Mohon tunggu...
Cerpen Pilihan

Cermin: Cinta Putihku di Pasuk Kameluh

6 Februari 2019   17:52 Diperbarui: 6 Februari 2019   21:02 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : aprilmuly.blogspot.com

Sumber Gambar : aprilmuly.blogspot.com
Sumber Gambar : aprilmuly.blogspot.com
Semua tentangmu lelaki yang telah menggembok relung hatiku dan membawa anak kuncinya pergi.  Dan rindu ini  yang selalu membawa ku kembali ke sini.

" Ini untukmu setangkai mawar putih sebagai tanda cintaku "

" Kenapa harus mawar putih ? Bukankah cinta selalu di lambangkan dengan mawar merah ?"

Kau tersenyum, manis sekali.                        

" Karna cintaku suci- murni itu sebabnya aku memberimu mawar putih dan setiap senja kita akan bertemu di sini "

Semua itu masih terekam jelas di benakku. Kala itu senja, kita menikmati sunset di pinggir sungai Kahayan, di bawah Jembatan Kahayan yang menjadi icon kota Palangkaraya.  Itu adalah senja terindah sekaligus senja terakhir. Karena setelahnya kau pun menghilang tanpa jejak. 

Kau tahu ? Setangkai Mawar putih pemberianmu masih ku simpan , meski warnanya sudah tak putih lagi.
 Ya, ia sudah layu, berwarna  coklat kehitaman tapi aku tetap menjaga dan menyimpannya dengan hati-hati seperti aku menjaga hati dan menyimpan cinta ini  untukmu.

Mereka bilang aku bodoh.
Kau tahu ? Aku tak peduli apa kata mereka. Walau seberapa sering mereka mengatakannya, aku tak kan mendengarkannya. Karena aku sudah menulikan  kedua telingaku dengan menutupnya rapat-rapat . Aku tetap percaya pada cinta putihmu-cinta sucimu dan akan selalu menunggumu kala senja di tempat ini.

Senja kali ini, entah sudah keberapa-ratus senja aku kembali berdiri di sini dengan menggenggam erat setangkai mawar putih pemberianmu yang warnanya sudah tak putih lagi.  Meski begitu duri-durinya masih mampu menusuk telapak tanganku. Terasa perih tapi juga hangat ketika darah mulai mengalir dan aku akan selalu menggenggamnya setiap kali cinta bergejolak dan rindu  menggebu untukmu, cinta putihku-cinta suciku.

Kau tau ? Tempat ini sudah tidak seperti dulu lagi, jauh lebih bagus tetata. Siring-siring di bangun di pinggir sungai lengkap dengan bangku-bangku. Di sini juga di bangun taman, Taman Pasuk Kameluh namanya. Sangat indah, apalagi di saat senja seperti ini.

Ah, andai kau hadir di sini lagi, kita akan duduk di bangku itu melihat senja sambil ber-selfi ria  dan bercanda ria seperti para remaja itu lalu meng-uploadnya di social media seperti yang sering kita lakukan dulu. Ah, masa yang benar-benar indah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun