Belajar public speaking tak pernah masuk dalam pikiran saya ketika remaja, sampai pada suatu ketika saya merasa harus memiliki kemampuan tersebut.
Mungkin, pemicu awalnya saya merasa perlu mendalami public speaking adalah ketika di SMA mengikuti Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS) bergiliran menjadi moderator dan saat itu gagal total.
Acara diskusi yang saya pimpin malah jadi ajang debat kusir antara teman-teman, saat itu saya hanya terpana tanpa bisa menghentikannya sampai kakak pembina kami yang menyetopnya.
Sebenarnya banyak lagi, karena memang masa itu, saya hanyalah seorang remaja introvert yang tak bisa berbicara di depan umum, bahkan hanya untuk sekadar menyapa orang yang belum dikenal saja sudah grogi.
Hingga singkat cerita, ada sebuah kesempatan untuk belajar secara resmi secara "gratisan" karena seorang teman yang berprofesi sebagai motivator mengizinkan saya untuk ikut belajar di sekolah public speaking miliknya.
Dan kemudian, meski saya tak mengambil sertifikatnya, ilmu yang sdah saya pelajari itupun berkembang dengan kemampuan otodidak.
Saya setelahnya hanya menggunakan ilmu "Nekat" yang kemudian menjadi personal branding sejak menelurkan karya sebuah buku motivasi berjudul RAHASIA NEKAT.
Terakhir, segala yang saya pelajari dan kembangkan itu berguna untuk seorang teman saat dirinya hendak mencalonkan diri menjadi Keta RW di wilayahnya.
Perbincangan kami cukup lama, mulai dari siang sampai malam, ia berkonsultasi agar percaya diri berbicara menyampaikan visi dan misinya sebagai calon Ketua RW.
Alhamdulillah, ternyata ia terpilih dan ketika menceritakan pengalamannya dengan jujur dikatakannya bahwa apa yang telah saya berikan sangat bermanfaat dan efektif.
Itu hanya sekelumit hal dari manfaat kita mempelajari teknik berbicara di depan umum, karena untuk saya sendiri, kemampuan yang terus terasah ini semakin membuat saya "eksis".