Mohon tunggu...
Dimas Jayadinekat
Dimas Jayadinekat Mohon Tunggu... Author, BNSP Certified Screenwriter, Public Speaker, Enterpreneur Coach

Penulis buku Motivasi Rahasia NEKAT (2012), Penulis Skenario lepas di TVRI dan beberapa rumah produksi (2013-kini), Penulis Rubrik Ketoprak Politik di Tabloid OPOSISI dan Harian TERBIT (2011-2013), Content Creator di Bondowoso Network, Pembicara publik untuk kajian materi Film, Skenario, Motivasi, Kewirausahaan, founder Newbie Film Centre

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pola Repetitif dalam Al-Qur'an dan Pengaruhnya terhadap Otak: Kajian Neurosains dan Agama

27 Maret 2025   16:59 Diperbarui: 27 Maret 2025   16:59 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pola Repetitif dalam Al-Qur'an dan Pengaruhnya terhadap Otak: Kajian Neurosains dan Agama, Photo by Anna Shvets:pexels.com

Pola repetitif dalam Al-Qur'an memiliki makna mendalam, baik secara spiritual maupun dalam kaitannya dengan fungsi otak manusia. 

Berulangnya perintah, larangan, atau nasihat dalam Al-Qur'an bukan sekadar gaya bahasa, tetapi juga memiliki efek langsung terhadap pembentukan memori dan pemahaman manusia. 

Kajian neurosains menunjukkan bahwa pengulangan memiliki peran krusial dalam pembelajaran, pembentukan kebiasaan, dan bahkan dalam muscle memory.

Pengulangan dalam Al-Qur'an: Mengapa Ditekankan?

Dalam kajian tafsir, pengulangan ayat dalam Al-Qur'an berfungsi sebagai penegasan makna dan penguatan pesan bagi pembaca atau pendengar. 

Salah satu contoh paling terkenal adalah Surah Ar-Rahman, di mana ayat yang artinya "Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?" diulang hingga 31 kali. 

Dalam tafsir Ruh al-Ma'ani, disebutkan bahwa pengulangan ini bertujuan untuk menanamkan kesadaran yang mendalam dalam diri manusia agar tidak melupakan nikmat-nikmat Allah.

Selain itu, dalam banyak ayat lain, perintah seperti mendirikan salat, bersabar, dan bertakwa juga diulang berkali-kali. 

Ini menunjukkan bahwa manusia cenderung lupa atau lalai terhadap hal-hal penting dalam kehidupannya, sehingga membutuhkan pengingat berulang agar tetap berada di jalur yang benar.

Neurosains: Peran Pengulangan dalam Otak

Dari perspektif neurosains, pengulangan berperan penting dalam membentuk koneksi antar neuron di otak. 

Dilansir dari Journal of Neuroscience, pengulangan suatu informasi dapat memperkuat jalur sinaptik dalam otak, sehingga meningkatkan retensi memori jangka panjang. 

Semakin sering seseorang mengulang suatu informasi, semakin kuat pula hubungan antar sel sarafnya, yang membuat ingatan tersebut lebih sulit dilupakan.

Studi lain yang dikutip dari Frontiers in Psychology menyebutkan bahwa pengulangan berulang kali dapat menciptakan kebiasaan otomatis dalam otak. 

Hal ini juga yang menjadi dasar dari metode pembelajaran efektif, seperti dalam spaced repetition (pengulangan berkala) yang digunakan dalam pendidikan modern. 

Dengan demikian, pengulangan dalam Al-Qur'an tidak hanya berdampak pada pemahaman spiritual tetapi juga memiliki basis ilmiah dalam memperkuat ingatan manusia.

Efek Pembacaan Berulang Terhadap Gelombang Otak

Membaca atau mendengarkan ayat Al-Qur'an secara berulang juga memiliki dampak positif terhadap aktivitas otak. 

Sebuah penelitian yang dikutip dari International Journal of Psychophysiology menemukan bahwa membaca Al-Qur'an dapat meningkatkan gelombang alfa di otak. 

Gelombang alfa ini berperan dalam meningkatkan konsentrasi, mengurangi stres, dan menciptakan perasaan tenang.

Studi lain yang dilakukan oleh Kamal (2013) menunjukkan bahwa pengulangan dalam membaca Al-Qur'an membantu menstimulasi korteks prefrontal, bagian otak yang bertanggung jawab atas pengambilan keputusan dan pengendalian diri. 

Hal ini menjelaskan mengapa banyak orang yang secara rutin membaca Al-Qur'an merasa lebih tenang dan fokus dalam kehidupan sehari-hari.

Muscle Memory: Peran Pengulangan dalam Gerakan Fisik

Selain memengaruhi ingatan kognitif, pengulangan juga berperan dalam muscle memory atau memori otot. 

Dalam neurosains, muscle memory adalah kemampuan tubuh untuk mengingat gerakan tertentu setelah dilakukan secara berulang-ulang. 

Dilansir dari Neuroscience & Biobehavioral Reviews, pengulangan gerakan memungkinkan otot dan sistem saraf untuk beradaptasi, sehingga seseorang bisa melakukan aktivitas tanpa berpikir secara sadar.

Dalam konteks ibadah, pengulangan gerakan dalam salat, wudu, atau menghafal Al-Qur'an adalah contoh bagaimana muscle memory bekerja dalam kehidupan sehari-hari. 

Seiring waktu, tubuh menjadi terbiasa dan bisa melakukan gerakan tersebut secara otomatis. Itulah mengapa seseorang yang sudah terbiasa menjalankan ibadah salat akan merasakannya sebagai kebutuhan, bukan sekadar kewajiban.

Pola repetitif dalam Al-Qur'an bukanlah tanpa alasan. Dari sudut pandang agama, pengulangan bertujuan untuk menegaskan pesan dan memperkuat keyakinan manusia. 

Dari sisi neurosains, pengulangan membantu membentuk memori jangka panjang, meningkatkan fungsi otak, serta memperkuat muscle memory dalam aktivitas fisik. 

Dengan memahami keduanya, kita dapat lebih menghargai hikmah di balik struktur ayat-ayat dalam Al-Qur'an yang membentuk pola repetitif serta menerapkannya di kehidupan sehari-hari untuk meningkatkan pemahaman, fokus, dan ketenangan batin.***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun