Mohon tunggu...
Dikdik Sadikin
Dikdik Sadikin Mohon Tunggu... Akuntan yang Penulis

Dikdik Sadikin. Kelahiran Jakarta, berdomisili di Bogor, memiliki karir di birokrasi selama sekitar 38 tahun. Menulis menjadi salah satu hobby mengisi waktu luang, selain menggambar karikatur. Sejak SMP (1977), Dikdik sudah menulis dan dimuat pertama di majalah Kawanku. Beberapa cerpen fiksi dan tulisan opininya pernah dimuat di beberapa antologi cerpen, juga di media massa, antara lain tabloid Kontan dan Kompas. Dikdik Sadikin juga pernah menjadi pemimpin redaksi dan pemimpin umum pada majalah Warta Pengawasan pada periode 1999 s.d. 2002. Sebagai penulis, Dikdik juga tergabung sebagai anggota Satupena DKI. Latar belakang pendidikan suami dari Leika Mutiara Jamilah ini adalah Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (lulus 1994) dan Magister Administrasi Publik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (lulus 2006).

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Lailatul Qadar: Malam yang Dirahasiakan Tuhan

26 Maret 2025   05:38 Diperbarui: 26 Maret 2025   07:17 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Ilustrasi: DALL-E)

Lailatul Qadar: Malam yang Dirahasiakan Tuhan


Oleh Dikdik Sadikin

MALAM itu tidak datang dengan dentang lonceng atau kerlip lampu kota. Ia menyusup pelan seperti desir angin yang menggugurkan dosa dari ranting jiwa. Dalam sunyi ganjil sepuluh terakhir Ramadhan, ada malam yang disembunyikan, seperti cinta yang tak sempat disebut. Malaikat turun memberikani salam. Dan langit, untuk satu malam itu, tak lagi menyimpan jarak.

"Lailatul Qadar khairun min alfi syahr."

Satu malam lebih baik daripada seribu bulan.

(QS. Al-Qadr: 3)

Apa yang bisa dijanjikan oleh malam, melebihi seribu bulan? Para pemikir akan berkata: ini bukan sekadar jumlah, ini adalah loncatan makna.

Seribu bulan adalah delapan puluh tiga tahun, usia seumur hidup. Tetapi malam itu adalah perpanjangan waktu di luar sejarah, di luar arloji, ketika Tuhan menghapus batas antara fana dan kekal. Seperti ditulis Jalaluddin Rumi, "Malam-malam seperti ini, bumi menggeliat dan bintang-bintang mendekat."

Di sinilah metafora menemukan rumahnya. Lailatul Qadar adalah taman cahaya di padang kegelapan. Seperti bintang yang meledak dalam sunyi dan menyinari galaksi. Atau seperti sebutir doa yang dilempar dari bumi dan menjelma pelangi di langit tak bersuara. Ibn Abbas menyebut malam ini sebagai "malam ketika seluruh langit merunduk, mendengar bisikan hamba."

Hadis Nabi SAW menyatakan: "Carilah Lailatul Qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir Ramadhan."

(HR. Bukhari dan Muslim)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun