Mohon tunggu...
dimas muhammad erlangga
dimas muhammad erlangga Mohon Tunggu... Aktivis GmnI

Baca Buku Dan Jalan Jalan Live In

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Diktator atau Visioner? Menelanjangi Kekeliruan Stalin Dan Trotsky

2 April 2025   05:12 Diperbarui: 2 April 2025   05:12 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://koransulindo.com/sosialisme-di-satu-negeri-atau-revolusi-permanen-bagian-1/

Leon Trotsky dan Joseph Stalin adalah dua tokoh sentral dalam sejarah Uni Soviet yang memiliki peran krusial dalam membentuk arah negara tersebut pasca-Revolusi Oktober 1917. Keduanya menawarkan visi yang berbeda mengenai jalur pembangunan sosialisme, yang kemudian memicu perdebatan panjang tentang efektivitas dan moralitas pendekatan mereka. Artikel ini akan mengupas kekeliruan dalam pemikiran dan tindakan keduanya, dengan merujuk pada literatur kiri yang relevan dan fakta-fakta terbaru yang tersedia.

Leon Trotsky: Revolusi Permanen dan Kegagalannya

Trotsky dikenal dengan teorinya tentang "revolusi permanen," yang menekankan bahwa revolusi sosialis harus berlanjut secara internasional tanpa berhenti pada batas nasional. Ia berargumen bahwa keberhasilan sosialisme di Uni Soviet bergantung pada ekspansi revolusi ke negara-negara lain, terutama di Eropa Barat. Menurut Trotsky, tanpa dukungan revolusi sosialisme di negara-negara maju, Uni Soviet akan tetap lemah dan rentan terhadap tekanan dari negara kapitalis.

Namun, pendekatan ini dikritik karena dianggap mengabaikan realitas politik dan ekonomi Uni Soviet yang masih rapuh pasca-revolusi. Uni Soviet pada saat itu tengah menghadapi perang saudara, embargo ekonomi dari Barat, dan ketidakstabilan internal. Menjalankan revolusi di luar negeri pada saat kondisi domestik masih berantakan dianggap sebagai tindakan yang terlalu ambisius dan tidak realistis. Bahkan dalam praktiknya, banyak negara yang tidak siap untuk menerima revolusi semacam itu, seperti yang terjadi dalam kegagalan Revolusi Jerman tahun 1918-1919.

Selain itu, Trotsky sering dituduh memiliki pendekatan yang terlalu teoretis dan kurang pragmatis. Kritik ini datang dari sesama kaum Marxis yang menganggap bahwa Trotsky lebih banyak berfokus pada doktrin dibandingkan dengan penerapan nyata sosialisme di dalam negeri. Obsesi Trotsky terhadap revolusi internasional membuatnya gagal merumuskan strategi pembangunan sosialisme yang sesuai dengan kondisi spesifik Uni Soviet. Hal ini mengakibatkan marginalisasi politiknya di dalam Partai Komunis dan akhirnya pengasingannya dari Uni Soviet pada tahun 1929.

Joseph Stalin: Sosialisme di Satu Negara dan Rezim Totaliter

Di sisi lain, Stalin mengusung konsep "sosialisme di satu negara," yang menekankan pembangunan sosialisme secara mandiri di Uni Soviet tanpa menunggu revolusi di negara lain. Pendekatan ini dianggap lebih realistis mengingat situasi internasional saat itu, di mana revolusi di negara lain mengalami kegagalan dan Uni Soviet harus bertahan sendiri dalam menghadapi tekanan dunia kapitalis.

Namun, implementasi kebijakan Stalin sering kali dikaitkan dengan metode represif dan otoriter. Stalin menerapkan kolektivisasi pertanian dan industrialisasi paksa yang menyebabkan penderitaan besar bagi rakyat Soviet. Kolektivisasi yang dipaksakan mengakibatkan kelaparan massal di Ukraina (Holodomor) yang menewaskan jutaan orang. Kebijakan-kebijakan ini mengakibatkan kelaparan massal dan penindasan terhadap petani serta kelompok-kelompok lain yang dianggap sebagai oposisi. Selain itu, era Stalin ditandai dengan "Pembersihan Besar-Besaran" (Great Purge) di mana banyak individu, termasuk anggota Partai Komunis sendiri, ditangkap, diadili, dan dieksekusi atas tuduhan yang sering kali tidak berdasar.

Meskipun kebijakan ekonomi Stalin berhasil menjadikan Uni Soviet sebagai kekuatan industri dan militer yang disegani, keberhasilan ini dicapai dengan harga yang sangat mahal. Kebebasan individu dan demokrasi dalam Partai Komunis dihancurkan, menciptakan sistem politik yang terpusat pada kultus individu. Stalin membangun sistem pemerintahan di mana perbedaan pendapat tidak ditoleransi, dan siapa pun yang dianggap sebagai ancaman akan segera disingkirkan.

Kritik dari Literatur Kiri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun