Pernahkah terpikir sejak kapan manusia mulai tertawa karena sebuah pertunjukan?Â
Bukan sekadar guyonan iseng atau obrolan receh di tongkrongan, tapi tawa yang hadir dari sebuah struktur pertunjukan, cerita, atau karakter yang dibangun dengan rapi?
Pertanyaan ini membawa kita pada pembahasan menarik tentang perbedaan humor dan komedi, dua istilah yang sering dianggap sama padahal punya perbedaan mendasar.
Sejarah Komedi: Tertawa Sejak Zaman Kuno
Komedi sebagai bentuk pertunjukan sudah dikenal sejak zaman Yunani Kuno, sekitar abad ke-5 SM. Seorang dramawan bernama Aristophanes adalah tokoh penting dalam sejarah ini.Â
Ia menulis naskah-naskah seperti The Clouds dan Lysistrata, yang tidak hanya menghibur tapi juga menyindir penguasa, filsuf, dan struktur sosial di zamannya.
Dalam The Cambridge Companion to Greek Comedy, dijelaskan bahwa komedi pada masa itu tidak hanya dianggap sebagai hiburan, melainkan sebagai alat ekspresi politik dan sosial.Â
Komedi digunakan untuk menyampaikan kritik yang tajam namun aman, karena dibungkus dalam bentuk cerita lucu.
Menurut Encyclopedia Britannica, teater klasik Yunani membagi drama menjadi dua bentuk utama: tragedi dan komedi.Â
Tragedi membahas penderitaan manusia secara serius, sedangkan komedi menggunakan pendekatan sebaliknya, mengangkat kekonyolan dan ironi kehidupan manusia, sering kali dengan tujuan menyindir atau menghibur.
Apa Itu Humor?
Sementara komedi adalah struktur, humor lebih bersifat spontan. Humor bisa muncul dari ekspresi wajah, permainan kata, situasi absurd, atau bahkan dari kesalahan kecil yang tidak disengaja.Â
Humor tidak memerlukan struktur naratif. Satu kalimat bisa cukup untuk membuat orang tertawa.