Mohon tunggu...
Didin Zainudin
Didin Zainudin Mohon Tunggu... Freelancer - Didin manusia biasa yang maunya berkarya yang gak biasa.

mencoba memberi manfaat dan inspirasi bagi kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Horor

Kesurupan 4 Setan

1 November 2023   20:49 Diperbarui: 2 November 2023   10:31 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Horor. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Mystic Art Design

Kalo kamu sekarang pergi ke Situ gunung, ada tanjakan berbelok yang cukup tajam tanjakannya, menjelang sampai ke Situ gunung, sebelah kanan nya ada sebuah tempat kemping namanya Cinumpang. Jaman Situ Gunung masih susah dijangkau, karena aksesnya gak sebagus sekarang, juga gak sekeren sekarang, tempat yang paling banyak di kunjungi orang terutama mereka yang hobinya kemping, ya Cinumpang. Hari itu Jumat kebetulan hari libur nasional. Lupa hari apa, yang jelas kami semua memang gak ada jadwal kuliah.

Kami berenam hari itu jalan ke Sukabumi, dengan tujuan ke Cinumpang. Sebagai anak muda (pada jamannya) kami memang hobi jalan. Entah itu piknik bawa mobil sendiri atau naik omprengan. Jalan rame-rame memang menyenangkan. Hari itu kami berenam, 3 cowok dan 3 cewek naik mobil omprengan ke arah pasar Cisaat. Turun dari situ kami ganti angkot yang lebih kecil. Berenam dengan tas ransel masing-masing, rasanya sudah bikin sesak mobil angkot tersebut. Untung abang angkotnya baik, gak pake ngetem lagi, begitu kami naik angkot gak lama langsung jalan. Hari sudah mulai siang. Terus terang tadi memang berangkatnya agak kesiangan. Janjinya jam 5.30 harus sudah ngumpul, jam 06.00 satu per satu baru bisa ngumpul. Belum ini - ina - itu, nyiapin tenda, sleeping bag, dan tetek bengeknya, jadinya berangkat jam 7 lewat lah. Ah, begitulah kalo jalan berame-rame. Ada aja yang ngaret. Ada aja yang lelet, slow motion.  Yah nikmatin aja.

Tibalah kami di tempat kemping di Cinumpang. Tempatnya sangat asri banyak pohon-pohon pinus dan pohon-pohon yang lain. Karena ini memang hutan. Ada sungai yang membelah area perkemahan. Tempat kemping sudah penuh oleh tenda-tenda. Karena memang bukan kami doang yang mau kemping ternyata. Karena kami sampainya udah kesiangan, kami akhirnya kebagian tempat yang agak jauh dari tenda orang-orang. Agak terpisah dari area tenda orang-orang. Berdampingan dengan delta sungai (tikungan sungai). Dimas, gw dan Arya mendirikan tenda. 3 cewek-cewek membantu menyiapkan perangkat tendanya. Membantu seadanya dan sebisanya.

Belum selesai tenda kami berdiri, Dimas sudah melipir main gitar di pinggir kali. Gak lama suara Azan dhuhur dari masjid kampung yang kelihatannya jauh dari tempat kemping kami berkumandang. Bunyinya kadang sayup-sayup dan kadang jelas. Arya gak peduli dengan azan. Dia masih tetap asyik gitaran. Gak lama lewat seorang ibu paruh baya, dengan topi caping yang lebar. Dia sepertinya pemetik teh yang ada gak jauh dari sini. Ibu itu terlibat berbicara dengan Dimas. Entah apa yang diomongin. Gw ngelihatin sambil benerin tali tenda ke pasak. Ujung-ujung nya ternyata ibu itu minta uang ke Dimas. Bukannya ngasih berapa kek, eh malah dicuekin oleh Dimas. Dimas kembali main gitar. Mengetahui dirinya dicuekin, ibu bercaping tadi menggerutu, marah. Dimas hanya mendengar dia mengomel dalam bahasa Sunda, dengan nada yang keras. Ekspresi mukanya kelihatan, dia kesel sama kami semua. Ibu itu berjalan meninggalkan kami, sesekali menengok ke arah Dimas dan kami dengan muka kesal.

Tenda akhirnya berdiri. Tenda cowok dan cewek berdampingan. Di depannya ada kali yang air nya mengalir cukup lancar. Gemericik air yang tertahan, bukan oleh sampah, tapi oleh batu kali yang menyumbul menghalangi aliran air. Ditengah kami sedang merapikan bawaan kami ke dalam tenda, tiba-tiba Dilla ngomel-ngomel: "Eh, ini perasaan rokok baru gw buka, kok kayak udah berkurang 5 batang?  Sumpah gw baru isep satu? Siapa yang ambil yah?" tanya Dilla heran ke arah kami. Eh, jangan nuduh kami ya? Emang siapa yang doyan Super? Cuma lo doang kali." Arya meladeni omelan Dilla. "Dicomot setan kali?" jawab Dimas, ngasal. Keributan itu akhirnya berlalu begitu saja. 

Gak ada acara special hari itu. Kami menyiapkan makan siang. Bekal yang sudah kami siapkan dari rumah. Kita masak air buat minum kopi atau teh panas. Kami berenam memang sudah berteman sejak SMA. Gw termasuk kakak kelas mereka. Yang paling kecil diantara rombongan kami adalah Leni. Dia baru kelas 1 SMA. Dia mau ikut karena diajak kakaknya Dila, yang sudah kuliah. Kebetulan Dilla satu kampus dengan kami. Kami memang anak kuliahan baru. Baru semester 2. Kecuali gw yang sudah semester 7. Karena paling senior, jadinya gw dianggap sebagai yang dituakan dalam grup ini. Banyak hal yang mereka selalu minta pertimbangan gw.  

Malam sudah mulai merambat. Bintang-bintang di langit sudah mulai menampakkan diri satu persatu. Malam itu memang gak ada bulan. Jadi langit dengan taburan bintang lebih terlihat. Dimas memainkan gitar nya. Vina, Dila dan Leni ikut bernyanyi-nyanyi. Kadang antara suara petikan gitar dan vocal saling bersalipan, gak akur. Maklum bukan penyanyi professional. Leni hanya sesekali nyanyi. Sadar mungkin vokalnya sering gak pas. Untung kami semua suka bercanda. Jadi suasana cair-cair aja. Gak ada yang protes kalo suaranya fales. Ditengah seru-serunya nyanyi, Leni mau buang air kecil. Gw yang sedang menikmati rokok sambil duduk di depan tenda, menegur Leni yang akan melewati kami. "Mau kemana Le?" Panggilan akrab dia memang cuma Le. "Mau buang air kecil bang," jawab Leni sopan. "Eh, Jangan sendirian atuh. Biar diantar sama Arya aja. Ya, Arya..! Gw memanggil Arya setengah teriak. "Tolong, anter Leni nih. Dia mau buang air kecil." Arya bergegas berdiri. Dia tinggalkan gelas kopinya yang baru dia hirup.

"Giliran yang manis-manis aja, langsung gercep deh lo." Timpal gw melihat reaksi Arya.

Leni sempet menolak diantar. Tapi gw bilang, "gak papa Le, biar diantar Arya aja. Takut ada apa-apa".

"Memang ada apa bang?"

"Paling cuma kunti yang liat!" kata Leni sambil tertawa kecil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun