Pagi tiba, gemericik sungai dan cuitan burung-burung menyapa kami. Biasanya, mendengarkan suara alam dan aliran sungai hanya melalui tayangan youtube sebagai relaksasi. Tetapi, kali ini benar-benar merasakan dan mendengarnya secara langsung.
Dengan sensasi yang berbeda, kami mandi seperti biasa yakni menggunakan sabun dan sampo. Namun, lain halnya dengan warga Baduy yang menggunakan perlengkapan mandi full alami.
Saat saya bertanya, mereka menjelaskan bahwa memanfaatkan honje dan lerak sebagai sabun, dan mereka menyebut lerak dengan sebutan 'lerek'. Sedangkan, untuk sikat gigi mereka menggunakan siwak. Semua bahan yang digunakan benar-benar alami dan sama sekali tidak membuat badan menjadi bau, meski aktivitas mereka terlihat cukup berat seperti naik-turun lembah.
Hari semakin cerah, rumah-rumah Suku Baduy terlihat jelas; benar-benar indah dan sederhana, yang full dilapisi anyaman bambu dengan pola berbeda-beda nan unik. Saat saya tidur di ruang tamu, beberapa perlengkapan berburu pun menghiasi dinding; seperti golok, beberapa macam gergaji, dan kayu-kayu.
Kami pun diberi kesempatan untuk datang ke balai dan berkeliling, bertegur sapa sekaligus wawancara dengan warga Suku. Diantara mereka ada yang sudah beraktivitas menumbuk padi, hingga menenun. Menjadi pemandangan asri yang tak pernah saya lihat sebelumnya.
Saat wawancara, saya pun mengajukan pertanyaan sederhana tentang kehidupan mereka, dari mulai mata pencaharian, makanan-minuman, perbedaan suku, hingga pakaian.
- Mata pencaharian warga Suku Baduy sendiri dominan dari berladang. Hasil bumi yang biasa mereka dapatkan dari berburu, diantaranya kancil, kijang, dan babi. Hingga mengisi kegiatan dengan menenun untuk perempuan.
- Mereka memakan hasil buruan, kecuali satu pantangan yang amat dilarang, yakni tidak diperbolehkan mengonsumsi kambing. Sedangkan, minuman yang biasa mereka nikmati yakni tuak khas dari aren.
Suku Baduy sendiri terbagi menjadi Dalam dan Luar, yang tentunya memiliki perbedaan, dari mulai adat sampai pakaian.
Baduy Dalam, amat kental sekali dengan adat-istiadat, di mana mereka 'tidak pernah melanggar' aturan. Dari sisi rumah pun berbeda, yakni sama sekali tidak menggunakan paku, alias full diikat.