Mohon tunggu...
Ditta Widya Utami
Ditta Widya Utami Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan Pembelajar

A mom, blogger, and teacher || Penulis buku Lelaki di Ladang Tebu (2020) ||

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sudah Sehatkah Mental Kita?

10 Oktober 2022   21:49 Diperbarui: 10 Oktober 2022   21:53 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal baru yang saya ketahui dari artikel di website Kemkes adalah bahwa meski belum diketahui secara pasti, namun faktor lain dari gangguan kecemasan selain trauma adalah stres berkepanjangan serta gen yang diwariskan dari orang tua.

Ada dua cara untuk mengatasi gangguan kecemasan. Pertama, dengan pengobatan mandiri. Orang dengan gangguan kecemasan harus makan makanan yang bergizi (agar hormonnya seimbang), tidur yang cukup, mengurangi asupan kafein/alkohol, berolah raga secara rutin serta melakukan metode relaksasi sederhana seperti yoga atau meditasi.

Jika cara pertama tidak memberikan perubahan, maka berkonsultasi dengan dokter disarankan. Penanganan dokter biasanya meliputi pemberian obat antiansietas (obat pereda cemas yang hanya boleh digunakan sesuai resep dokter) serta terapi kognitif.

Depresi

Saya sempat bingung dengan istilah depresi. Saya pikir depresi itu hanya kondisi dimana seseorang sedang terpuruk atau mengalami kesedihan luar biasa. Namun ternyata, perasaan sedih pada depresi dapat berlangsung berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Pada kasus tertentu, depresi dapat membuat seseorang berniat untuk menyakiti diri sendiri dan mencoba bunuh diri.

Depresi dapat dipicu beberapa hal, antara lain: kehilangan orang yang dicintai, merasa kesepian, penyakit yang berkepanjangan, cedera parah di kepala, hingga akibat faktor genetik dalam keluarga.

Perubahan siklus menstruasi, berbicara/bergerak menjadi lebih lambat, gangguan tidur dan badan terasa lemah, nafsu makan menurun atau meningkat drastis, merasa sakit atau nyeri tanpa sebab merupakan dampak depresi terhadap Kesehatan.

Bila gejala tersebut muncul selama lebih dari dua minggu dan tak kunjung reda, dianjurkan untuk segera berkonsultasi ke dokter.

Back to question

Tema Hari Kesehatan Mental Sedunia tahun 2022 adalah "Jadikan kesehatan mental untuk semua sebagai prioritas global". Tema tersebut menunjukkan bahwa setiap orang dituntut untuk peduli pada kesehatan mental. Jadi, kembali ke pertanyaan seperti dalam judul artikel ini, sudah sehatkah mental kita?

"Orang tua punya peran penting dalam mendukung kesehatan mental buah hatinya. Mengasuh dan merawat anak dengan penuh kasih sayang sama dengan membangun fondasi yang kuat bagi anak agar ia dapat mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang dibutuhkannya untuk hidup bahagia, sehat, dan sejahtera." (Unicef)

Setelah mengetahui lebih jauh terkait tiga masalah kesehatan mental di atas, sepertinya saya harus belajar lebih baik lagi agar bisa menjadi pribadi yang sehat mental. Bukan sekedar untuk diri sendiri, tapi juga untuk kebaikan orang-orang di sekitar saya. Terlebih karena saya sudah menjadi orang tua.

Bukankah seorang anak itu ibarat spons yang mampu menyerap apa pun yang orang tuanya ucapkan maupun lakukan? Hal itu tentu bisa berdampak pula pada kesehatan mentalnya. Maka, bila saya ingin anak saya bermental sehat, saya pun harus berupaya memiliki mental yang sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun