Ijazah palsu bisa jadi muncul dalam masyarakat kita hari ini karena telah menjadi tiket utama menuju kehidupan yang dianggap layak.Â
Sehingga tak heran jika ijazah palsu jadi disakralkan layaknya jimat keberhasilan: tanpa ijazah, seseorang dianggap tidak terdidik, tidak layak kerja, bahkan tidak pantas didengar pendapatnya.Â
Tapi benarkah ijazah adalah jaminan kecerdasan, kejujuran, dan kompetensi?
Fenomena ijazah palsu kembali ramai dibicarakan. Beberapa tokoh bahkan diduga menggunakan ijazah yang tak valid untuk menduduki jabatan publik.Â
Namun, lebih dalam dari itu, masalahnya bukan hanya soal dokumen palsu tapi tentang bagaimana kita memaknai pendidikan dan simbol-simbol formalnya.
Dari Mana Asal Sekolah dan Ijazah?
Sejarah pendidikan formal dapat ditelusuri hingga ribuan tahun lalu. Di Mesir Kuno dan Tiongkok kuno, pendidikan sudah terorganisir, meski hanya diperuntukkan bagi kelas elit.Â
Namun konsep sekolah seperti yang kita kenal hari ini berasal dari peradaban Yunani dan Romawi. Menurut sejarawan pendidikan, sistematisasi kurikulum dan struktur kelas pertama kali dikembangkan oleh para filsuf seperti Plato dan Aristoteles.
Lalu, kapan ijazah pertama kali diperkenalkan?
Menurut laporan UNESCO dan tulisan Prof. Paul Monroe dalam A Textbook in the History of Education, bentuk awal dari ijazah ditemukan di Universitas al-Qarawiyyin (didirikan tahun 859 M di Fez, Maroko) dan Universitas al-Azhar di Kairo.Â
Di dunia Barat, sistem pemberian gelar akademik mulai dikenal di Universitas Bologna (1088 M) dan Universitas Paris (abad ke-12). Ijazah waktu itu adalah surat izin untuk mengajar atau menyampaikan ilmu bukan sekadar tanda pernah belajar.