Dalam riwayat lain yang dinukil oleh Imam Bukhari dalam Shahih-nya, Rasulullah pernah mengusir seorang mukhannats dari rumah, tapi tidak mencelanya secara kejam, melainkan menegur dengan penuh hikmah.
Ini menunjukkan bahwa pendekatan yang digunakan adalah kombinasi antara perlindungan masyarakat dan perlakuan manusiawi terhadap pelaku.
Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, terdapat pula riwayat bahwa beliau memerintahkan orang-orang yang dicurigai melakukan homoseksual untuk diasingkan, bukan dipersekusi. Hal ini dikutip dari Ahkam al-Qur’an karya Ibn al-‘Arabi.
Mengapa Merayakan LGBTQ itu Keliru
Mengampanyekan LGBTQ sebagai identitas yang patut dirayakan dan dipromosikan bukanlah bentuk kemajuan, melainkan bentuk kekeliruan baru. Ini sama saja dengan mengabadikan sebuah penyimpangan sebagai kebenaran baru.
Lebih dari itu, mendorong generasi muda untuk menerima segala bentuk "orientasi" tanpa bimbingan nilai justru membingungkan fitrah mereka sendiri.
Toleransi bukan berarti harus menyetujui semua gaya hidup. Dalam Islam, toleransi berarti menjaga adab dalam perbedaan, namun tetap teguh dalam prinsip.
Kembali kepada Fitrah, Kembali kepada Harapan
Apakah seseorang yang memiliki kecenderungan LGBTQ bisa berubah?
Jawabannya adalah: bisa, dengan izin Allah dan upaya sungguh-sungguh. Tidak semua orang mampu sepenuhnya menghapus rasa itu, tapi Islam tidak mewajibkan rasa, melainkan pengendalian diri dan pilihan amal.
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya.”
(QS Al-Baqarah: 286)