Dalam sistem demokrasi, partisipasi politik masyarakat tidak hanya terbatas pada mekanisme formal melalui lembaga-lembaga perwakilan seperti parlemen. Ada pula gerakan ekstra-parlementer yang berperan penting dalam menyuarakan aspirasi rakyat di luar jalur institusional. Namun, untuk mencapai keseimbangan yang sehat antara gerakan ekstra-parlementer dan intra-parlementer, diperlukan pemahaman mendalam tentang peran, tantangan, serta strategi kolaborasi antara keduanya.
Definisi dan Peran Gerakan Ekstra-Parlementer
Gerakan ekstra-parlementer merujuk pada aktivitas politik yang dilakukan di luar kerangka formal lembaga legislatif. Menurut Resnick (1973), gerakan ini diasosiasikan sebagai tindakan politik non-konvensional yang muncul di luar proses formal. Tujuannya adalah menjadi saluran alternatif dalam menyeimbangkan dominasi negara dan menyuarakan kepentingan masyarakat yang mungkin terabaikan oleh sistem parlementer. Contoh gerakan ini meliputi demonstrasi, aksi protes, kampanye sosial, dan berbagai bentuk advokasi lainnya.
Teori Gerakan Sosial
Untuk memahami dinamika gerakan ekstra-parlementer, penting untuk merujuk pada teori-teori gerakan sosial. Charles Tilly, seorang sosiolog terkemuka, berpendapat bahwa gerakan sosial adalah sesuatu yang terorganisir, berkelanjutan, dan memiliki identitas kolektif di antara para anggotanya. Tilly menekankan bahwa gerakan sosial muncul sebagai respons terhadap kondisi sosial yang menimbulkan keresahan, dan karakteristiknya lebih dipengaruhi oleh dinamika sosial daripada struktur formal organisasi.Â
Selain itu, Donatella Della Porta dan Mario Diani membagi organisasi gerakan sosial ke dalam dua kategori: gerakan sosial yang bekerja di ranah profesional dan organisasi gerakan sosial partisipatif. Gerakan profesional biasanya memiliki struktur formal dan manajemen teknis, seperti LSM, sementara gerakan partisipatif lebih cair tanpa struktur formal, seperti kelompok buruh atau tani.Â
Tantangan dalam Hubungan Ekstra-Parlementer dan Intra-Parlementer
Meskipun gerakan ekstra-parlementer memainkan peran penting dalam demokrasi, hubungan antara gerakan ini dan lembaga parlementer seringkali kompleks dan penuh tantangan. Salah satu isu utama adalah peran ganda yang dimainkan oleh beberapa aktor politik. Misalnya, relawan politik yang terlibat dalam kampanye pemilu mungkin memiliki peran sebagai pengawas (ekstra-parlementer) sekaligus sebagai bagian dari struktur formal partai politik (intra-parlementer). Peran ganda ini dapat menimbulkan konflik kepentingan dan mengaburkan batas antara advokasi independen dan kepentingan partai.Â
Selain itu, persepsi masyarakat terhadap parlemen dapat mempengaruhi efektivitas gerakan ekstra-parlementer. Studi oleh International IDEA menunjukkan bahwa kekecewaan masyarakat terhadap politik parlementer dapat mendorong munculnya gerakan ekstra-parlementer sebagai alternatif untuk menyuarakan aspirasi rakyat.Â
Strategi Mencapai Keseimbangan