Mohon tunggu...
Dionisius Bei
Dionisius Bei Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Filsafat

Nama: dionisius bei TTL: NAru, 27 November 1993 Alamat: Jln. Joyo Agung 100_MAlang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cinta yang Membebaskan

23 April 2021   16:28 Diperbarui: 23 April 2021   16:55 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 Maka, persatuan yang intim dan personal dengan Tuhan adalah sebuah kebahagian yang sejati. Sebab, kebebasan untuk mencintai Tuhan dan menjadikan-Nya sebagai pegangan hidup dibangun atas dasar kesadaran penuh. kesadaran penuh mengandaikan adanya dorongan dan kemauan pribadi serta ketotalitasan untuk mencintai dan bersatu dengan Tuhan.

Kebebasan

Kebebasan adalah itu yang ciri asali pribadi manusia. Sejatinya manusia adalah pribadi yang selalu mnginginkan, mencari dan mengejar kebebasan. Serta mau berada dalam kebebasan yang penuh. Tidak ada satupun manusia dibawah kolong langit ini yang mau dan ingin hidupnya berada di bawah tekanan ataupun penderitaan, penindasan dan di control oleh orang lain. Semuanya ingin bebas dan mau hidup dalam kebebasan. Maka, tidak perlu heran lagi bila dimana-mana terjadi konflik dan pertumpahan darah. Karena semuanya ingin memperjuangkan kebebasanya masing-masing. Di dalam negara Indonesia tercinta ini pun pernah terjadi peristiwa yang memilukan hati, yaitu peristiwa tahun 1998. Ini membuktikan bahwa kebebasan menjadi impian dan tujuan hidup setiap pribadi manusia. Dalam buku Menjadi Mencintai, Armada Riyanto, menulis:

 Ragu-ragu adala juga ekspresi kebebasan. Sebutlah pengandaian ini, orang sama sekali tidak mengalami ragu-ragu, siapakah orang ini? Dia adalah sosok yang terbelenggu. Dia terbelenggu dalam ketidaksadaran dirinya. Ia de facto tidak pernah mabuk, tetapi ia menghidupi keniscayaan. Ia bukan manusia bebas. Kebebasan selalu memiliki introduksi kebebasan akal budi dan penggapaian kebenaran.[6] 

 

 

            Namun, kebebasan sejati bukanlah pertama-tama mengarah pada kebebasan fisik semata atau kebebasan lahiriah, melainkan mesti mengarah pada kebebasan batin atau sifat batiniah manusia. Bahwa "bebas dari segala sesatu adalah hak yang besar, namun itu masih belum cukup. Itu jauh lebih kecil nilainya daripada kebebasan untuk memilki sesuatu" (Chezlaw Millosz). Dengan ini mau menyatakan bahwa kebebasan adalah sesuatu yang paling dicari oleh semua orang dan berusaha untuk memilikinya. Karena, kebebasan mengantarkan orang pada pencapaian tujuan hidup yang sempurna. Di era modernisasi ini, kebebasan dan segala macam bentuk pencarian akan kebebasan menjadi isu yang radikal dan sentral. Oleh karena adanya kesadaran akan nilai kebebasan dan betapa luhurnya suatu kebebasan, maka lahirlah berbagai jenis kebebasan di dalam dunia. Kebebasan-kebebasan tersebut antara lain: kebebasan beragama, kebebasan berpendapat, pembebasan etika moralitas, kebebasan suara hati dan terakhir adalah pembebasan diri dan penentuan nasib hidupnya.

Kebebasan dalam hidup kristianitas bukanlah terletak pada kebebasan sakit fisik atau segala macam bentuk penderitaan, melainkan pada kebebasan hati untuk mengikuti dan mengimani Kristus sebagai Putera Allah. Karena:

Kebebasan yang kita cari adalah kebebasan etis.  Tetapi kebebasam sejati lebih tingi daripada kebebasan etis. Kebebasan rohani yaitu kebebasan dari kondisi-kondisi dan perbudakan-perbudakan moral yang disadari maupun yang tidak disadari, yang menghalangi kita untuk memilih yang baik. Ketika kita bertumbuh dalam kebebasan rohani, kita akan denga bebas menantukan, bukan hanya pada apa yang baik, tetapi juga pada apa yang paling baik.[7]

Cinta Membebaskan

 Kodratinya cinta membawa manusia pada kebebasan yang sejati. Sebab, cinta itu membebaskan. Mencintai mesti dilakukan atas dasar kebebasan dan sebaliknya, kebebasaan mesti diiringi dengan cinta yang mendalam, agar kebebasan yang kita jalani tidak keluar dari jalur moralitas dan kita mampu mempertanggungjawabkannya. Oleh karena cinta dan kebebasan dirindukan, dicari dan di kejar oleh setiap pribadi manusia, maka cinta dan kebebasan itu mesti keluar dari keegoisan kediriannya sendiri. Setiap orang yang dipilih untuk membagikan cinta dan mencintai, harus bisa bebas terbuka bagi semua orang dan tidak dilakukan atas keinginan atau kemauan untuk menikmati dirinya sendiri. Dalam buku Menjadi-Mencintai, Armada Riyanto, menulis:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun