Mohon tunggu...
Dikdik Sadikin
Dikdik Sadikin Mohon Tunggu... Akuntan yang Penulis

Dikdik Sadikin. Kelahiran Jakarta, berdomisili di Bogor, memiliki karir di birokrasi selama sekitar 38 tahun. Menulis menjadi salah satu hobby mengisi waktu luang, selain menggambar karikatur. Sejak SMP (1977), Dikdik sudah menulis dan dimuat pertama di majalah Kawanku. Beberapa cerpen fiksi dan tulisan opininya pernah dimuat di beberapa antologi cerpen, juga di media massa, antara lain tabloid Kontan dan Kompas. Dikdik Sadikin juga pernah menjadi pemimpin redaksi dan pemimpin umum pada majalah Warta Pengawasan pada periode 1999 s.d. 2002. Sebagai penulis, Dikdik juga tergabung sebagai anggota Satupena DKI. Latar belakang pendidikan suami dari Leika Mutiara Jamilah ini adalah Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (lulus 1994) dan Magister Administrasi Publik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (lulus 2006).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menyulam Chekov dalam Bahasa Melayu

27 Juli 2025   15:30 Diperbarui: 27 Juli 2025   20:20 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pogadaev bersama tokoh dan pejabat sastra melayu di Malaysia. (Sumber: www.pereplet.ru/news)

Menyulam Chekhov dalam Bahasa Melayu 

Oleh Dikdik Sadikin

"Bahasa adalah rumah dari keberadaan." Begitu kata Martin Heidegger, filsuf Jerman yang meyakini bahwa manusia merumahkan pikirannya dalam kata-kata. Maka, ketika sebuah bahasa berpindah ke bahasa lain, bukan hanya suara yang dialihbahasakan, tapi seluruh lanskap kebudayaan, sejarah, bahkan rasa malu dan cinta yang menyertainya.

Pada 25 Juli 2025, di sebuah ruang di Russian House, Kuala Lumpur, berlangsung sebuah peristiwa kecil namun sarat gema: peluncuran terjemahan 13 cerita pendek Anton Pavlovich Chekhov ke dalam bahasa Melayu. Buku itu diberi judul "Dama s sobachkoy" - "Perempuan dengan Anjing Kecilnya" Tapi yang lebih penting dari judul itu adalah nama yang menghidupkan ulang karya Chekhov ke dalam nadi Melayu: Viktor Aleksandrovich Pogadaev.

Pogadaev bukan sekadar penerjemah. Ia adalah perantau makna, penulis lintas semesta, dan dalam konteks ini, penenun antara dua dunia: Rusia dan Melayu. Ia tak hanya membawa kata-kata Chekhov ke hadapan pembaca Malaysia, tetapi juga memperkenalkan seluruh lanskap psikologis masyarakat Rusia akhir abad ke-19 - dunia yang sunyi, getir, dan lembut sekaligus penuh ironi.

"Menerjemahkan adalah menyeberangi sungai," tulis Octavio Paz (1987). Tapi yang dilintasi Pogadaev bukan hanya sungai kata, melainkan jurang sejarah, adat, dan rasa. Di satu sisi tebing berdiri Chekhov dengan bahasa Rusia yang ekonomis, ambigu, dan kerap tak menghakimi. Di sisi tebing lain ada bahasa Melayu, yang lembut tapi terbuka, yang penuh kias tapi juga to the point.

Dan di antaranya: keheningan.

Karena Chekhov adalah sastrawan yang senyap. Ia tak pernah berteriak. Ia menulis seperti orang menyulam hujan. Dalam "Perempuan dengan Anjing Kecilnya", cinta adalah semacam kealpaan yang muncul dari kegagapan dua manusia. Tak ada klimaks. Tak ada resolusi. Yang ada hanya percakapan-percakapan kecil, jeda yang panjang, dan pandangan mata yang tak selesai.

Bagaimana menerjemahkan itu?

***

Viktor Pogadaev bukan penerjemah dalam pengertian teknis. Ia adalah pelintas batas. Dan di Asia Tenggara, keberadaannya adalah anomali yang indah. Seorang Rusia yang mencintai Melayu. Yang membawa Tolstoy ke Tanah Melayu. Yang memperkenalkan Lermontov dan Gogol kepada mereka yang belum pernah mencicipi dinginnya Volga, tetapi tahu hangatnya teh tarik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun