Mohon tunggu...
Didin Zainudin
Didin Zainudin Mohon Tunggu... Freelancer - Didin manusia biasa yang maunya berkarya yang gak biasa.

mencoba memberi manfaat dan inspirasi bagi kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Cerita Haji Pandemi

1 November 2023   21:51 Diperbarui: 1 November 2023   22:00 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Haji tahun 2022, memang terbilang istimewa. Untuk pertama kalinya setelah pandemic Covid 19, pemerintah Saudi Arabia kembali membuka Haji untuk umum. Sebelumnya di tahun 2020 dan 2021 kegiatan haji hanya boleh dilakukan oleh orang-orang tertentu / undangan khusus dan jumlahnya sangat dibatasi. Wilayah Masjidil Haram sangat ketat dan steril, selama masa pandemic. Mulai tahun 2022 Haji dibuka untuk umum. Namun kuotanya dibatasi. Dari yang sebelumnya mencapai 3 jutaan, dipotong jadi hanya 1 jutaan untuk seluruh dunia. Indonesia hanya kebagian kuota 100 ribuan. Batasan kuota membuat banyak calon jamaah haji yang harusnya bisa berangkat pada tahun 2022, jadi tertunda atau tidak masuk daftar. Alias gagal berangkat. Belum lagi ketentuan bahwa, maksimal usia jamaah haji kurang dari 65 tahun. Hal ini juga membuat lansia, yang mungkin dalam daftar urutan diposisi atas, namun karena faktor usia jadi tertunda.

Kloter Akhir

Alhamdulillah kami masuk dalam daftar calon jamaah haji 2022. Kami ada di kloter JKS 41. Di regu 32 dan 33. Kami termasuk kloter yang belakangan berangkatnya. Jamaah Haji kloter awal berangkat tanggal 6 dan 9 Juni 2022 (kloter teman / tetangga). Kami baru berangkat 30 Juni 2022. Habis Ashar kami kumpul. Kloter JKS 41 berkumpul di masjid balaikota Depok. Disana kami menerima pembekalan, sambutan dan doa. Selepas Isya, 30 juni 2022 kami rombongan JKS 41 (sekitar 400 orang) diberangkatkan dengan bis menuju ke Bekasi.

Embarkasi Bekasi

Setelah sampai di embarkasi Bekasi, kami menyelesaikan urusan administrasi, bagasi dan lain-lain. Malam itu juga kita dibagikan living cost 1.500 riyal (sekitar Rp. 5.700.000). Lumayan banget ya. Untung banget dapet uang saku dari pemerintah. Kita juga dibagikan masker 4 dus, hand sanitizer, dan masker kain. Kita menginap semalam di embarkasi. Karena saya ketua regu, ada uang saku tambahan, 700 ribu rupiah.

Paginya kita setelah sarapan, siap-siap buat manasik haji. Di embarkasi bekasi, ada lapangan yang di tengahnya ada replica Ka'bah (ukuran mini) dan bukit Safa-Marwah lengkap dengan lintasan dan tanda lampu hijau nya. Tidak semuanya ikut manasik. Sebagian boleh melihat dari pinggiran, yang tentu saja lebih adem karena koridornya beratap. Setelah semua selesai, jamaah sibuk dengan urusan ganti Sim card dan tukar uang riyal, yang outletnya banyak tersedia di dalam embarkasi. Sore hari setelah sholat ashar kita berangkat menuju Bandara Soekarno Hatta. Perjalanan mendapat pengawalan dari polisi (voor rider), sehingga perjalanan lancar.


Sebagai jamaah kloter akhir, kita langsung terbang ke Mekah / Jeddah. Penerbangan ke Mekah di lakukan tengah malam sekitar jam 24.00. Kami semua berangkat dengan mengenakan kain ihram. Karena kita akan niat umroh/haji di atas Yalamlam. Perjalanan berjalan mulus. Kita mendarat di bandara King Abdul Azis, Jeddah menjelang subuh. Selesai urusan bagasi kita menuju ke Mekah dengan bus besar. Kita menuju hotel di wilayah Misfalah. Jarak Jeddah ke Misfalah kurang lebih 30 -- 45 menit. Sesuai info hotel yang akan kita tempati adalah Saud Palace, tapi ternyata bis berhenti di hotel yang berbeda. Hotel Manazil El Hour. Kita sempat bingung. Tapi sebenernya kalau pun salah tinggal menyeberang saja. Toh Saud Palace tepat di depan Hotel Manazil. Turun dari bis kita sudah disambut oleh petugas hotel dan petugas haji Indonesia. Kita di kalungi bunga, dan diberi beberapa cenderamata. Ada Sajadah, minuman jus, air mineral, roti dan kurma beberapa jenis. Lobby hotel tiba-tiba jadi penuh. Koper-koper kita diturunin semua. Ternyata memang hotel kita di Manazil el Hour.

Mulai Haji.

Urusan selanjutnya adalah pembagian kamar dan pengambilan koper. Per kamar rata-rata 4 orang. Pria dan wanita dipisah. Ada beberapa orang yang gak mau berpisah dari temannya. Ada yang berkompromi dengan tukar tempat kamarnya. Asal sekamar tidak lebih  dari 4 orang, gak masalah. Urusan kamar selesai. Sekarang urusan koper besar. Ada yang koper nya nyasar, ada yang patah pegangan kopernya. Tapi isi koper semua aman. Setelah semua beres, kita istirahat sebentar. Karena kita masih mengenakan kain ihram, banyak larangan yang tidak boleh dilanggar. Makanya kita harus segera melakukan umroh wajib. Kita sudah membaca niat di atas pesawat, diatas Yalamlam.

Regu 32 dan 33 yang notabene adalah jamaah mandiri, akhirnya berangkat sendiri. Untung saja pak Saiful Millah, ketua kloter JKS 41  berbaik hati mau menemani kita. Kita berangkat dengan bis Sholawat (Sholat lima waktu). Pertama kalinya kita naik bis sholawat. Seukuran Transjakarta. Bisnya berwarna hijau. Bis berjalan mengitari hotel-hotel Indonesia di wilayah Misfalah. Hingga akhirnya tiba di terminal Ajyad. Dari terminal ke Masjidil Haram, kurang lebih 900 m. Kalo jalan kaki 5 -10 menitan. Gak ada angkutan lain, selain jalan kaki.

Tawaf masih lengang di sekitar Ka'bah. Apalagi ini sekitar jam 10 an lewat. Matahari lagi panas-panasnya. Selesai Tawaf, kita berdoa, sholat sunat thawaf, sholat sunat mutlak. Semuanya dibimbing oleh pak Saiful. Setelah minum air zam-zam kita melanjutkan dengan melakukan Sa'i. Start nya dari Safa. Jalan kaki menuju Marwah. Ketika sampai di lampu hijau yang berderet kita diminta untuk lari-lari kecil, mengikuti apa yang dilakukan Siti Hajar ketika mencari air Zam-zam pada zamannya. Namun buat yang gak kuat, cukup dengan jalan kaki saja juga boleh. Selesai Sa'i pas azan Dhuhur. Kita selesaikan rangkaian ibadah Sa'I dengan doa dan ditutup dengan Tahalul. Ketika sudah selesai tahalul, ihram kita sudah boleh dibatalin. Tidak ada larangan lagi meski kita masih berihram.

Minggu berikutnya kita akan ke Arafah. Masih sekitar 6 hari lagi. Jamaah bebas melakukan ibadah di Haram atau di hotel atau di sekitar hotel. Di dalam hotel di lantai S ada masjid/mushola. Sementara di seberang hotel juga ada masjid. Jamaahnya orang Kazakstan dan Nigeria (Afrika). Kebetulan masjidnya, memang dekat dengan hotel kedua negara tersebut. Jamaah kalo mau setiap hari ke Harom naik bis Sholawat juga bisa. Bis beroperasi hampir 24 jam. sehari menjelang keberangkatan ke Arafah, jamaah haji diminta tidak ke masjidil harom dulu supaya tidak capek. Ini juga karena bis sholawat sudah tidak beroperasi (libur). Namun kami meski tak ada bis, kami tetap ingin ke Harom. Akhirnya kami bertiga naik taksi. 5 riyal per orang.  Taksi berhenti kira-kira 800 m sebelum Harom. Karena memang dilarang masuk. Kita lanjutkan dengan jalan kaki. Meski banyak bis yang tidak beroperasi tapi Masjidil Haram tetap ramai. 

Arafah aku datang

Pagi hari jam 8 an jamaah haji dijemput, untuk diantar ke Arafah (kalo gak salah tanggal 7 Juli). Kita tiba di Arafah masih jam 9 an. Wukufnya masih keesokan harinya. Sengaja berangkat sehari sebelumnya, supaya jangan terjadi penumpukan traffic, yang dalam waktu yang bersamaan datang jutaan manusia dari berbagai sudut Arafah. Jamaah langsung masuk ke tenda yang sudah disediakan. Satu tenda menampung sekitar 160 orang. Wukuf itu artinya berdiam diri. Disini memang kegiatan kita hanya berdoa, dan dizikir.

Tiba waktu wukuf, sesudah sholat dhuhur, ada khotbah Arafah. Mendengarkan ceramah. Sore setelah waktu ashar hingga menjelang maghrib, kita berdoa di luar tenda, atau di tanah terbuka. Memohon ampun, berdoa atas hajat kita, berdzikir, sholawat, berdoa dan berdoa.

Kerikil yang gedean.

Malam hari jam 10 an kami berangkat ke Muzdalifah dengan bis besar. Rombongan haji di drop di sebuah lapangan terbuka yang sangat luas. Jarak antara Arafah ke Muzdalifah mungkin sekitar 20 - 30 menit dengan bis. Turun dari bis kita diberi kantong kecil yang berisi batu kerikil. Ini yang nanti akan dipakai untuk melempar Jumroh. Di Muzdalifah kita bermalam (mabit), untuk keesokannya berangkat ke Mina. Batu di dalam kantong ternyata terlalu kecil. Kami seleksi dulu, mana yang bisa dipakai mana yang tidak. Tapi akhirnya kami memutuskan untuk mencari kerikil yang lain yang banyak bertebaran di sekitar Muzdalifah. Di dekat toilet juga banyak. Kami kumpulkan kerikil agak lebih besar (sebesar ujung jari) ke dalam botol bekas air mineral. Kerikil yang terlalu kecil apalagi dengan dengan berat yang ringan, agak mengkhawatirkan kalo buat melempar jumroh, gak akan sampai atau mengenai batu jamarotnya. Bisa-bisa malah melayang jatuh. Jadi saya bela-belain nyari kerikil yang agak besaran. Sebagian jamaah memilih istirahat dan tidur di lapangan terbuka. Muzdalifah kini kondisinya terang benderang. Jadi gak perlu bawa senter.

Jam 2 dini hari, kami dijemput bis menuju Mina. 1 bis menampung kira-kira 40 orang. Kami antri menuju bis. Karena memang dibagi per rombongan. Jarak Muzdalifah ke Mina juga terbilang dekat. Kurang lebih 6 km an. Setelah antri cukup lama, rombongan kita akhirnya kebagian bis. Bis melaju menuju Mina. Tiba di tenda Mina masih sekitar jam 3 an pagi. Kami langsung memasuki tenda yang sudah disediakan. Ada nomor di tenda sesuai dengan rombongan. Jangan nyasar. Karena bentuk tendanya sama semua. Salah satu teman kita memasang bendera berwarna orange menyolok. Supaya memudahkan rombongan mencari tendanya. Ada ribuan tenda di Mina. Bila dilihat  dari atas akan tampak bahwa mina adalah kota seribu tenda. Bisa dilihat kalo kita ke Jamarot (melempar Jumroh) dari lantai 3. 

Hari pertama melempar Jumroh.

Selepas sholat subuh berjamaah di tenda, kami berkumpul di dekat pintu keluar komplek tenda. Buat haji mandiri, cari rombongan sendiri untuk bisa berangkat bareng-bareng menuju Jamarot. Pagi itu pak Syaiful Millah, Ketua Kloter JKS 41, memimpin langsung rombongan kami. Kami berangkat kira-kira jam 5 an pagi. Udara masih cukup nyaman. Jalan kaki menuju Jamarot. Perjalanan melewati 3 terowongan. Untuk rombongan haji Indonesia di arahkan ke lantai 3. Jalannya sangat lebar. Seperti jalan tol. Cuma ini isinya manusia semua. Tidak ada kendaraan. Kalopun ada itu kendaraan petugas. Jumlahnya paling cuma 2. Disini kita tidak bertemu rombongan dari negara lain (non Asean). Sepertinya memang dibedakan lantainya. Setelah berjalan kurang lebih 4 km kami sampai di Jamarot. Kita akan ketemu petunjuk "Big Jamarot" artinya Jumroh Aqobah. Hari pertama kita hanya melempar satu Jumroh (Aqobah). Semua berjalan lancar. Tidak berdesak-desakan. Bahkan kami bisa melempar jumroh, di barisan paling depan. Bissmillahi Allahu Akbar, kami melempar kerikil yang sebelumnya kami kumpulkan dari Muzdalifah. Selesai melempar Jumroh, kami menepi dan berdoa menghadap Jumroh Aqobah. Doa dipimpin pak Syaiful Millah.

Setelah melempar jumroh kami kembali ke tenda masing-masing. Tidak ada kegiatan lain, selain ibadah (sholat, ngaji, dzikir).

Terowongan Mina gelap.

Keesokannya setelah sholat Subuh kami ke Jamarot lagi. Sengaja kami memilih pagi supaya tidak panas. Maklum perjalanan cukup jauh. Panas yang terik akan menurunkan stamina kita. Pengalaman melempar Jumroh kemarin, akan kita pakai sebagai panduan melempar Jumroh hari ini. Bedanya hari ini kita akan melempar 3 Jamarot. Kurang lebih rombongan kami berdua belas, kami jalan kaki. Kami jalan sesuai rute yang kemarin. Petunjuk jalan juga sangat jelas. Untuk haji mandiri, setiap saat memang harus memperhatikan jalan, petunjuk dan tata cara ibadah. Karena tidak selamanya kita dibimbing. Beda dengan haji yang di bawah KBIH. Fungsi ketua regu juga sangat berperan membimbing regunya. Hari masih agak gelap. Lampu-lampu jalan masih menyala. Matahari belum terbit benar. Masih semburat sinarnya. Kami sudah mendekati pintu terowongan Mina. Terowongan yang terkenal, karena pernah ada tragedi Mina, yang menewaskan banyak jamaah. Ketika kami hendak melangkah maju memasuki terowongan Mina, tiba-tiba lampu mati. Terowongan jadi gelap. Terowongan ini cukup panjang. Mungkin sekitar 200 meteran. Orang-orang sempat panik. Tapi karena hari itu masih Hari raya Qurban (Idul Adha), kami semua terus bertakbiran. Kepanikan terkendali. Kami kembali takbiran sambil jalan masuk ke dalam terowongan. Tapi rombongan di belakang kami ternyata di tahan oleh petugas. Mereka dilarang masuk ke dalam terowongan. Di dalam terowongan cukup gelap. Suara takbiran bersahutan dan menggema di dalam terowongan.  Meski gelap, kami masing-masing menyalakan handphone. Sinar dari layar / senter handphone ikut menerangi terowongan.  Meskipun lampu di sepanjang terowongan padam, tapi kipas besar di atas, yang berfungsi sebagai exhaust ternyata masih menyala. Sehingga udara tidak pengap, meski banyak orang di dalam terowongan. Akhirnya lampu menyala lagi, setelah kurang lebih 30 menit. Masih ada satu terowongan lagi, sebelum kita memasuki Jamarot. Akhirnya kita sampai juga di Jamarot. Tempat melempar jumroh yang bentuknya seperti tugu, tapi melebar. Tapi sebenarnya mirip dinding batu. Nama masing-masing Jumroh adalah: Aqobah, Wustho, dan Ula. Pada papan petunjuknya tertulis Big Jamarot, Medium dan Small. Hari itu kita melempar 3 Jumroh. Dimulai dari yang besar hingga yang kecil. Masing-masing 7 batu kerikil. Selesai melempar Jumroh kami berdoa. Dibuku panduan (buku saku) haji, doa-doanya lengkap. Setelah foto-foto di depan batu Jumroh, kami pulang jalan kaki.

Ketika jalan menuju pulang, kami melewati escalator ke arah bawah. Eskalatornya cukup panjang. Kami penasaran. Akhirnya iseng, kami turun ke bawah. Ternyata menuju ke bawah, melewati beberapa escalator. Sekitar 6 lantai. Di bawah ternyata ada keramaian, ada semacam pasar, atau toko-toko makanan. Ada KFC, Albaik, Tempat minum kopi, kedai makanan, provider telpon arab, dan lain-lain. Di bawah ternyata banyak orang Afrika. Ini mungkin lantai untuk negara non Asean. Tapi disinilah kami akhirnya nyasar. Jalan menuju tenda mina tempat rombongan kami menginap, ternyata jadi jauh. Jalannya memutar. Sebelumnya jalan kaki hanya 30 menit, kini 1 jam lebih, kami baru sampai di tenda. Kami sempat jajan dulu beli kopi, teh susu dan kebab. Tadinya mau beli fried chicken Albaik. Tapi masih tutup.

Sampai di tenda, kami sudah kelelahan. Sarapan pagi sudah tersedia di samping tempat tidur masing-masing. Setiap makan paketnya lengkap dengan buah, kadang minuman jus, dan air mineral. Dalam kotak makan selalu ada nasi, daging (berganti-ganti, daging sapi, ayam atau ikan) dan sayur. Buah juga berganti-ganti, antara jeruk, apel, pier atau kurma. Gizi benar-benar tercukupi. Makanan juga gak pernah telat. Pagi hari, jam 6 sudah tersedia. Siang, jam 11 sudah siap. Malam sebelum maghrib sudah ada. Bener-bener terjamin. Beneran ini haji Tamatu. Tangi -- Mangan -- Turu (bangun -- makan -- tidur).

Kembali ke Mekah

Selesai melempar Jumroh hari ketiga, pagi jam 8 an kami kembali ke Mekah. Tapi ada juga beberapa teman yang masih tinggal di Mina untuk melempar Jumroh di hari keempat. Namun yang wajib hanya 3 hari. Jam 9 an kami tiba di hotel Manazil el Hour. Hotel tempat kami menginap. Hari Tasyrik, bis-bis menuju ke Masjidil Haram masih libur. Jika ingin ke Haram harus sewa mobil sendiri atau jalan kaki. 2 hari libur. Bahkan catering pun libur. 2 hari kami makan secara swadaya. Nyari sendiri, bayar sendiri. Banyak tempat makan di sekitar hotel. Setelah istirahat yang cukup, sore hari sesudah sholat ashar di masjid hotel, kami pergi ke Haram untuk melakukan Tawaf Ifadhoh. Kami menyewa mobil / taksi. Taksi nya Hyundai H-1. Mobil Sholawat masih libur. Tawaf Ifadoh menggunakan baju biasa. Tidak pakai baju ihrom. Selama hari Tasyrik, lantai tempat Ka'bah (lantai bawah) tidak dibatasi. Semua orang boleh masuk. Akibatnya sangat membludak. Kami terpaksa Tawaf di lantai atas, karena lantai bawah sudah di tutup. Sudah terlalu penuh. Tawaf di lantai atas adalah tantangan sendiri. Biasanya tawaf di bawah, 7 putaran hanya memakan waktu paling lama 20 - 30 menit. Sementara bila di lantai atas 7 putaran bisa memakan waktu 1,5 jam. Bahkan bisa lebih. Jumlah jaraknya tentu saja lebih jauh. Tapi memang tidak ada pilihan lain. Ini ujian fisik dan mental. Harus ikhlas, supaya gak capek dan ngedumel / mengeluh karena lebih lama. Selesai Thowaf, kami menuju tempat Sa'i. Kali ini Sa'i masih di lantai yang sama dengan Thawaf. Selesai Sai, kami menutupnya dengan Tahalul. Pertanda rangkaian ibadah haji selesai. Kami istirahat di lantai Sa'i. Dekat dengan Marwah. Kami berfoto-foto.

Haji Masker

Jamaah Indonesia paling gampang ditandai / diidentifikasi di Masjidil Haram. Jamaah yang pake masker biasanya orang Indonesia. Orang-orang Arab, India, Afrika, Eropa, Rusia, dan beberapa negara lain gak ada yang pakai masker. Cuma orang Indonesia saja yang disiplin pake masker. Jadi kalo ketemu jamaah yang pake masker, sudah bisa dipastikan itu orang Indonesia. Kalo sedang sholat, atau thawaf paling terlihat. Bila ada rombongan bermasker, bisa dipastikan itu adalah jamaah Indonesia. Pemerintah Indonesia sukses memaksa warganya untuk patuh ber-masker.

Pulang ke hotel

Thawaf 1,5 jam dan Sa'i 50 an menit, sangat menguras tenaga. Kaki masih pegel-pegel. Kelihatan semua nya kelelahan. Air zam-zam tentu sebagai pelepas dahaga dan penat. Berdoa supaya terus diberi kekuatan. Kita mau pulang ke hotel. Perut sudah mulai lapar. Kita mau makan deket hotel. Ada restoran nasi kebuli yang murah meriah dekat hotel. Kami mencari taksi. Tapi ternyata harga taksi ke hotel jadi lebih mahal dari pada saat kita berangkat menuju Haram. Saat berangkat hanya 5 riyal per orang. Kami bersepuluh.  Tapi saat kembali, sopir taksi menawarkan harga 150 - 200 riyal per mobil (seukuran Hyundai H1). Kami keberatan. Sambil jalan ke arah hotel kami mencari taksi lain. Tapi gak ada taksi yang mau turun harga. Akhirnya kami kembali ke hotel dengan jalan kaki. Lumayan jaraknya 2 km an. Saya dan istri berjalan agak di belakang. Saya mengimbangi kecepatan istri, yang sudah kecapekan. Akhirnya saya memutuskan istirahat dan makan di restoran fried chicken yang mirip Albaik. Kami membeli paket Brost Chicken. Isinya ada 4 potong ayam, French fries dan pepsi kaleng.

Ada cerita unik mengenai minuman pepsi kaleng atau minuman dingin jus buah dalam botol. Saya dan istri, kalau di rumah hampir gak pernah minum-minuman soda, namun anehnya ketika di Arab jadi suka minum Pepsi atau Coca-cola. Udara panas yang menyengat, langsung larut oleh dinginnya dan segarnya minuman kaleng ini. Sodanya juga sangat berasa. Ada teman sesama haji yang sering jalan bersama kami, pak Faiz, dia juga punya kebiasaan yang sama. Pokoknya kalau gak Pepsi, Coca-cola kalau gak jus buah. Jus buah yang enak biasanya yang botolnya dari kaca, bukan plastik. Dan jus buah favoritnya Mangga. Harga minuman ini antara 2,5 Riyal -- 3 Riyal. Tapi saran dokter & petugas medis disana, baiknya jangan minum soda. Banyak minum air putih/mineral saja. Jadi kebiasaan saya gak usah ditiru.

Bayar Dam

Hari selanjutnya, kami siap-siap untuk bayar Dam. Hal ini karena kita haji Tamatu' wajib membayar dam dengan memotong seekor kambing. Secara kolektif kami dibantu Habib Idrus. Harga kambing 500 riyal. Harga ini sudah termasuk, tour religi dan melihat pemotongan kambing di RPH di Mekah. Beliau yang kebetulan mengasuh KBIH miliknya, mengajak kita untuk bergabung juga. Selain motong kambing kami juga diajak ziarah. Jadilah kami ber 14 nebeng ke rombongannya habib Idrus. Dengan mengendarai 3 bis besar,  kami ziarah ke Jabal Nur, Jabal Tsur dan Jabal Rohmah.

Tempat pemotongan kambingnya cukup besar. Cara memotong kambing juga kelihatannya cepat dan mudah. Kambing-kambingnya seperti sudah jinak. Bahkan gak ada yang diikat, atau pakai tali. Ketika akan dipotong, kambing cuma diarahkan dengan tangan. Sedikit didorong untuk rebahan, setelah itu langsung disambut oleh tukang jagalnya untuk dipotong. Semua pekerjaan jagal diselesaikan dengan sangat cepat.

Setelah ke Jabal Nur, dan Tsur, terakhir kami ziarah ke Jabal Rohmah. Tempat bersejarah. Dahulu nabi Adam AS, dipertemukan dengan Siti Hawa di Jabal Rohmah. Setelah selama 100 tahun terpisah. Jabal Rahmah letaknya di atas bukit. Sebuah perbukitan yang cukup tinggi. Ada tangga menuju ke atas. Letaknya di wilayah Mina. Jadi bila dari atas masih terlihat tenda-tenda Mina.  Disana kami berdoa. Dilarang sholat di atas. Apalagi menangisi tugu Jabal Rahmah. Rosululoh tidak pernah memberi contoh seperti itu.

Banyak yang sedekah

Selama musim haji banyak orang Arab yang sedekah ke jamaah haji. Yang paling sering air minum kemasan yang dingin. Ada juga yang berbagi buah (apel, pier, pisang, jeruk), kurma, roti, makanan kecil, tasbih, bahkan ada juga yang berbagi sajadah. Ada pula yang membagikan nasi kebuli.  Pernah lagi ngobrol sama teman di depan hotelnya tempat dia menginap. Tiba-tiba ada truk box berhenti di depan hotel, sopirnya turun. Membuka pintu belakang. Dia mengeluarkan kurma dalam box stereo foam. Masing-masing orang dibagikan satu-satu. Saya dan teman yang sedang ngobrol, ikut kebagian juga. Kotaknya cukup besar. Kira-kira seukuran 2 kg. Isinya Kurma Rutop. Penuh. Bentuk kurmanya unik. Setengah matang bagian atas (berwarna kuning muda/cream) , setengahnya lagi matang (berwarna gelap). Jadi kurma nya sekilas seperti berwarna hitam putih. Cukup unik Jarang kita temui di tanah air.  Bila digigit ada sensasi manis dan kres-kres (karena setengah matang). Enak banget menurut saya yang bukan pecinta kurma.

Karena isinya banyak, saya mau bawa pulang ke hotel, buat dimakan rame-rame dengan teman-teman lain. Tapi di jalan banyak Jemaah Indonesia yang baru pulang dari Harom, atau pulang belanja. Saya tawarkan kepada mereka. Mereka senang sekali. Ada yang ngambil 2, 3 ada yang 4. Setiap orang saya persilahkan untuk mengambil. Alhasil begitu sampai di kamar, kurma tinggal setengah. Ternyata teman-teman pada suka. Rasanya enak. Paduan manis dan kres-kresnya mantab.

Orang-orang Arab memang tidak ingin melewatkan kesempatan ini buat sedekah. Malah kelihatan mereka berlomba-lomba sedekah yang terbaik. Semoga banyak berkah dan barokah, hidupnya buat yang sedekah. Hampir tiap hari ada aja, orang yang berbagi.

Jelajah Mekah

Hari-hari berikutnya kami beribadah di Mekah. Hampir setiap hari, setiap waktu sholat kami ke Haram menggunakan bis Sholawat. Bis ini gratis. Fasilitas ini disediakan oleh pemerintah Indonesia, untuk jamaah Indonesia. Waktu tinggal di Mekah, masih 30 hari lagi. Kesempatan kami ibadah yang maksimal di Masjidil Haram. Mumpung masih di Mekah.

Kami juga memanfaatkan waktu ini untuk umroh Sunnah. Kami sempat Umroh Sunnah 8 kali. Kita ke Miqot dan ke Haram dengan menyewa mobil / bis kecil. Rombongan kecil kami dari regu 32 & 33 kompak, sering umroh bareng. Paling sering kami miqot di Tan'im - masjid Aisyah dan masjid Ja'ronah. Pernah juga mengambil miqat dengan Makah Bus (Tranjakartanya orang arab). Busnya berwarna putih. Gratis. Berhenti di halte-halte tertentu. Persis model Transjakarta.

Lama-lama kami mulai akrab dan mengenal daerah-daerah Mekah. Bahkan kami sempat belanja oleh-oleh di pasar Kakiyah. Tempat baru berburu oleh-oleh setelah Ja'fariah dan pasar Seng di tutup. Selain itu kami juga ziarah religi, dengan mengunjungi Masjid Jin, Masjid Sajaroh dan Makam Ma'la (tempat makam Mbah Moen dan makam Siti Khotijah -- istri Rosululloh saw, dan beberapa sahabat nabi) serta berkunjung ke rumah Rosululloh yang kini sudah berubah jadi perpustakaan.

Jajanan sekitar Hotel

Lama di tanah Mekkah membuat kami jadi kangen dengan makanan Indonesia. Makanan catering dalam box yang setiap hari kita konsumsi 3 kali sehari, cita rasanya kurang Indonesia. Tapi cenderung Asia. Pernah mereka bikin orek  tempe, tapi rasanya agak aneh, kurang orek tempe. Tekstur tempenya beda, dan cara motongnya juga beda. Potongannya besar-besar. Seukuran ujung ibu jari dewasa. Terlalu besar. Beda taste.

Nah, ada tukang jualan di depan hotel yang setiap sore suka menjajakan makanan lokal (Indonesia). Penjualnya orang sunda. TKI yang sudah lama tinggal di Arab. Ada bakso, bakwan, klepon, oseng-oseng sayur, dan lain-lain. Yang sering saya beli hanya bakwan dan bakso. Bakwan 2 riyal. Beli 3, hanya 5 riyal. Bakso 5 Riyal. Rasanya lumayan Indonesia. Di hotel Saud Palace juga ada, Bakwan, Bakso, Mie Ayam, Indomie, oseng-oseng sayur, orek tempe dan menu Indonesia lain.

Ada pula roti khas Mekah/Madinah yang sering di beli oleh jamaah Indonesia, di supermarket atau toko-toko makanan di Mekah. Roti dengan merek 7. Angka 7 (seven day) yang menonjol di bungkusnya. Ada beberapa jenis roti. Bentuknya croissant dengan isi, ada yang coklat, strawberry, dan keju. Harganya murah antara 2,5 riyal - 3,5 riyal. Enak buat teman ngopi atau ngeteh. 

Nyuci sendiri

Kegiatan di Mekah selain ibadah adalah NYUCI. Ya, kita memang disediakan mesin cuci oleh hotel di lantai roof top. Ada sekitar 15 mesin cuci. Mesin cucinya model top loading dengan 2 lubang. Lubang cuci dan pengering. Kita tinggal beli sabun cucinya saja. Setiap 2 hari sekali kita nyuci. Baju ihram sebenarnya tidak perlu bawa banyak, cukup bawa 3 potong (kain) saja , bukan 2 set ya. Kalo 2 set berarti ada 4 potong. Karena setiap selesai umroh Sunnah, kita bisa cuci kain ihrom kita. Jemur baju, sejam saja udah kering. Ini ukuran jemur kain ihram ya. Berarti kalo baju biasa 30 menitan juga sudah kering. Apalagi di siang hari. Biasanya kalo pagi jam 9 nyuci, sebelum jam 12 baju sudah kita angkat. Karena tempat jemuran juga bergantian dengan yang lain. Jangan lupa bawa jepitan baju dan gantungan baju. Jepitan supaya baju tidak terbang. Karena angin bertiup cukup kencang di lantai roof top. Gantungan baju, supaya irit ruang buat jemur. Ember beli di toko sekitar hotel ada kok. Repot kalo bawa dari tanah air. Dari tempat jemuran kami yang letak nya di roof top kita bisa melihat zam-zam tower dari kejauhan. Cukup eksoktik, apalagi di malam hari.

Menuju Madinah

Akhirnya tiba saatnya kita harus meninggalkan Mekah. Sehari sebelumnya, kita Tawaf Wada. Tawaf Wada tanda perpisahan. Kita berdoa supaya Allah bisa memanggil lagi untuk menziarahi / mendatangi Ka'bah kembali. Setelah Tawaf Wada, kita dilarang mengunjungi lagi Masjidil Haram. Harus langsung pulang ke hotel. Dilarang mampir belanja, apalagi di sekitar Masjidil Haram.

Selanjutnya perjalanan berlanjut ke Madinah. Untuk melakukan ibadah /sholat Arbain. Sholat 40 waktu di Masjid Nabawi. Disini kita juga menziarahi makam rosululloh dan sahabatnya di Raudhoh. Kini ke Raudhoh tidak semudah dulu. Tidak setiap saat boleh masuk. Harus menggunakan aplikasi Eatmarna /Tasreh. 1 orang hanya boleh sekali masuk per hari. Di Madinah juga terdapat makam Baqi, tempat para pejuang / Syuhada Uhud, dan para sahabat nabi. Ada Ustman bin Affan, Siti Aisyah, Fatimah, Zainab dan lain-lain. Tidak ada  penanda di makamnya, meski itu makam pejuang, sahabat nabi, istri nabi, maupun anak nabi. Penandanya hanya batu-batu kosong. Tanpa tulisan, tanpa ukiran. Bener-bener polos. Makam orang-orang penting biasanya ada penjaga, dan diziarahi oleh banyak orang. Kita tanya aja, makam siapa ini? Setelah itu kirim Al Fatehah dan berdoa di depan makamnya. Di dekat pintu gerbang ada poster besar menunjukkan peta /petunjuk makam.  

Kembali ke Indonesia.

Setelah 40 hari di Mekah dan Madinah, saat pulang telah tiba. Kepulangan ini membuat kesibukan baru buat jamaah dan petugas haji. Kloter terakhir pulang dari bandara Madinah. Petugas mengingatkan hal-hal yang menjadi larangan untuk dibawa atau dimasukkan di dalam koper. Senjata tajam, dan air zam-zam dilarang dibawa. Koper besar maksimal beratnya 32 kg. Koper kabin, secukupnya. Karena gak ikut ditimbang. Jamaah yang ketahuan membawa air zam-zam akan disita. Peringatan ini sudah  berulang-ulang disampaikan petugas haji, bahkan saat kami masih di Mekah. Jamaah akan dibagikan air zam-zam di tanah air. Tiap orang dapat 1 galon air zam-zam isi 5 liter. Air zam-zam yang boleh ditenteng/dibawa hanya yang untuk diminum selama perjalanan.

Peringatan ini membuat jamaah haji gelisah. Setiap jamaah haji pasti ingin membawa air zam-zam lebih banyak. Oleh-oleh yang paling ditunggu orang di tanah air, pastilah air zam-zam. Air yang sangat mulia, berharga dan berkhasiat. Beberapa jamaah mencoba mengakali bagaimana caranya bawa air zam-zam tanpa harus ketahuan. Sebagian ada yang nekad, memasukkan zam-zam dalam botol plastic / Tupperware yang dibungkus plastic lagi, kemudian dibungkus lagi dengan lakban. Memastikan supaya jangan bocor di dalam koper.

Saya tetap bawa air zam-zam dalam botol kemasan, yang sering dibagikan di hotel. (Tiap hari kita dibagikan air zam-zam dalam kemasan botol ukuran 350ml, 3 botol per orang) Tidak semuanya saya minum, sebagian saya simpan, untuk nantinya saya bawa pulang.

Beberapa jamaah banyak yang patuh, untuk tidak bawa air zam-zam sama sekali. Mereka sudah pasrah dengan peraturan itu. Saya spekulasi aja. Tetap bawa. Kalo dilarang atau disita, berarti masih bukan rezeki. Akhirnya air zam-zam botol dalam kemasan saya masukkan di tas kabin. Ada 12 botol yang saya bawa di tas kabin. Sengaja di tas kabin, biar nanti kalo diperiksa dan petugas melarang, saya akan dengan mudah mengeluarkannya. Kalo di koper besar yang masuk begasi, akan repot untuk membongkarnya. Tapi saya sebenarnya juga memasukkan air zam-zam dalam botol Tupperware ukuran 1500 ml, di dalam koper besar.  

Ternyata setelah masuk bandara Madinah, diperiksa dan di X-ray, semua berjalan dengan baik-baik saja. Semua air zam-zam yang saya bawa lolos. Gak ada yang disita. Alhamdulillah. Ternyata, petugas bandara di Madinah, cuek-cuek aja kita bawa air zam-zam. Santai aja. Beda dengan petugas bandara dari Indonesia, mereka menakut-nakuti jamaah, yang nekat bawa zam-zam akan disita. Begitu berulang kali diperingatkan. Peringatannya keras. Membuat banyak jamaah ciut nyalinya. Saya menanggapinya dengan santai. Saya niatnya bawa air zam-zam memang untuk dibagi-bagi. Ke keluarga, sanak saudara maupun ke tetangga. Selama bawa koper ini jangan lupa baca sholawat terus. Biar diberi kemudahan dan kelancaran.  Akhirnya semuanya mendarat di tanah air dengan selamat. Baik jamaahnya maupun barang-barangnya. Semua lengkap. Sehat wal afiat.

Itulah sekelumit catatan pengalaman kami selama haji 2022. Semoga tulisan ini bisa membantu, buat calon jamaah haji, atau siapapun yang akan berhaji, sebagai gambaran proses haji dan keadaan disana. Tulisan ini juga sebagai pengingat untuk saya sendiri, tentang perjalanan spiritual ini. Alhamdulillah Yaa Allah Engkau telah perkenankan kami hadir di rumah Mu, semoga kami bisa kembali lagi mendatangi rumah Mu.  

Depok, Desember 2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun