Mohon tunggu...
Diffa Aulia Rahmaningtyas
Diffa Aulia Rahmaningtyas Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa S-1 Ilmu Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Optimalisasi Rumput Laut Sebagai Energi Terbarukan untuk Sekuritas Energi Nasional

1 Desember 2023   22:04 Diperbarui: 3 Desember 2023   11:25 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber gambar: Pinterest

Permintaan energi nasional setiap tahunnya mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya kebutuhan masyarakat. Disisi lain, persediaan energi terutama yang berasal dari bahan bakar fosil (BBM, gas alam, dan batubara) semakin menipis, serta penggunaannya menimbulkan pencemaran. Akibat dari permasalahan tersebut, pemerintah semakin gencar mencari solusi dengan mengembangkan pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan (EBT). EBT bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada energi konvensional yang semakin berkurang ketersediaannya di alam. 

Sumber energi yang paling diperlukan masyarakat masa kini bersumber fosil yang menghasilkan bahan bakar minyak (BBM). Bahan Bakar Minyak (BBM) dapat diterapkan dalam beragam sektor, mencakup transportasi, industri, dan rumah tangga. Keanekaragaman penggunaan ini memberikan tingkat fleksibilitas yang sulit digantikan oleh sumber energi lain dalam kapasitas yang serupa. Akan tetapi kenyataannya, persediaan fosil sebagai sumber penghasil BBM semakin menipis dan suatu saat bisa habis.

Pada beberapa dekade terakhir, penggunaan BBM semakin pesat. Kesenjangan kemampuan produksi dan pemakaian minyak mentah dan BBM dalam negeri menyebabkan ketergantungan terhadap pasokan impor. Padahal, ketergantungan hal krusial dalam negeri dengan negara lain menyebabkan rentannya ketahanan energi nasional. Hal ini ditambah keterbatasan infrastruktur kilang minyak yang beroperasi dalam negeri. Sebab itulah, pemerintah berusaha mencari penggantinya, salah satunya dengan memanfaatkan rumput laut.

Potensi pengembangan dan pemanfaatan rumput laut sebagai energi terbarukan sangat besar mengingat wilayah Indonesia sebagian besar adalah perairan. Rumput laut bukan hanya menjadi pilihan yang cerdas tetapi juga menjadi pilar krusial dalam strategi untuk meningkatkan sekuritas energi nasional. Tumbuhan rumput laut dapat menggantikan bahan bakar minyak yaitu dengan dijadikan bioetanol. Bioetanol adalah hasil fermentasi tanaman yang mempunyai gula, pati atau selulosa yang tinggi sehingga dapat menghasilkan etanol murni.

Potensi pengembangan bioetanol rumput laut lebih tinggi dibandingkan dengan bioetanol berbasis tebu. Menurut data survei, ada sekitar 750.000 hektar lahan di luar Jawa yang ideal untuk menanam tebu. Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan dengan 2,1 juta hektar lahan potensial untuk budidaya rumput laut. Rumput laut dapat dibudidayakan hanya dalam waktu kurang lebih dua bulan sebelum dapat dipanen, dengan produktivitas rata-rata 25 ton/ha per panen. Hal ini tentu saja lebih menjanjikan dibandingkan dengan masa tanam tebu yang dapat berlangsung hingga satu tahun dan menghasilkan rata-rata 80 ton/hektar per panen.

Proses pembuatan bioetanol dari rumput laut melibatkan serangkaian tahapan yang terstruktur. Tahap pertama, yaitu persiapan bahan baku, dilakukan dengan menghidrolisis pati dalam rumput laut menjadi glukosa. Proses hidrolisis selulosa, yang merupakan komponen utama rumput laut, dilakukan menggunakan enzim-enzim kelompok hidrolase, seperti endoglukanase, eksoglukanase, dan selobiase. Enzim selulase ini bertanggung jawab mengubah selulosa menjadi glukosa, menghasilkan gula pereduksi sebagai hasil akhir.

Langkah berikutnya adalah proses fermentasi, di mana glukosa yang dihasilkan dari tahap sebelumnya diubah menjadi etanol dan CO2. Fermentasi karbohidrat melibatkan subproses seperti pemecahan karbohidrat (pati) menjadi gula pereduksi oleh enzim diastase dan zymase dalam ragi. Selanjutnya, perubahan gula pereduksi menjadi etanol terjadi melalui aktivitas enzim kompleks yang disebut enzyme invertrase, yang juga terkandung dalam ragi. Terdapat juga fermentasi asam asetat, sebagai kelanjutan dari proses fermentasi alkohol, dimulai dari pemecahan gula menjadi alkohol, dan kemudian alkohol mengalami transformasi menjadi asam asetat.

Tahap terakhir adalah pemurnian hasil melalui distilasi. Proses pemurnian ini bertujuan untuk memisahkan etanol dari komponen lainnya, menghasilkan bioetanol yang lebih murni. Dengan serangkaian langkah ini, proses produksi bioetanol dari rumput laut mencakup pengolahan bahan baku, fermentasi, dan pemurnian, memanfaatkan enzim dan ragi untuk menghasilkan bioetanol sebagai sumber energi terbarukan.

Pada saat seleksi lokasi budidaya rumput laut, terdapat beberapa faktor penting yang harus dipertimbangkan. Pertama, keterlindungan lokasi menjadi aspek utama, di mana lokasi harus terlindung agar rumput laut tidak mengalami kerusakan fisik akibat terpaan angin dan gelombang yang besar. Kedua, dasar perairan yang paling optimal untuk pertumbuhan rumput laut adalah yang stabil, terdiri dari potongan karang mati yang bercampur dengan pasir karang, serta adanya seagrass, menunjukkan adanya pergerakan air yang baik. Terakhir, kedalaman air menjadi faktor kunci, di mana perairan dengan kedalaman berkisar antara 30 hingga 50 cm pada saat surut terendah menjadi ideal. Hal ini bertujuan agar rumput laut tidak mengalami kekeringan karena paparan langsung sinar matahari, sambil tetap memperoleh penetrasi sinar matahari saat pasang.

Pengembangan bioetanol dari rumput laut sangat tergantung pada pemahaman dan efektivitas seluruh proses produksi. Dukungan pemerintah melalui kebijakan dan insentif yang mendorong pertumbuhan sektor bioetanol menjadi kunci penting untuk menjamin keberlanjutan dan kelancaran transisi menuju sumber energi terbarukan. Adanya kerjasama antara pemerintah, industri, dan institusi penelitian dapat mempercepat inovasi dan memastikan kesuksesan implementasi bioetanol sebagai alternatif energi yang berkelanjutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun