Mohon tunggu...
Dian Aditya Ning Lestari
Dian Aditya Ning Lestari Mohon Tunggu... Lainnya - Business Development Lead at Ruangguru

Business Developlent Lead di salah satu startup pendidikan terabit di Asia Tenggara, Diku menulis soal politik di Makassar, kekerasan terhadap perempuan, dan isu pemuda. Diku merupakan pemuda dengan pemikiran kritis dan harapan bagi Sulawesi Selatan. Diku percaya pada membrana pemikiran dan cara-cara baru dalam menyelesaikan isu-isu sosial dan politik. Diku merupakan Lulusan S1 Hubungan Internasonal Universitas Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Makassar Pilihan

Meniadakan Kata "Kasar" dari "Makassar"

1 Agustus 2022   18:32 Diperbarui: 1 Agustus 2022   18:38 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makassar. Sumber ilustrasi: SHUTTERSTOCK via KOMPAS.com/Andreawan Tarigan

Masih teringat saat terjadi pemboman gereja di Makassar pada 28 Maret 2021. Perdamaian yang terjadi di Makassar goncang dalam seharian, dimana pelaku sendiri menjadi korban paling utama. 

Berbagai organisasi di Makassar berkumpul untuk menyelesaikan isu ini. 

Saya berada dalam perkumpulan organisasi penggiat perdamaian yang sangat peduli pada isu ini. Makassar dikenal dengan kata "kasar," stigma yang melekat, baik pada pergerakan dan pemudanya.

Dalam konteks yang lebih kekinian, kita mendengar kasus lagi, mahasiswa di salah satu universitas meninggal karena pengkaderan. 

Selain itu, isu kekerasan seksual memuncak juga, lagi, dari salah satu universitas ternama di kota ini. 2021 dan 2022 menjadi tantangan bagi kota ini. Mengapa isu kekerasan ada dimana-mana?

Tidak perlu berdebat pada isu pemboman gereja dan kematian pada ospek, kekerasan seksual pun memiliki kekasaran mental yang menjadi traumatik bagi korban. 

Makassar, yang terkenal sangat sopan pada perempuan dan seringkali perempuan diibaratkan sebagai "pecah beling" yang harus dijaga, inikah riwayatmu kini? 

Berbagai organisasi perempuan mengawal kasus ini. Setelah berbagai pertimbangan, pelaku kekerasan seksual diberhentikan, namun hanya dalam kurun waktu tertentu. Inikah hukuman yang kita inginkan? Nampaknya, banyak sekali "kekasaran" yang terjadi di Makassar. 

Begitu pula dengan maraknya isu begal di kota ini. Mengapa? Terdapat kekerasan di berbagai aspek. Kekerasan struktural terhadap minoritas, terhadap mahasiswa, terhadap perempuan. Apa benar Makassar adalah Kota yang "Kasar?"

Tentunya tidak, dan kita perlu mendekonstruksi kata "Kasar" dari kota ini. 

Kita memerlukan kiat-kiat baru, untuk meniadakan "kekasaran" yang ada ini, baik dengan memberikan ruang bagi diskusi serta dialog, serta memberikan alternatif baru pada "kekasaran" ini agar menjadi "kelembutan." Mendukung penuh perdamaian dan keadilan agar bisa tercipta, demi Indonesia yang tentunya bisa menjadi tempat untuk semua perbedaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Makassar Selengkapnya
Lihat Makassar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun