Menyulam Chekhov dalam Bahasa MelayuÂ
Oleh Dikdik Sadikin
"Bahasa adalah rumah dari keberadaan." Begitu kata Martin Heidegger, filsuf Jerman yang meyakini bahwa manusia merumahkan pikirannya dalam kata-kata. Maka, ketika sebuah bahasa berpindah ke bahasa lain, bukan hanya suara yang dialihbahasakan, tapi seluruh lanskap kebudayaan, sejarah, bahkan rasa malu dan cinta yang menyertainya.
Pada 25 Juli 2025, di sebuah ruang di Russian House, Kuala Lumpur, berlangsung sebuah peristiwa kecil namun sarat gema: peluncuran terjemahan 13 cerita pendek Anton Pavlovich Chekhov ke dalam bahasa Melayu. Buku itu diberi judul "Dama s sobachkoy" - "Perempuan dengan Anjing Kecilnya" Tapi yang lebih penting dari judul itu adalah nama yang menghidupkan ulang karya Chekhov ke dalam nadi Melayu: Viktor Aleksandrovich Pogadaev.
Pogadaev bukan sekadar penerjemah. Ia adalah perantau makna, penulis lintas semesta, dan dalam konteks ini, penenun antara dua dunia: Rusia dan Melayu. Ia tak hanya membawa kata-kata Chekhov ke hadapan pembaca Malaysia, tetapi juga memperkenalkan seluruh lanskap psikologis masyarakat Rusia akhir abad ke-19 - dunia yang sunyi, getir, dan lembut sekaligus penuh ironi.
"Menerjemahkan adalah menyeberangi sungai," tulis Octavio Paz (1987). Tapi yang dilintasi Pogadaev bukan hanya sungai kata, melainkan jurang sejarah, adat, dan rasa. Di satu sisi tebing berdiri Chekhov dengan bahasa Rusia yang ekonomis, ambigu, dan kerap tak menghakimi. Di sisi tebing lain ada bahasa Melayu, yang lembut tapi terbuka, yang penuh kias tapi juga to the point.
Dan di antaranya: keheningan.
Karena Chekhov adalah sastrawan yang senyap. Ia tak pernah berteriak. Ia menulis seperti orang menyulam hujan. Dalam "Perempuan dengan Anjing Kecilnya", cinta adalah semacam kealpaan yang muncul dari kegagapan dua manusia. Tak ada klimaks. Tak ada resolusi. Yang ada hanya percakapan-percakapan kecil, jeda yang panjang, dan pandangan mata yang tak selesai.
Bagaimana menerjemahkan itu?
***
Viktor Pogadaev bukan penerjemah dalam pengertian teknis. Ia adalah pelintas batas. Dan di Asia Tenggara, keberadaannya adalah anomali yang indah. Seorang Rusia yang mencintai Melayu. Yang membawa Tolstoy ke Tanah Melayu. Yang memperkenalkan Lermontov dan Gogol kepada mereka yang belum pernah mencicipi dinginnya Volga, tetapi tahu hangatnya teh tarik.