil: terdengar remeh, tetapi menyegarkan. Bila terus mengalir, ia bisa menumbuhkan kebun-kebun kepercayaan dan kasih sayang.

Mari Kita Hidupkan Kembali
Mengucap "maaf" saat kita salah bukan tanda kelemahan, melainkan kekuatan untuk mengakui. Mengucap "tolong" saat meminta bantuan bukan tanda ketidakmampuan, melainkan kerendahan hati. Sementara mengucap "terima kasih" adalah pengakuan bahwa kita tak berjalan sendiri.

Mungkin terdengar klise, tetapi dunia sedang haus kata-kata ajaib itu. Kita bisa mulai dari rumah, dari meja kerja, dari tukang sayur, dari siapa pun yang hadir di hidup kita hari ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun