Mohon tunggu...
Dita Widodo
Dita Widodo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha. Praktisi urban garden dari 2016-sekarang. Kompasiana sebagai media belajar dan berbagi.

1996 - 2004 Kalbe Nutritional Foods di Finance Division 2004 - 2006 Berwirausaha di Bidang Trading Stationery ( Prasasti Stationery) 2006-sekarang menjalankan usaha di bidang Travel Services, Event Organizer dan Training Consultant (Prasasti Selaras). 2011 Mulai Belajar Menulis sebagai Media Belajar & Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Rembulan Tenggelam di Wajahmu - Sinopsis

12 Januari 2014   14:29 Diperbarui: 12 Januari 2016   20:16 8796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13895117401352544855

Rumah singgah  yang pertama kali mengajarkannya  tentang arti sebuah keluarga. Bang Ape, pemilik /pengelola rumah singgah itu mengajarkan banyak hal. Termasuk motivasi yang terus menerus ditanamkan untuk menjadi orang yang baik.  “Kalian mungkin memiliki masa lalu yang buruk, tapi kalian memiliki kepalan tangan untuk mengubahnya”, adalah salah satu kalimat motivasi yang amat dalam tertanam di hatinya, dan juga pastinya di hati teman-teman rumah singgah itu. Ketika salah seorang diantara mereka diadopsi orang sehingga harus meninggalkan rumah singgah itu, kembali Bang Ape memberikan mantranya ; “Kalian akan tetap menjadi saudara di mana pun berada, kalian sungguh akan tetap menjadi saudara. Tidak ada yang pergi dari hati. Tidak ada yang hilang dari sebuah kenangan. Kalian sungguh akan tetap menjadi saudara Dan memang bagi Rehan, anak-anak di rumah singgah amat berarti baginya, sehingga kembali naluri kepahlawanan itu muncul ketika salah seorang anggotanya diganggu oleh preman.  
Dan perkelahian demi perkelahian karena solideritas Rehan tentu bertentangan dengan apa yang diajarkan Bang Ape. Bahwa kejahatan tak selamanya harus dibalas dengan kejahatan. Atau banyak cara lain yang bisa dilakukan untuk membalas kejahatan, sama sekali jauh dari keyakinan Rehan. Jika bukan dia yang membalas, siapa lagi? Jika bukan dia yang peduli siapa lagi?

Bukankah semua orang yang melihat sebuah kasus-kasus kejahatan itu jamaknya memilih diam dan mengamankan diri sendiri? Akhirnya kehidupan di rumah singgah pun berakhir juga dengan cara yang sama: kabur. Kali ini karena ia merasa bahwa ia tak dapat mengikuti apa yang diajarkan dan diyakini oleh Bang Ape, orang yang amat ia hormati. Rehan meneruskan hidup sebagai pengamen di kereta. Keahlian bermain gitar yang diperoleh dari Natan, seorang sahabatnya di Rumah Singgah ternyata mampu menjadi salah satu jalan menyambung hidupnya. Berbeda dengan Natan yang memiliki suara bagus, Ray hanya mengamen dengan gitar tanpa lagu yang mengiringi.Ia tinggal di kontrakan sempit dan kumuh yang bertetangga dengan sebuah rumah besar yang mentereng.

Satu hal kebiasaan Rehan dari semasa di Panti dulu adalah memandang rembulan setiap purnama tiba. Hanya dengan mengagumi keindahan rembulan, Rehan mampu menangkap satu keindahan hidup yang menentramkannya.  Sampai suatu saat ketika ia dengan lincah turun dari tower air yang tingginya mencapai 10 meter, pengontrak rumah mentereng di sebelah tower itu terkagum-kagum dan mengajaknya berkenalan. Di kemudian hari, lelaki yang menawarkan persahabatan dengan secangkir coklat panas itu mengajak kerja sama. Yang adalah melakukan pencurian berlian seribu karat yang tersimpan di lantai 40 gedung di ibukota. Kisah detail tentang bagaimana keduanya mempersiapkan ‘proyek besar’ amat menegangkan tentu saja.

Dimulai dari latihan lari pagi selama beberapa bulan sebelumnya untuk menjaga stamina, bagaimana merencanakan secara rapi aksi tersebut, bagaimana menaiki gondola pembersih kaca gedung tersebut dan bagaimana menjinakkan alat pendeteksi pengamanan benar-benar membuat setiap pembaca ‘deg-deg plas’ mengikutinya :D Sebuah lembaran baru hidup Ray (nama baru yang kemudian ia sematkan untuk dirinya sendiri) dimulai ketika ia memutuskan untuk pulang kampung setelah bertahun-tahun merantau ke ibukota. Saat itulah masa pembangunan diri buatnya. Ia memutuskan menjadi kuli bangunan di sebuah proyek pembangunan gedung bertingkat. Kecerdasan dan mental yang ulet membuat kinerjanya amat bagus sehingga Ray naik posisi dengan cepat. Dan pengalaman hidup serta sifatnya yang bersahabat menjadikan ia didukung  penuh oleh para pekerja di bawahnya.

Dari sekian perjalanan panjang yang dilalui seorang Ray, mungkin babak inilah masa termanis dalam hidupnya. Pertemuan tak disengaja di ruang makan kereta yang membawanya ke kota itu memang telah membuat hari yang berbeda. Namun ketika kemudian gadis itu tak menggubrisnya, ia memilih untuk mencoba melupakan. Namun begitulah takdir sebuah cinta diatur oleh pemilik hidup. Gadis itu kembali muncul di dekat lokasi proyek tempat Ray bekerja. Ray yang masih setia dengan kebiasaan lamanya memandang rembulan, kembali melakukan hal yang sama. Kini lebih tinggi dari tower air, karena dari ketinggian lantai 18 bangunan yang hampir rampung.  Dari teropong bintang yang dimilikinya ia menangkap gadis yang ditemuinya di kereta itu masuk sebuah rumah sakit. Kisah cinta milik siapa pun juga pasti selalu menarik untuk disimak. Lengkap dengan segala perjuangan yang mewarnainya. Terlebih untuk seorang penulis Tere Liye yang mampu menyulap segalanya menjadi jauh lebih indah, lebih mengesankan, memilukan, membahagiakan dan segala warna-warni cinta yang mampu tercipta dalam ruang imaji manusia.

Maka untuk babak ini, membacanya langsung buku ini pastinya lebih pas dan lengkap terasa :D Singkat cerita, Ray akhirnya menikahi gadis cantik itu yang selanjutnya ia panggil sebagai “Si Gigi Kelinci”. Pasangan yang sangat berbahagia. Seorang suami pekerja keras dan seorang istri yang begitu setia dan ikhlas mendukung dengan sepenuh hati adalah kombinasi paling indah tentu saja.


Namun, lagi-lagi yang abadi dalam hidup adalah perubahan. Dan bahagia sekian tahun kebersamaan dengan si gigi kelinci itu pun akhirnya terenggut oleh takdir. Setelah dua kali kehilangan calon anak mereka dalam kandungan, Ray harus rela melepas kepergian Si Gigi Kelinci untuk selama-lamanya. Kepergian yang terlalu cepat pastinya untuk orang yang ditinggalkannya. Namun sepotong kalimat luar biasa yang diucapkan istrinya ketika menjelang maut, bukanlah sebuah pesan yang memberatkan Ray. Ia justru berkata : “Apakah aku cantik? Aku selalu ingin terlihat cantik di depanmu. Apakah kamu ikhlas denganku sebagai istrimu?” Dan sosok Si Gigi Kelinci inilah yang ternyata juga menginspirasi banyak pembacanya. Ya, Tere Liye berhasil menyematkan sebuah pesan, yaitu cara sederhana untuk meraih surga melalui sosok sang istri yang pastinya akan lebih tertangkap ketika kita menyimak detail ceritanya. Kekecewaan demi kekecewaan hidup sungguh terasa amat senang menghampiri hidup Ray. Kembali, Ray memilih melarikan diri, namun kali ini di jalan yang berbeda. Ia menenggelamkan diri dalam kesibukan. Ia mulai memberanikan diri membangun bisnis sendiri.

Di sini pembaca baru diingatkan kembali pada seribu karat berlian curian yang akhirnya mengantarkan Plee, kenalan yang mengajaknya bekerja sama melakukan proyek besar itu. Berlian yang disimpan di tangki air dengan kedalaman 3 meter di dekat rumah singgah itu akhirnya dijadikan modal untuk memulai bisnis property. Dari seorang anak panti, preman terminal, dan kuli bangunan, kini Ray menjadi konglomerat yang memiliki kerajaan bisnisnya sendiri.  Ray kini telah menggenggam kekayaan yang tak terhingga. Namun hidupnya tetap sepi dan hampa terasa. Cinta yang sempat hadir dalam kehidupannya pun terenggut sudah oleh takdir. Ray, laki-laki berkekuatan fisik lebih dari rata-rata di tengah gemilang kerajaan bisnisnya ternyata semakin menyusut kesehatannya. Berbagai penyakit menyerang dan tubuhnya kini digerogoti penyakit. Ia kini menjadi pasien. Memang kondisinya berbeda. Jika dulu ia seorang yang papa, kini ia adalah seorang pasien yang amat dihormati. Seorang anak buah yang amat setia bernama Jo pun terus mendampini.

Namun sakit dan  kepedihan hidup yang beruntun serta rasa hampa yang membangkitkan nelangsa itu menjadikan ia marah pada takdir. Kenapa ia harus hidup  di panti asuhan sial itu? Apakah hidup adil? Kenapa langit tega mengambil  istri tercintanya? Apakah kaya adalah segalanya? Kenapa ia harus sakit keras yang berkepanjangan? Lima pertanyaan besar dalam hidup itu seolah mengetuk-ngetuk kepalanya sepanjang hidup. Dan perjalanan metafisik itulah yang menjawab satu demi satu pertanyaan itu. Jawaban yang diberikan dengan mengungkapkan segala fakta dari sisi yang selama ini Ray tidak pernah tahu. Peristiwa demi peristiwa yang oleh penulisnya diberikan sebuah benang merah bahwa tak ada yang dapat merubah takdir kecuali satu ; kebaikan. Juga bahwa setiap perbuatan dan jalan hidup manusia akan saling berkaitan dan menjadi penyebab takdir manusia lainnya.

Di novel ini, saya membaca bagaimana Tere Liye berusaha menuangkan segala pemikiran dan pemahamannya tentang hidup dan berkehidupan. Membangkitkan kesadaran pada pembaca bahwa banyak sisi hidup yang tidak ketahui dan ternyata tidak seperti yang kita pikirkan. Perjalanan dan kilas balik yang dialami Ray ibarat kepingan puzzle yang pada akhirnya ia temukan sehingga terbentuklah gambaran hidup yang utuh. Ini adalah kisah sangat menarik untuk menjelaskan sebuah kalimat yang terdengar klise lebih karena frekuensi yang kita dengar ; bahwa sebenarnya tak ada sekeping perjalanan pun yang terjadi tanpa rencana Tuhan. Ya, apa yang kita sebut sebagai kepahitan hidup, ternyata hanya persepsi kita semata. Andai kita selalu berbaik sangka pada takdir, seburuk apa pun yang dihadapi, maka sesuatu menjadi sederhana saja. Hidup tidak rumit. Tidak semua orang mempunyai kesempatan yang sama seperti Ray di akhir hidupnya.

Kesempatan untuk kembali, kesempatan untuk menengok perjalanan dan dibukakan kenyataan / peristiwa yang tak diketahuinya. Kedatangan sesosok Nabi Khaidir ini pun oleh penulis diibaratkan sebagai sebuah doa yang dikabulkanNya. Doa seorang ibu sebelum mati terbakar yang melemparkan anak bayinya ke tangan laki-laki yang menolongnya dari kebakaran. Bukankah doa seorang ibu mampu menjebol pintu langitNya? Bukankah doa orang yang dalam penderitaan/kesusahan/aniaya amat dekat untuk dikabulkanNya? Maka di sinilah Ray mendapatkan kesempatan yang melanggar aturan yang berlaku. Bahwa seseorang hanya bisa kembali ke sebuah tempat yang pernah ia singgahi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun