Ibadah tidak hanya vertikal, dalam keheningan di atas sajadah dan gema takbir. Tapi juga horisontal, dalam hubungan kita dengan sesama.
Rasulullah SAW bersabda:
"Tidak halal bagi seorang Muslim untuk menjauhi saudaranya lebih dari tiga hari. Siapa yang paling dahulu memberi salam, dialah yang lebih baik di sisi Allah."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Maka jika ketupat gagal menjembatani jarak itu, mungkin yang perlu dipotong bukan hanya beras dalam anyaman janur, tapi ego kita yang telah lama mengeras.
Lebaran bukan panggung drama keluarga. Ia adalah kesempatan kedua, mungkin ketiga, keempat, dan seterusnya, yang Tuhan berikan agar kita belajar menjadi dewasa dalam beriman. Bukan hanya taat di masjid, tapi juga sanggup menekan amarah di ruang tamu. Iman tak hanya ditunjukkan kepada Tuhan, tetapi juga harus ditunjukkan kepada manusia lain, apalagi saudara.
Dan jika tahun ini Anda masih merasa sakit hati meski sudah salaman dan makan opor bersama, barangkali inilah saatnya belajar benar-benar memaafkan. Bukan hanya mengucapkan.
Karena Tuhan tidak pernah menilai seberapa lembut ucapan maaf kita di hari Lebaran, tapi seberapa bersih hati kita sesudahnya.
Dan seperti ketupat yang anyamannya dirajut dengan sabar, lalu direbus dengan waktu, barangkali begitulah rekonsiliasi seharusnya dibuat: pelan-pelan, sampai matang. Bukan dipaksakan menjadi sekadar basa-basi, lalu dingin dan ditinggalkan begitu saja.
Bogor, 8 April 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI