Mohon tunggu...
Dini Febianti
Dini Febianti Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis dengan membaca dan pengalaman akan saling melengkapi.

Saya hanyanlah manusia biasa...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Muliakan Ibu

22 Desember 2015   14:27 Diperbarui: 22 Desember 2015   14:27 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Aku tahu berat untuk menjadi sepertimu, bagaimana perjuanganmu selama ini. Tapi kau adalah makhluk terhebat, karena mampu membesarkan anakmu ini. Meski kadang nakal, tapi aku sayang padamu. Meski kadang manja, tapi aku tahu bahwa kau tidak akan marah besar. Kini aku beranjak dewasa dan kami berjalan seirama. Hanya saja, kau menjadi lebih dari yang kuiginkan. Kau menjadi apapun yang bisa menenangkan hatiku. Bahkan, kau menjadi segalanya di hidupku. Karena semua perjuanganmu adalah yang terbaik, untuk hidupmu, aku, dan kami.

Kita tahu bahwa perjuangan seorang ibu sangatlah besar untuk merawat dan mengurus diri kita ini. Tapi kita juga tahu sendiri bahwa tiada kata lelah dari untuk kita. Bahkan dalam situasi apapun, beliau selalu meluangkan waktunya untuk kita. Tapi terkadang karena kesibukan, kita malah meluangkan sedikit waktu. Padahal jika kita meluangkan waktu lebih banyak, akan lebih banyak juga cerita, pengalaman, dan ilmu yang kita serap. Kita sadari bahwa usianya memang jauh berbeda dari kita, sehingga beliau tahu lebih dahulu mengenai mitos, cerita, dan lain sebagainya. Yang tentu, cerita hidup beliau juga lebih banyak.

Harusnya kita sebagai anak bisa berterima kasih lebih banyak daripada yang saat ini kita lakukan. Seperti menjaga ibu. Karena sebagaimana HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548, yaitu

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.'”

Ini berarti bahwa kita harus bisa memuliakan ibu. Kita harus bisa menjaga sikap sendiri di hadapan ibu. Kita harus sadar bahwa berkat ibu lah sekarang kita bisa jadi seperti ini. Kita juga harus bisa menjaga perasaan ibu. Terlebih beliau sudah berjuang untuk kita selama sembilan bulan mengandung ditambah merawat kita semasa hidup. Memang kita tidak bisa membalas jasanya yang sangat besar. Tetapi kita harus bisa membahagaiakan dan membanggakannya. Sayangilah ibu, dan hidup kita akan menjadi indah.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun