Bagaimana bisa melihat perasaan negatif terluka? kita bisa melihatnya dari trauma, luka batin an lain sebagainya. Lalu bagaimana mengatasinya?
Bersikap Realistis, Jangan Jadi Drama King Atau Queen.Â
Realistislah memandang kehidupan. Bukahkah dualisme memang ada dalam kehidupan. Orang yang sekaya rafatar, nagita atau raffi ahmad sekalipun menghadapi tatangan kehidupannya sendiri dan mengalami pasang surut kehidupan. Jadi kita yang orang biasa apa mungkin tidak mengalaminya? Mustahil bukan.Â
Kenyataan dan imaji yang kita lihat di media sosial sangat bertolak belakang dan tujuan mereka memposting kehidupan yang selalu positif belum tentu sama dengan struggle yang mereka hadapi. Cara menghindari resiko toxic positivity dengan menulis diary, journaling, menggambar, atau melakukan apapun yang kalian suka sambil merasakan emosi negatif itu atau sambil berkata "iya nih aku lagi suka, sedih, marah, jengkel, atau lainnya." katakan dengan jelas apa emosi yang kita rasakan. Tujuannya agar emosi itu memiliki media penyaluran yang baik sekaligus memberi nama pada rasa yang dirasakan.Â
Kalau tidak bisa nulis atau jurnal? kita bisa cerita. Tapi ya kalau bercerita pastikan orang yang kita ajak cerita mampu merespon dengan baik dan tidak 'ember'. Jika kita yang menjadi orang toxic positivity, maka saat ada teman yang numpang curhat jangan buru-buru kasih saran. Hal terbaik adalah diam dan dengarkan keluhannya sampai habis. Menjadi pendengar yang baik bisa membuat kita belajar untuk berempati terhadap sesama.
Kalau mau aman dan sedikit mengeluarkan uang untuk curhat dan terhindar dari orang toxic, ya bisa pergi ke psikolog atau orang yang profesional di bidangnya. Tapi kalau mau yang gratisan ya melakukan self healing.
Emang bisa berpengaruh? Tapi kan tidak mudah? Ya kalau yang ini jawabannya pasti tidak mudah. Anak kecil yang baru belajar jalan harus jatuh bangun, anak sekolah yang mau pintar juga mesti belajar kan.Â
Jadi, setiap hal yang terjadi mau mudah atau tidak pasti melibatkan waktu dan proses. Cintailah proses dan waktu itu, dan kita baru bisa menyadari ternyata realita itu seperti apa.
Mari menjadi pribadi yang realistis dalam memandang kehidupan baik pahit atau manis. Be Real You!