Mohon tunggu...
Dita Utami
Dita Utami Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga

ibu rumah tangga yang peduli

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kenali, Tolak dan Lawan Radikalisme Dunia Maya

18 Juli 2021   09:05 Diperbarui: 18 Juli 2021   09:15 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media Sosial Mempererat Persaudaraan - jalandamai.org

Saat ini pandemi covid-19 melanda semua negara. Dampak yang muncul akibat pademi ini telah meluluhlantakkan perekonomian sebuah negara. Banyak orang miskin baru, banyak pengangguran baru, perekonomian jatuh dan berbagai macam dampak negatif bermunculan akibat covid-19. Ekonomi membutuhkan pergerakan orang dan barang, sementara pandemi covid-19 menolak pergerakan karena yang dibutuhkan adalah pembatasan. Kenapa? Virus covid-19 menyebar melalui pergerakan manusia dan barang. Karena itulah virus covid-19 menjadi musuh semua negara saat ini, termasuk Indonesia.

Selain covid-19, ternyata juga ada musuh bersama semua negara termasuk Indonesia. Musuh bersama itu bersama itu bernama radikalisme. Paham yang diadopsi dari luar Indonesia ini seringkali berujung pada perilaku intoleran dan kekerasan. Bahkan pada titik tertentu berani melakukan aktifitas yang bisa menghilangkan nyawa seperti aksi terorisme.

Radikalisme yang berujung pada aksi menyesatkan tersebut, tentu tidak ujung-ujug alias seketika. Semuanya butuh proses. Dan salah satu proses yang tanpa kita sadari adalah bibit radikalisme itu disebarkan melalui berbagai cara dan bentuk. Salah satunya melalui pesan-pesan di media sosial. Sadar atau tidak, pesan kelompok radikal ini cenderung provokatif dan selalu diselipkan kebencian. Contohnya adalah kebijakan melakukan pembatasan di masa pandemi ini. Argumentasi yang dimunculkan oleh kelompok intoleran tidak substansial, tapi justru menuduh pemerintah tidak takut Allah, dan segala macamnya.

Sentimen yang dibangun oleh kelompok intoleran adalah virus corona merupakan rekayasa dan tidak perlu ditakuti, karena yang patut ditakuti adalah Allah SWT. Masker tidak perlu dipakai, karena pakai tidak pakai masker semua orang akan mati. Anjuran untuk beribadah di rumah bukan di masjid atau tempat ibadah, dimaknai sebagai bentuk tidak takut pada Allah SWT. 

Apa yang terjadi? Banyak masyarakat yang kemudian mengikutinya, karena merasa dampak pembatasan memicu terjadinya persoalan lain. Aktifitas bekerja tertanggu, pabrik melakukan pengurangan tenaga kerja, dan ujung-ujungnya mempengaruhi pemasukan setiap bulannya.

Kini, karena masyarakat banyak yang tidak mematuhi protokol Kesehatan, kasus aktif harian melonjak drastis hingga diatas 50 ribu kasus. Siapa yang salah? Kita semua. Kita semua yang berpotensi memicu terjadinya lonjakan kasus. Kalau sudah begini, provokasi dan kebencian dimunculkan untuk menyerang pemerintah. Pemangku kebijakan memang harus dikritik atau harus dievaluasi. Tapi jika kritik atau evaluasi ini selalu diselipkan provokasi, hoaks dan kebencian, ini yang tidak benar. Sadar atau tidak, pola ini seringkali digunakan oleh kelompok radikal.

Radikalisme ini adalah persoalan kita semua. Perlu adanya penerapan protokol untuk melawannya, seperti halnya kita semua melawan virus covid-19. Yaitu kenalilah konten atau narasi yang menujur pada upaya radikalisasi. Narasi yang cenderung menjurus pada provokasi dan kebencian, ini merupakan salah satu ciri. Setelah kita mengenalinya, maka yang harus dilakukan adalah menolak segala bentuk narasi radikalisme tersebut. Jangan percayai, jangan masukkan, bekali diri dengan literasi yang kuat untuk melakukan counter. 

Setelah kita bisa mengenali dan menolak, Langkah selanjutnya adalah melawan radikalisme dunia maya. Caranya dengan carai memproduksi dan menyebarkan konten yang menyejukkan, konten yang merangkul keberagaman, konten yang menguatkan bukan melemahkan. Tunggu apa lagi. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun